Dua minggu berlalu dan toko roti Lidya mulai sangat ramai. Setiap hari selalu ada yang memborong rotinya walau tidak semua. Selain itu, pengunjung yang pernah belanja di sana pun kembali lagi dan terus melakukan repeat order. Di luar pengunjung biasa, mendadak Lidya juga kebanjiran order dari perusahaan dan mereka pun mengira Marco yang membantunya. "Apa Valdo sudah pulang?""Iya, dia hanya menginap dua malam," jawab Sierra saat Bri datang berkunjung ke toko rotinya sore itu. "Oh, haha, baguslah! Wah, toko ini makin hari makin ramai ya, aku senang sekali!""Iya, Kak! Ini semua juga berkat promosi darimu.""Haha, aku hanya membantu semampuku saja.""Oh ya, kami juga kebanjiran order dari perusahaan, sampaikan terima kasihku pada Kak Marco ya!"Bri mengernyit mendengar ucapan Sierra. "Eh? Kebajiran order dari perusahaan mana? Apa hubungannya dengan Marco?""Itu ... ada banyak perusahaan yang mendadak order untuk acara mereka. Bukan hanya satu kali tapi mereka selalu repeat order. Di
Bastian benar-benar mengalami perubahan yang sangat banyak sejak bertemu Sierra. Sebelum mengenal Sierra, Bastian sangat dingin dan temperamen. Sejak berhubungan dengan Sierra, Bastian mulai melembut. Dan sejak menemukan Sierra lagi, mendadak Bastian menjadi pria yang sangat manis. Sekarang pun Bastian menjadi makin sabar, Bastian selalu bekerja di pagi sampai sore hari, setelah itu, ia akan berdiam di mobilnya dan menatap toko Lidya's Bakery sampai malam menjelang. Bastian akan kembali pulang ke apartemen setelah Lidya's Bakery tutup dan setelah memastikan Sierra pulang dengan aman sampai ke rumahnya. Sama seperti saat ini, saat Bastian terus tersenyum menatap Sierra dan Bri yang sedang mengobrol. "Wanita pemilik channel itu, siapa namanya?""Brigitta, Bos. Brigitta Alora. Dia juga istri dari Marco Harrison Sena, Bos konstruksi itu. Sebenarnya bukan hanya konstruksi, tapi dia adalah pimpinan dari Harrison Group yang berpusat di Amerika, perusahaannya sangat besar, Bos. Dan kelua
Ponsel Sierra berbunyi pagi itu setelah ia menyelesaikan sarapan dengan keluarganya dan Sierra pun segera mengangkatnya. "Selamat pagi! Benar dengan Bu Sierra Nevada, keluarga dari Bu Rosella Nevada?""Benar, itu aku.""Bu Sierra, kami mau mengabarkan kalau saat ini Dokter Jonathan, seorang psikiater yang cukup berpengalaman sedang ada di rumah sakit kami. Kalau kau ada waktu, Anda bisa membawa Bu Rosella ke sini."Sierra terdiam sejenak mendengarnya. "Apa, Suster? Dokter siapa? Bukankah aku tidak ada janji dengan dokter mana pun?""Benar, Bu Sierra. Tapi ini kasus khusus. Dokter Jonathan kebetulan datang ke rumah sakit kami dan mendengar kasus Bu Rosella, Beliau meminta kami memanggil pasiennya."Sierra kembali terdiam sambil mengerjapkan mata. Apakah ada hal seperti ini? Pihak rumah sakit menghubungi karena ada dokter bagus yang datang? Apa Sierra sedang mendapat mukjizat sekarang? Bahkan mujizat ini terasa tidak masuk akal karena mengenal nama Dokter Jonathan saja tidak. "Hmm,
"Kapan Bastian pulang, Om? Setiap hari aku datang ke sini hanya untuk Bastian dan aku lelah menunggu!"Vella mendengus kesal dan tidak berhenti mengomel akhir-akhir ini. Setiap hari Vella datang ke rumah keluarga Sagala, berakting baik di depan Jacob dan Lalita hanya untuk mengambil hati Bastian, namun saat Bastian ada, Bastian tidak menganggapnya. Apalagi saat Bastian tidak ada, Vella rasanya seperti melakukan hal yang sia-sia. "Bastian sedang ada pekerjaan di luar kota, Om tidak tahu kapan dia pulang.""Ck, di luar kota mana? Kalau Bastian tidak ada, untuk apa aku ke sini?" Vella keceplosan sambil menghentakkan kakinya kesal. "Ah, jadi kau bukan datang untuk Om dan Lalita? Om kira kau datang untuk membantu menjaga Om," seru Jacob terang-terangan. Bik Mala yang mendengarnya hanya tertawa kesal, sedangkan Vella sudah membelalak lebar. "Astaga, Om! Maksudku ... tentu saja aku juga datang untuk membantu merawat Om, aku mau lebih dekat dengan Lalita. Walaupun Lalita adalah anak Ste
