"Apa ada masalah penting, Valdo? Apa kau harus pulang? Kau menelepon di luar lama sekali.""Tidak ada! Jangan khawatir! Tapi apa sudah selesai semua? Ada yang bisa kubantu?""Syukurlah kalau begitu! Tidak ada, Valdo. Sudah selesai semua. Pagi ini lumayan, sudah ada beberapa pembeli. Tante senang sekali!" Lidya tersenyum sumringah. "Syukurlah, Tante! Aku ikut senang mendengarnya."Lidya tersenyum dan terus menatap Valdo sebelum ia mengatakan sesuatu yang membuat Valdo tertegun. "Valdo, Tante tahu kau menyukai Sierra kan? Tante menyukaimu, Valdo. Maksud Tante ... tentu saja Tante tidak bisa memaksa Sierra harus bersama siapa, Tante mau membebaskan dia memilih pria yang terbaik untuknya, hanya dia yang bisa merasakannya, bukankah begitu?""Tapi Tante jujur menyukaimu, Valdo. Mau kau menjadi kekasih atau sahabat Sierra, Tante berharap hubungan kita bisa panjang bahkan selamanya. Kau adalah salah satu pria terbaik yang pernah Tante kenal dalam hidup Tante."Lidya menangkup tangan Valdo d
Dua minggu berlalu dan toko roti Lidya mulai sangat ramai. Setiap hari selalu ada yang memborong rotinya walau tidak semua. Selain itu, pengunjung yang pernah belanja di sana pun kembali lagi dan terus melakukan repeat order. Di luar pengunjung biasa, mendadak Lidya juga kebanjiran order dari perusahaan dan mereka pun mengira Marco yang membantunya. "Apa Valdo sudah pulang?""Iya, dia hanya menginap dua malam," jawab Sierra saat Bri datang berkunjung ke toko rotinya sore itu. "Oh, haha, baguslah! Wah, toko ini makin hari makin ramai ya, aku senang sekali!""Iya, Kak! Ini semua juga berkat promosi darimu.""Haha, aku hanya membantu semampuku saja.""Oh ya, kami juga kebanjiran order dari perusahaan, sampaikan terima kasihku pada Kak Marco ya!"Bri mengernyit mendengar ucapan Sierra. "Eh? Kebajiran order dari perusahaan mana? Apa hubungannya dengan Marco?""Itu ... ada banyak perusahaan yang mendadak order untuk acara mereka. Bukan hanya satu kali tapi mereka selalu repeat order. Di
Bastian benar-benar mengalami perubahan yang sangat banyak sejak bertemu Sierra. Sebelum mengenal Sierra, Bastian sangat dingin dan temperamen. Sejak berhubungan dengan Sierra, Bastian mulai melembut. Dan sejak menemukan Sierra lagi, mendadak Bastian menjadi pria yang sangat manis. Sekarang pun Bastian menjadi makin sabar, Bastian selalu bekerja di pagi sampai sore hari, setelah itu, ia akan berdiam di mobilnya dan menatap toko Lidya's Bakery sampai malam menjelang. Bastian akan kembali pulang ke apartemen setelah Lidya's Bakery tutup dan setelah memastikan Sierra pulang dengan aman sampai ke rumahnya. Sama seperti saat ini, saat Bastian terus tersenyum menatap Sierra dan Bri yang sedang mengobrol. "Wanita pemilik channel itu, siapa namanya?""Brigitta, Bos. Brigitta Alora. Dia juga istri dari Marco Harrison Sena, Bos konstruksi itu. Sebenarnya bukan hanya konstruksi, tapi dia adalah pimpinan dari Harrison Group yang berpusat di Amerika, perusahaannya sangat besar, Bos. Dan kelua
