"Wah, keren, Grandma! Rotinya bisa jadi besar kalau dimasukkan ke sana!" pekik Julio saat melihat langsung proses pemanggangan roti di ruang baking. "Itu namanya dipanggang, Julio.""Dipanggang itu diapakan, Grandma?""Hmm, seperti dimasak agar rotinya matang, tapi caranya dipanggang. Awas, Sayang! Jangan terlalu dekat, itu panas sekali!" Lidya menarik lembut cucunya dan Julio pun menurut. "Sekarang kita bawa keluar rotinya!""Grandma, Julio yang menyusun ya di kaca!" pinta Julio. "Baik, Sayang! Julio keluar duluan, nanti Grandma akan membawa bakinya!" Julio mengangguk dan langsung berlari keluar dengan gaya superman. Sesekali Julio terkikik sebelum ia kembali ke etalase roti tempat Lidya akan menyusun rotinya dan Julio pun langsung membantu dengan sigap. Sementara Valdo sendiri yang tadinya berada di dalam toko roti terlihat sudah keluar ke depan toko untuk menerima teleponnya. Valdo masih bicara serius di telepon saat tanpa sengaja matanya menangkap sebuah mobil dengan model
"Apa ada masalah penting, Valdo? Apa kau harus pulang? Kau menelepon di luar lama sekali.""Tidak ada! Jangan khawatir! Tapi apa sudah selesai semua? Ada yang bisa kubantu?""Syukurlah kalau begitu! Tidak ada, Valdo. Sudah selesai semua. Pagi ini lumayan, sudah ada beberapa pembeli. Tante senang sekali!" Lidya tersenyum sumringah. "Syukurlah, Tante! Aku ikut senang mendengarnya."Lidya tersenyum dan terus menatap Valdo sebelum ia mengatakan sesuatu yang membuat Valdo tertegun. "Valdo, Tante tahu kau menyukai Sierra kan? Tante menyukaimu, Valdo. Maksud Tante ... tentu saja Tante tidak bisa memaksa Sierra harus bersama siapa, Tante mau membebaskan dia memilih pria yang terbaik untuknya, hanya dia yang bisa merasakannya, bukankah begitu?""Tapi Tante jujur menyukaimu, Valdo. Mau kau menjadi kekasih atau sahabat Sierra, Tante berharap hubungan kita bisa panjang bahkan selamanya. Kau adalah salah satu pria terbaik yang pernah Tante kenal dalam hidup Tante."Lidya menangkup tangan Valdo d
Dua minggu berlalu dan toko roti Lidya mulai sangat ramai. Setiap hari selalu ada yang memborong rotinya walau tidak semua. Selain itu, pengunjung yang pernah belanja di sana pun kembali lagi dan terus melakukan repeat order. Di luar pengunjung biasa, mendadak Lidya juga kebanjiran order dari perusahaan dan mereka pun mengira Marco yang membantunya. "Apa Valdo sudah pulang?""Iya, dia hanya menginap dua malam," jawab Sierra saat Bri datang berkunjung ke toko rotinya sore itu. "Oh, haha, baguslah! Wah, toko ini makin hari makin ramai ya, aku senang sekali!""Iya, Kak! Ini semua juga berkat promosi darimu.""Haha, aku hanya membantu semampuku saja.""Oh ya, kami juga kebanjiran order dari perusahaan, sampaikan terima kasihku pada Kak Marco ya!"Bri mengernyit mendengar ucapan Sierra. "Eh? Kebajiran order dari perusahaan mana? Apa hubungannya dengan Marco?""Itu ... ada banyak perusahaan yang mendadak order untuk acara mereka. Bukan hanya satu kali tapi mereka selalu repeat order. Di
