"Ayo, Julio, cepat, kita harus mengantar Grandma ke toko!" seru Sierra pagi itu. "Sebentar, Aunty!" teriak Julio keras. Valdo yang sudah siap dan baru saja keluar dari kamarnya pun tersenyum menatap Sierra. "Sierra, bukankah hari ini kau berencana membawa Rosella ke dokter? Bawalah Rosella, biar aku yang menemani Tante Lidya dan Julio.""Eh, apa itu tidak merepotkanmu, Valdo?""Sama sekali tidak, Sierra. Aku di sini juga menganggur dan tidak melakukan apa pun. Aku sedang liburan sekarang.""Haha, seharusnya kau bisa liburan di tempat yang lebih menyenangkan, Valdo, sungguh.""Tidak, Sierra. Berlibur di sini sangat menyenangkan bagiku, bisa tinggal bersama dengan keluargamu dan melakukan banyak hal bersama. Ini menyenangkan!" Valdo menatap Sierra tulus dan Sierra hanya bisa tersenyum menatap Valdo. Tidak diragukan lagi kalau Valdo sangat baik hati. Semakin lama Sierra bersama Valdo, Sierra akan semakin berhutang budi pada Valdo dan Sierra tidak mau. Tapi mustahil juga menjauh dari
"Wah, keren, Grandma! Rotinya bisa jadi besar kalau dimasukkan ke sana!" pekik Julio saat melihat langsung proses pemanggangan roti di ruang baking. "Itu namanya dipanggang, Julio.""Dipanggang itu diapakan, Grandma?""Hmm, seperti dimasak agar rotinya matang, tapi caranya dipanggang. Awas, Sayang! Jangan terlalu dekat, itu panas sekali!" Lidya menarik lembut cucunya dan Julio pun menurut. "Sekarang kita bawa keluar rotinya!""Grandma, Julio yang menyusun ya di kaca!" pinta Julio. "Baik, Sayang! Julio keluar duluan, nanti Grandma akan membawa bakinya!" Julio mengangguk dan langsung berlari keluar dengan gaya superman. Sesekali Julio terkikik sebelum ia kembali ke etalase roti tempat Lidya akan menyusun rotinya dan Julio pun langsung membantu dengan sigap. Sementara Valdo sendiri yang tadinya berada di dalam toko roti terlihat sudah keluar ke depan toko untuk menerima teleponnya. Valdo masih bicara serius di telepon saat tanpa sengaja matanya menangkap sebuah mobil dengan model
"Apa ada masalah penting, Valdo? Apa kau harus pulang? Kau menelepon di luar lama sekali.""Tidak ada! Jangan khawatir! Tapi apa sudah selesai semua? Ada yang bisa kubantu?""Syukurlah kalau begitu! Tidak ada, Valdo. Sudah selesai semua. Pagi ini lumayan, sudah ada beberapa pembeli. Tante senang sekali!" Lidya tersenyum sumringah. "Syukurlah, Tante! Aku ikut senang mendengarnya."Lidya tersenyum dan terus menatap Valdo sebelum ia mengatakan sesuatu yang membuat Valdo tertegun. "Valdo, Tante tahu kau menyukai Sierra kan? Tante menyukaimu, Valdo. Maksud Tante ... tentu saja Tante tidak bisa memaksa Sierra harus bersama siapa, Tante mau membebaskan dia memilih pria yang terbaik untuknya, hanya dia yang bisa merasakannya, bukankah begitu?""Tapi Tante jujur menyukaimu, Valdo. Mau kau menjadi kekasih atau sahabat Sierra, Tante berharap hubungan kita bisa panjang bahkan selamanya. Kau adalah salah satu pria terbaik yang pernah Tante kenal dalam hidup Tante."Lidya menangkup tangan Valdo d
Dua minggu berlalu dan toko roti Lidya mulai sangat ramai. Setiap hari selalu ada yang memborong rotinya walau tidak semua. Selain itu, pengunjung yang pernah belanja di sana pun kembali lagi dan terus melakukan repeat order. Di luar pengunjung biasa, mendadak Lidya juga kebanjiran order dari perusahaan dan mereka pun mengira Marco yang membantunya. "Apa Valdo sudah pulang?""Iya, dia hanya menginap dua malam," jawab Sierra saat Bri datang berkunjung ke toko rotinya sore itu. "Oh, haha, baguslah! Wah, toko ini makin hari makin ramai ya, aku senang sekali!""Iya, Kak! Ini semua juga berkat promosi darimu.""Haha, aku hanya membantu semampuku saja.""Oh ya, kami juga kebanjiran order dari perusahaan, sampaikan terima kasihku pada Kak Marco ya!"Bri mengernyit mendengar ucapan Sierra. "Eh? Kebajiran order dari perusahaan mana? Apa hubungannya dengan Marco?""Itu ... ada banyak perusahaan yang mendadak order untuk acara mereka. Bukan hanya satu kali tapi mereka selalu repeat order. Di