Ponsel Sierra berbunyi pagi itu setelah ia menyelesaikan sarapan dengan keluarganya dan Sierra pun segera mengangkatnya. "Selamat pagi! Benar dengan Bu Sierra Nevada, keluarga dari Bu Rosella Nevada?""Benar, itu aku.""Bu Sierra, kami mau mengabarkan kalau saat ini Dokter Jonathan, seorang psikiater yang cukup berpengalaman sedang ada di rumah sakit kami. Kalau kau ada waktu, Anda bisa membawa Bu Rosella ke sini."Sierra terdiam sejenak mendengarnya. "Apa, Suster? Dokter siapa? Bukankah aku tidak ada janji dengan dokter mana pun?""Benar, Bu Sierra. Tapi ini kasus khusus. Dokter Jonathan kebetulan datang ke rumah sakit kami dan mendengar kasus Bu Rosella, Beliau meminta kami memanggil pasiennya."Sierra kembali terdiam sambil mengerjapkan mata. Apakah ada hal seperti ini? Pihak rumah sakit menghubungi karena ada dokter bagus yang datang? Apa Sierra sedang mendapat mukjizat sekarang? Bahkan mujizat ini terasa tidak masuk akal karena mengenal nama Dokter Jonathan saja tidak. "Hmm,
"Kapan Bastian pulang, Om? Setiap hari aku datang ke sini hanya untuk Bastian dan aku lelah menunggu!"Vella mendengus kesal dan tidak berhenti mengomel akhir-akhir ini. Setiap hari Vella datang ke rumah keluarga Sagala, berakting baik di depan Jacob dan Lalita hanya untuk mengambil hati Bastian, namun saat Bastian ada, Bastian tidak menganggapnya. Apalagi saat Bastian tidak ada, Vella rasanya seperti melakukan hal yang sia-sia. "Bastian sedang ada pekerjaan di luar kota, Om tidak tahu kapan dia pulang.""Ck, di luar kota mana? Kalau Bastian tidak ada, untuk apa aku ke sini?" Vella keceplosan sambil menghentakkan kakinya kesal. "Ah, jadi kau bukan datang untuk Om dan Lalita? Om kira kau datang untuk membantu menjaga Om," seru Jacob terang-terangan. Bik Mala yang mendengarnya hanya tertawa kesal, sedangkan Vella sudah membelalak lebar. "Astaga, Om! Maksudku ... tentu saja aku juga datang untuk membantu merawat Om, aku mau lebih dekat dengan Lalita. Walaupun Lalita adalah anak Ste
Vella tersentak kaget mendengar suara Bik Mala dan langsung menoleh. "Astaga, Bik Mala, Om Jacob, kalian sudah datang? Aku ... tidak ... aku hanya menawari Lalita makan? Benarkan, Sayang?" Vella tersenyum canggung sambil membelai kepala Lalita tapi Lalita tetap menunduk dan tidak bicara sepatah kata pun. "Lalita, Sayang, kau mau makan apa? Biar Bibik ambilkan!" kata Bik Mala mengambil alih Lalita. Vella pun hanya diam dan tidak bicara lagi namun jantungnya berdebar kencang sekarang. "Eh, Om mau makan apa? Biar aku ambilkan ya!" Vella mengambilkan Jacob makan dan seperti yang biasa wanita itu lakukan, Vella akan mengambilkan Jacob semua lauk tanpa bertanya apa yang Jacob benar-benar inginkan. Vella akan menumpuk semuanya ke dalam piring lalu meletakkan piring di depan Jacob dan Jacob selalu terdiam. Jacob selalu makan apa yang bisa ia makan dan menyisakan yang tidak bisa ia makan, semua demi menghargai usaha Vella. Namun detik ini, Jacob merasa berbeda saat membandingkan Vella
Lalita menelepon Bastian hari itu sambil menangis dan menceritakan bagaimana Vella memarahinya. Bastian pun geram sendiri, tapi Bik Mala malah memberinya kabar baik. "Pak Jacob sudah mengusir Vella setelah Vella bersikap begitu kasar pada Lalita. Lalita terus menangis dan Vella benar-benar mati kutu tadi. Bahkan Pak Jacob membentak Vella dan meminta Vella agar tidak datang lagi ke rumah.""Wow, apa mendadak dia mendapat hidayah, hah? Dia tidak sedang sakit dan melantur kan?" "Haha, tidak, Bastian! Dia sedang sangat sehat dan memutuskan semuanya dengan sehat juga. Dia tidak terima cucunya dibentak karena Lalita sudah menjadi anakmu sekarang. Dia sangat menyayangimu dan Lalita, Bastian. Dia menelepon orang tua Vella dan membatalkan perjodohan ini." "Kau pria bebas sekarang, Bastian!" imbuh Bik Mala begitu yakin. "Karena itu, temukan Sierra, Bastian! Bawa dia pulang ke sini dan minta restu Pak Jacob untuk kalian.""Aku akan melakukannya, Bik Mala. Aku hanya sedang mengubah cara pendek