Bastian benar-benar mengalami perubahan yang sangat banyak sejak bertemu Sierra. Sebelum mengenal Sierra, Bastian sangat dingin dan temperamen. Sejak berhubungan dengan Sierra, Bastian mulai melembut. Dan sejak menemukan Sierra lagi, mendadak Bastian menjadi pria yang sangat manis. Sekarang pun Bastian menjadi makin sabar, Bastian selalu bekerja di pagi sampai sore hari, setelah itu, ia akan berdiam di mobilnya dan menatap toko Lidya's Bakery sampai malam menjelang. Bastian akan kembali pulang ke apartemen setelah Lidya's Bakery tutup dan setelah memastikan Sierra pulang dengan aman sampai ke rumahnya. Sama seperti saat ini, saat Bastian terus tersenyum menatap Sierra dan Bri yang sedang mengobrol. "Wanita pemilik channel itu, siapa namanya?""Brigitta, Bos. Brigitta Alora. Dia juga istri dari Marco Harrison Sena, Bos konstruksi itu. Sebenarnya bukan hanya konstruksi, tapi dia adalah pimpinan dari Harrison Group yang berpusat di Amerika, perusahaannya sangat besar, Bos. Dan kelua
Ponsel Sierra berbunyi pagi itu setelah ia menyelesaikan sarapan dengan keluarganya dan Sierra pun segera mengangkatnya. "Selamat pagi! Benar dengan Bu Sierra Nevada, keluarga dari Bu Rosella Nevada?""Benar, itu aku.""Bu Sierra, kami mau mengabarkan kalau saat ini Dokter Jonathan, seorang psikiater yang cukup berpengalaman sedang ada di rumah sakit kami. Kalau kau ada waktu, Anda bisa membawa Bu Rosella ke sini."Sierra terdiam sejenak mendengarnya. "Apa, Suster? Dokter siapa? Bukankah aku tidak ada janji dengan dokter mana pun?""Benar, Bu Sierra. Tapi ini kasus khusus. Dokter Jonathan kebetulan datang ke rumah sakit kami dan mendengar kasus Bu Rosella, Beliau meminta kami memanggil pasiennya."Sierra kembali terdiam sambil mengerjapkan mata. Apakah ada hal seperti ini? Pihak rumah sakit menghubungi karena ada dokter bagus yang datang? Apa Sierra sedang mendapat mukjizat sekarang? Bahkan mujizat ini terasa tidak masuk akal karena mengenal nama Dokter Jonathan saja tidak. "Hmm,
"Kapan Bastian pulang, Om? Setiap hari aku datang ke sini hanya untuk Bastian dan aku lelah menunggu!"Vella mendengus kesal dan tidak berhenti mengomel akhir-akhir ini. Setiap hari Vella datang ke rumah keluarga Sagala, berakting baik di depan Jacob dan Lalita hanya untuk mengambil hati Bastian, namun saat Bastian ada, Bastian tidak menganggapnya. Apalagi saat Bastian tidak ada, Vella rasanya seperti melakukan hal yang sia-sia. "Bastian sedang ada pekerjaan di luar kota, Om tidak tahu kapan dia pulang.""Ck, di luar kota mana? Kalau Bastian tidak ada, untuk apa aku ke sini?" Vella keceplosan sambil menghentakkan kakinya kesal. "Ah, jadi kau bukan datang untuk Om dan Lalita? Om kira kau datang untuk membantu menjaga Om," seru Jacob terang-terangan. Bik Mala yang mendengarnya hanya tertawa kesal, sedangkan Vella sudah membelalak lebar. "Astaga, Om! Maksudku ... tentu saja aku juga datang untuk membantu merawat Om, aku mau lebih dekat dengan Lalita. Walaupun Lalita adalah anak Ste
Vella tersentak kaget mendengar suara Bik Mala dan langsung menoleh. "Astaga, Bik Mala, Om Jacob, kalian sudah datang? Aku ... tidak ... aku hanya menawari Lalita makan? Benarkan, Sayang?" Vella tersenyum canggung sambil membelai kepala Lalita tapi Lalita tetap menunduk dan tidak bicara sepatah kata pun. "Lalita, Sayang, kau mau makan apa? Biar Bibik ambilkan!" kata Bik Mala mengambil alih Lalita. Vella pun hanya diam dan tidak bicara lagi namun jantungnya berdebar kencang sekarang. "Eh, Om mau makan apa? Biar aku ambilkan ya!" Vella mengambilkan Jacob makan dan seperti yang biasa wanita itu lakukan, Vella akan mengambilkan Jacob semua lauk tanpa bertanya apa yang Jacob benar-benar inginkan. Vella akan menumpuk semuanya ke dalam piring lalu meletakkan piring di depan Jacob dan Jacob selalu terdiam. Jacob selalu makan apa yang bisa ia makan dan menyisakan yang tidak bisa ia makan, semua demi menghargai usaha Vella. Namun detik ini, Jacob merasa berbeda saat membandingkan Vella