Vella tersentak kaget mendengar suara Bik Mala dan langsung menoleh. "Astaga, Bik Mala, Om Jacob, kalian sudah datang? Aku ... tidak ... aku hanya menawari Lalita makan? Benarkan, Sayang?" Vella tersenyum canggung sambil membelai kepala Lalita tapi Lalita tetap menunduk dan tidak bicara sepatah kata pun. "Lalita, Sayang, kau mau makan apa? Biar Bibik ambilkan!" kata Bik Mala mengambil alih Lalita. Vella pun hanya diam dan tidak bicara lagi namun jantungnya berdebar kencang sekarang. "Eh, Om mau makan apa? Biar aku ambilkan ya!" Vella mengambilkan Jacob makan dan seperti yang biasa wanita itu lakukan, Vella akan mengambilkan Jacob semua lauk tanpa bertanya apa yang Jacob benar-benar inginkan. Vella akan menumpuk semuanya ke dalam piring lalu meletakkan piring di depan Jacob dan Jacob selalu terdiam. Jacob selalu makan apa yang bisa ia makan dan menyisakan yang tidak bisa ia makan, semua demi menghargai usaha Vella. Namun detik ini, Jacob merasa berbeda saat membandingkan Vella
Lalita menelepon Bastian hari itu sambil menangis dan menceritakan bagaimana Vella memarahinya. Bastian pun geram sendiri, tapi Bik Mala malah memberinya kabar baik. "Pak Jacob sudah mengusir Vella setelah Vella bersikap begitu kasar pada Lalita. Lalita terus menangis dan Vella benar-benar mati kutu tadi. Bahkan Pak Jacob membentak Vella dan meminta Vella agar tidak datang lagi ke rumah.""Wow, apa mendadak dia mendapat hidayah, hah? Dia tidak sedang sakit dan melantur kan?" "Haha, tidak, Bastian! Dia sedang sangat sehat dan memutuskan semuanya dengan sehat juga. Dia tidak terima cucunya dibentak karena Lalita sudah menjadi anakmu sekarang. Dia sangat menyayangimu dan Lalita, Bastian. Dia menelepon orang tua Vella dan membatalkan perjodohan ini." "Kau pria bebas sekarang, Bastian!" imbuh Bik Mala begitu yakin. "Karena itu, temukan Sierra, Bastian! Bawa dia pulang ke sini dan minta restu Pak Jacob untuk kalian.""Aku akan melakukannya, Bik Mala. Aku hanya sedang mengubah cara pendek
Beberapa waktu kembali berlalu dan Sierra bisa merasakan kemajuan kecil yang ditunjukkan oleh Rosella. Tidak terlalu jelas, namun tatapan Rosella sudah bisa tertarik ke satu hal dan mengikuti ke mana benda itu, tidak seperti dulu yang lebih sering terarah pada satu titik dengan pandangan kosong. Ya, Sierra bisa merasakannya. Dokter Jonathan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Walaupun dokter itu sempat pulang ke Amerika, namun ia kembali seperti waktu yang dijanjikan dan melanjutkan pengobatannya pada Rosella. Bahkan dokter Jonathan menyewa ruang khusus di rumah sakit hanya demi Rosella, karena Jonathan sendiri bukan dokter di rumah sakit itu dan ia hanya berteman baik dengan dokter di sana sehingga memungkinkan baginya untuk menyewa ruangannya. "Hai, selamat pagi, Sierra!" sapa Jonathan saat Sierra datang ke ruang prakteknya. "Selamat pagi, Jonathan!""Bagaimana Rosella pagi ini?""Kau bisa lihat sendiri kondisinya tetap tenang, tapi tatapan matanya sudah lebih responsif sek
"Apa semua sudah siap untuk pertemuan nanti?""Sudah, Bu."Sierra mengangguk mendengarnya. "Baiklah, ini pertama kalinya aku bertemu dengan pimpinan Pak Joyo. Kupikir kontrak ini akan ditandatangani bersama Pak Joyo.""Ada perubahan dan pimpinan Pak Joyo hanya mau bertemu dengan Anda, Bu.""Aku tahu. Memang sudah seharusnya aku yang bertemu dengannya, tidak apa. Tolong beritahu saja kalau dia tiba, aku akan mempelajari berkas ini lebih lanjut dulu.""Baik, Bu!" Sekretaris Sierra pun berpamitan keluar dari ruang kerja Sierr,a sementara Sierra sendiri langsung berkutat dengan berkasnya. Sierra pun masih begitu sibuk saat ponselnya berbunyi dan Marco meneleponnya. "Halo, Pak Marco!" sapa Sierra begitu mengangkat teleponnya. "Jangan panggil aku Pak, Sierra! Santai saja seperti biasa."Sierra tertawa pelan. "Maaf, aku sungguh tidak bisa. Kau adalah bosku sekarang," ujarnya sambil sedikit bercanda. "Haha, baiklah, terserah padamu, Sierra! Jadi bagaimana kontrak barunya?""Kami sedang me