Bastian benar-benar mengalami perubahan yang sangat banyak sejak bertemu Sierra. Sebelum mengenal Sierra, Bastian sangat dingin dan temperamen. Sejak berhubungan dengan Sierra, Bastian mulai melembut. Dan sejak menemukan Sierra lagi, mendadak Bastian menjadi pria yang sangat manis. Sekarang pun Bastian menjadi makin sabar, Bastian selalu bekerja di pagi sampai sore hari, setelah itu, ia akan berdiam di mobilnya dan menatap toko Lidya's Bakery sampai malam menjelang. Bastian akan kembali pulang ke apartemen setelah Lidya's Bakery tutup dan setelah memastikan Sierra pulang dengan aman sampai ke rumahnya. Sama seperti saat ini, saat Bastian terus tersenyum menatap Sierra dan Bri yang sedang mengobrol. "Wanita pemilik channel itu, siapa namanya?""Brigitta, Bos. Brigitta Alora. Dia juga istri dari Marco Harrison Sena, Bos konstruksi itu. Sebenarnya bukan hanya konstruksi, tapi dia adalah pimpinan dari Harrison Group yang berpusat di Amerika, perusahaannya sangat besar, Bos. Dan kelua
Ponsel Sierra berbunyi pagi itu setelah ia menyelesaikan sarapan dengan keluarganya dan Sierra pun segera mengangkatnya. "Selamat pagi! Benar dengan Bu Sierra Nevada, keluarga dari Bu Rosella Nevada?""Benar, itu aku.""Bu Sierra, kami mau mengabarkan kalau saat ini Dokter Jonathan, seorang psikiater yang cukup berpengalaman sedang ada di rumah sakit kami. Kalau kau ada waktu, Anda bisa membawa Bu Rosella ke sini."Sierra terdiam sejenak mendengarnya. "Apa, Suster? Dokter siapa? Bukankah aku tidak ada janji dengan dokter mana pun?""Benar, Bu Sierra. Tapi ini kasus khusus. Dokter Jonathan kebetulan datang ke rumah sakit kami dan mendengar kasus Bu Rosella, Beliau meminta kami memanggil pasiennya."Sierra kembali terdiam sambil mengerjapkan mata. Apakah ada hal seperti ini? Pihak rumah sakit menghubungi karena ada dokter bagus yang datang? Apa Sierra sedang mendapat mukjizat sekarang? Bahkan mujizat ini terasa tidak masuk akal karena mengenal nama Dokter Jonathan saja tidak. "Hmm,
"Kapan Bastian pulang, Om? Setiap hari aku datang ke sini hanya untuk Bastian dan aku lelah menunggu!"Vella mendengus kesal dan tidak berhenti mengomel akhir-akhir ini. Setiap hari Vella datang ke rumah keluarga Sagala, berakting baik di depan Jacob dan Lalita hanya untuk mengambil hati Bastian, namun saat Bastian ada, Bastian tidak menganggapnya. Apalagi saat Bastian tidak ada, Vella rasanya seperti melakukan hal yang sia-sia. "Bastian sedang ada pekerjaan di luar kota, Om tidak tahu kapan dia pulang.""Ck, di luar kota mana? Kalau Bastian tidak ada, untuk apa aku ke sini?" Vella keceplosan sambil menghentakkan kakinya kesal. "Ah, jadi kau bukan datang untuk Om dan Lalita? Om kira kau datang untuk membantu menjaga Om," seru Jacob terang-terangan. Bik Mala yang mendengarnya hanya tertawa kesal, sedangkan Vella sudah membelalak lebar. "Astaga, Om! Maksudku ... tentu saja aku juga datang untuk membantu merawat Om, aku mau lebih dekat dengan Lalita. Walaupun Lalita adalah anak Ste
Vella tersentak kaget mendengar suara Bik Mala dan langsung menoleh. "Astaga, Bik Mala, Om Jacob, kalian sudah datang? Aku ... tidak ... aku hanya menawari Lalita makan? Benarkan, Sayang?" Vella tersenyum canggung sambil membelai kepala Lalita tapi Lalita tetap menunduk dan tidak bicara sepatah kata pun. "Lalita, Sayang, kau mau makan apa? Biar Bibik ambilkan!" kata Bik Mala mengambil alih Lalita. Vella pun hanya diam dan tidak bicara lagi namun jantungnya berdebar kencang sekarang. "Eh, Om mau makan apa? Biar aku ambilkan ya!" Vella mengambilkan Jacob makan dan seperti yang biasa wanita itu lakukan, Vella akan mengambilkan Jacob semua lauk tanpa bertanya apa yang Jacob benar-benar inginkan. Vella akan menumpuk semuanya ke dalam piring lalu meletakkan piring di depan Jacob dan Jacob selalu terdiam. Jacob selalu makan apa yang bisa ia makan dan menyisakan yang tidak bisa ia makan, semua demi menghargai usaha Vella. Namun detik ini, Jacob merasa berbeda saat membandingkan Vella