Lalita menelepon Bastian hari itu sambil menangis dan menceritakan bagaimana Vella memarahinya. Bastian pun geram sendiri, tapi Bik Mala malah memberinya kabar baik. "Pak Jacob sudah mengusir Vella setelah Vella bersikap begitu kasar pada Lalita. Lalita terus menangis dan Vella benar-benar mati kutu tadi. Bahkan Pak Jacob membentak Vella dan meminta Vella agar tidak datang lagi ke rumah.""Wow, apa mendadak dia mendapat hidayah, hah? Dia tidak sedang sakit dan melantur kan?" "Haha, tidak, Bastian! Dia sedang sangat sehat dan memutuskan semuanya dengan sehat juga. Dia tidak terima cucunya dibentak karena Lalita sudah menjadi anakmu sekarang. Dia sangat menyayangimu dan Lalita, Bastian. Dia menelepon orang tua Vella dan membatalkan perjodohan ini." "Kau pria bebas sekarang, Bastian!" imbuh Bik Mala begitu yakin. "Karena itu, temukan Sierra, Bastian! Bawa dia pulang ke sini dan minta restu Pak Jacob untuk kalian.""Aku akan melakukannya, Bik Mala. Aku hanya sedang mengubah cara pendek
Setelah serangkaian acara selesai, anak-anak pun makan bersama lalu bermain bersama. Gelak tawa dan teriakan anak-anak memenuhi pinggir kolam renang sampai membuat Jacob dan Lidya pun terus tertawa senang. "Masa tua kita akan terus bahagia melihat para cucu kita yang tumbuh besar, aku senang sekali akhirnya kita menjadi keluarga besar, Bu Lidya." "Aku juga senang, Pak Jacob. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan tiba. Masih teringat jelas bagaimana semua hal buruk itu terjadi dulu, tapi semua benar-benar sudah berubah beberapa tahun terakhir ini. Dan selama beberapa tahun ini aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bersyukur sekali." "Haha, kau benar, Bu Lidya. Kau benar. Karena aku juga merasakan yang sama. Sejak Bastian menikah dengan Sierra, aku hanya merasakan kebahagiaan, aku bahagia sekali." Lidya yang mendengarnya hanya mengangguk dan tersenyum menatap anak-anak yang bermain bersama. Kali ini Bastian dan Jonathan mengobrol bersama, sedangkan Rosella dan Sierra pun mengobro
Satu tahun kemudianSpanduk bertuliskan "Happy birthday Victor Sagala" membentang di pinggir kolam renang rumah Jacob pagi itu. Jacob ngotot menjadi tuan rumah dalam acara ulang tahun cucunya itu dan keluarga Sierra pun akhirnya merayakan ulang tahun Victor di sana. Lidya dan Sierra pun berangkat ke rumah Jacob membawa Santos dan Sania yang sudah berlarian kesana kemari dan tidak bisa diam itu. Namun, Santos dan Sania sangat menyayangi Victor. Perbedaan umur mereka yang hanya 1.5 tahun membuat mereka terlihat lucu saat bersama. Santos dan Sania akan menggandeng Victor di tengah dan Victor yang baru belajar berjalan itu begitu senang setiap kali digandeng oleh kakak kembarnya itu. Seperti pagi itu di pinggir kolam renang rumah Jacob. "Hati-hati, Santos! Jangan miring-miring jalannya! Nanti kalian bertiga bisa masuk ke dalam kolam!" seru Sierra yang masih sibuk menyusun kue-kue di meja untuk foto. Santos dan Sania membawa Victor berkeliling dan mereka berjalan zigzag. Kadang mere
Beberapa bulan berlalu dan perut para Ibu hamil pun sudah membola. Rosella sendiri sudah mendekati waktu melahirkan, namun ia masih begitu aktif bekerja sampai Adipura tidak tahan melihatnya. "Aduh, Rosella! Kau di rumah saja ya! Istirahat saja! Tinggal menghitung hari kau akan melahirkan! Ayah tidak mau cucu Ayah lahir di kantor!" "Aku baik-baik saja, Ayah. Lagipula aku tidak setiap hari ke kantor kan?" "Tapi Ayah takut sekali melihatmu berjalan dengan perut sebesar itu!" "Haha, benar, Rosella! Dengarkan ayahmu, dia sampai tidak bisa tidur memikirkanmu." Imelda mengulum senyumnya. Rosella sendiri ikut tersenyum. "Haha, baiklah, Ayah! Baiklah, besok aku tidak akan ke kantor ya," kata Rosella akhirnya. "Ah, iya, iya." Adipura pun bernapas lega dan jantungnya terus berdebar kencang karena terlalu antusias. Bahkan Adipura ikut diam di rumah bersama Rosella keesokan harinya. "Makan yang banyak, Rosella! Kau harus punya tenaga untuk melahirkan," pesan Adipura yang terus menghitung
Hamil dalam keadaan sadar dan hamil dalam keadaan gila tentu saja adalah dua hal yang sangat berbeda. Dulu waktu Rosella hamil Julio, setiap hari ia hanya bisa berteriak dan memukuli perutnya, menolak kehadiran Julio dan terus mengamuk. Rosella benar-benar gila dulu dan rasanya apa yang terjadi dulu sudah tidak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata. Tapi di atas semua itu, Rosella bersyukur karena semua hal buruk sudah berlalu dan digantikan hal baik yang tiada henti di kehidupannya yang sekarang. Rosella memiliki keluarga yang hebat, suami yang hebat, mertua yang hebat, dan anak yang hebat. Pekerjaan yang hebat juga dan semua hal yang membuatnya tidak pernah menyesal telah dilahirkan, yang membuat Rosella tidak pernah menyesali lagi semua yang sudah terjadi di masa lalunya. Dan yang membuat Rosella paham bahwa Tuhan selalu punya rencana dalam hidup kita. Mungkin seringkali kita bertanya mengapa aku yang harus mengalami semua hal buruk itu, aku tidak kuat, aku tidak sanggup.
Lidya dan Sierra masih begitu syok sampai mereka tidak tahu harus senang atau tidak, namun semua anggota keluarga yang lain malah memekik senang, terutama Jacob yang tidak berhenti tertawa senang. "Selamat ya, Sierra! Selamat! Haha! Ayah senang sekali akan bertambah cucu! Hahaha!" Sierra pun hanya memaksakan senyumnya sampai tidak lama kemudian, Bastian pun pulang ke rumah karena Sierra mengirimkan hasil tespeknya ke ponsel Bastian.Bastian yang baru memarkir mobilnya pun langsung berlari masuk dan mencari istrinya. "Sierra, Sayang, benarkah itu? Kau hamil lagi, Sayang?" Bastian langsung menangkup kedua bahu Sierra. "Entahlah, tespeknya bilang begitu!" Bastian yang mendengar jawaban Sierra pun langsung tertawa sumringah. "Bukankah tespek tidak pernah bohong, Sayang? Sekarang kita tanya ke dokter ya! Ayo, Sayang! Ayo!" Bastian pun langsung mengajak Sierra pergi ke dokter kandungan siang itu dan jantung Sierra pun terus berdebar tidak karuan sampai akhirnya ia dipanggil masuk dan
Hampir satu minggu setelah acara pernikahan dan semua orang akhirnya bisa bersantai lagi dari padatnya acara mereka. Saking banyaknya undangan yang diundang oleh Adipura dari berbagai kota dan negara membuat jadwal keluarga mereka pun begitu padat untuk menjamu semuanya. Dan ketika semuanya berakhir, Rosella sendiri mengalami kelelahan yang tidak biasa. Ia lelah sekali sampai lemas dan tidak bernafsu melakukan apa pun, bahkan nafsu makan pun tidak ada. Selama tiga malam Rosella dan Jonathan masih menginap di hotel lalu setelahnya mereka pun pulang ke rumah Adipura. Jonathan memang belum mengajak Rosella tinggal berdua di apartemen karena keluarga Adipura masih begitu menikmati kumpul bersama seperti ini, apalagi sekarang Julio sudah tinggal bersama mereka. "Kau tidak apa, Sayang? Kau kelelahan ya?" Jonathan membelai kepala Rosella yang sedang berbaring tidur siang itu. "Hmm, aku lelah sekali, Jonathan. Aku sedikit meriang, kurasa aku tidak mau melakukan apa-apa dulu." "Kau mau
Sebuah papan bertuliskan "The Wedding of Jonathan and Rosella" terpasang di pintu masuk sebuah taman di sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat pemberkatan pernikahan pagi itu. Hanya sedikit undangan yang diundang pada pagi hari, namun mereka akan mengadakan pesta besar lagi di ballroom mewah nanti malam. Semua undangan pun sudah hadir di sana dan mereka begitu antusias menantikan pasangan pengantin yang berbahagia. Rosella sendiri nampak begitu gugup saat berada di ruang VIP untuk menunggu saat ia harus keluar. Setelah mengalami persiapan pernikahan yang cukup membuat emosi labil dan setelah mengalami pingitan yang membuatnya begitu merindukan Jonathan, hari ini akhirnya mereka akan mengikat janji suci dan jantung Rosella tidak berhenti berdebar kencang sejak subuh tadi. "Tenang, Rosella! Tenang! Kau terlalu gugup!" Lidya terus tersenyum menatap Rosella dari pantulan cerminnya. "Bagaimana aku tidak gugup, Ibu? Entahlah, aku gemetar!" "Haha, aku juga begitu waktu itu, Rosel
Semua anggota keluarga menyambut bahagia lamaran yang dilakukan oleh Jonathan dan mereka pun begitu tidak sabar untuk menikahkan anak-anak mereka. Mereka pun langsung memilih hari baik dan persiapan pernikahan pun mulai digelar. Semua orang langsung sibuk dengan tugasnya masing-masing karena Adipura ingin membuat pesta besar untuk Jonathan dan Rosella. "Sungguh tidak usah pesta sebesar itu, Ayah. Bagiku yang penting pernikahan kami sah.""Tidak bisa! Kau akan menikah, tentu saja pestanya harus besar dan mewah. Ayah tidak mau tahu, pestanya harus besar!" seru Adipura lagi dengan lantang. Semua anggota keluarga pun tidak berani membantah lagi dan akhirnya menuruti Adipura. Mereka menyewa gedung resepsi mewah dan menyewa jasa WO, namun tetap saja Adipura yang begitu sibuk mengatur semua detailnya karena memang Adipura sendiri adalah orang yang sangat detail. Sedangkan Lidya dan keluarganya yang sudah kembali ke rumah mereka sendiri, tidak banyak ikut campur dan memilih untuk mengik
"Mari, silakan, Pak Jacob!" "Silakan, Pak Adipura!" Keluarga Adipura, keluarga Jacob, dan keluarga Lidya sedang berkumpul bersama malam itu di sebuah ruang VIP di sebuah hotel mewah untuk makan malam. Setelah melalui banyak hal, mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. "Rosella, kapan kau baru akan kembali ke WHA, hah? Om menunggumu. WHA membutuhkanmu," seru Adipura. Sejak kejadian itu sampai Adipura keluar dari rumah sakit bahkan sampai hari ini, Rosella memang belum kembali bekerja di WHA. Walaupun semua masalah sudah selesai dan namanya sudah bersih, tapi Rosella masih ragu untuk kembali. Bahkan Livy sudah mengundurkan diri dan memilih pindah ke luar negeri. "Ah, itu ...." "Besok Rosella akan kembali bekerja, Ayah." celetuk Jonathan tiba-tiba. Rosella pun membelalak menatap Jonathan karena sebelumnya mereka belum pernah membicarakannya. "Jonathan!" desis Rosella. Namun, Jonathan tidak menanggapinya dan malah menggenggam tangan Rosella yang ada di atas meja. "Besok