Beberapa waktu kembali berlalu dan Sierra bisa merasakan kemajuan kecil yang ditunjukkan oleh Rosella. Tidak terlalu jelas, namun tatapan Rosella sudah bisa tertarik ke satu hal dan mengikuti ke mana benda itu, tidak seperti dulu yang lebih sering terarah pada satu titik dengan pandangan kosong. Ya, Sierra bisa merasakannya. Dokter Jonathan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Walaupun dokter itu sempat pulang ke Amerika, namun ia kembali seperti waktu yang dijanjikan dan melanjutkan pengobatannya pada Rosella. Bahkan dokter Jonathan menyewa ruang khusus di rumah sakit hanya demi Rosella, karena Jonathan sendiri bukan dokter di rumah sakit itu dan ia hanya berteman baik dengan dokter di sana sehingga memungkinkan baginya untuk menyewa ruangannya. "Hai, selamat pagi, Sierra!" sapa Jonathan saat Sierra datang ke ruang prakteknya. "Selamat pagi, Jonathan!""Bagaimana Rosella pagi ini?""Kau bisa lihat sendiri kondisinya tetap tenang, tapi tatapan matanya sudah lebih responsif sek
Para peserta rapat akhirnya mengikuti keluar dengan suara yang masih ribut dan dalam sekejap ruang rapat pun menjadi sepi. Hanya tersisa Tami dan beberapa arsitek yang tergabung dalam tim, Jordan, Rosella, Jessica, dan Livy. Livy nampak tersenyum tipis menatap Rosella dan menatap semua kekacauan ini lalu dengan santai ia melenggang keluar dari ruang rapat. Namun, Jessica tidak membiarkannya pergi begitu saja. "Livy!" teriak Jessica yang mengikutiLivy keluar dari ruangan. Livy pun menoleh menatap Jessica. "Kau juga tidak percaya padaku, hah, Jessica? Dia itu mantan orang gila yang mungkin sampai sekarang masih tetap gila. Untuk apa kau membelanya lagi?" "Bukan dia yang gila, tapi kau yang gila, Livy! Mengapa kau harus mengatakan semua itu di depan banyak orang, hah? Benar saja kata ayahku kalau semua orang di sana tidak berpendidikan, termasuk kau, Livy!" "Terserah kau mau bilang apa, Jessica! Tapi semua yang kukatakan adalah kenyataan!" Jessica yang mendengarnya hanya tertawa
Suara lantang Livy membuat semua orang membelalak kebingungan. Jessica sendiri langsung membelalak dan menoleh tidak percaya ke arah Livy. Memang Jessica sudah mengetahui semuanya, namun Jessica tutup mulut dan ikut menyembunyikan semuanya sampai detik ini. Karena itu, Jessica sama sekali tidak menyangka kalau Livy mengetahui kenyataan itu dan membocorkannya seperti ini di depan semua orang. Jordan dan Rosella sendiri juga membelalak. Jordan yang panik mendengar Livy mengatakannya, sedangkan Rosella yang langsung gemetar karena masa lalunya terungkap. Rosella melirik ke arah Jessica dan Rosella pun pasrah kalau memang Jessica yang membocorkan semuanya, walaupun Rosella masih belum mau menuduh. Tapi selama ini Rosella tahu Jessica sangat dekat dengan Livy. Adipura dan Imelda juga membelalak kaget, namun ia masih belum mengerti apa maksud Livy, begitupun dengan peserta rapat yang juga masih tidak mengerti maksud Livy. "Apa maksudnya, Bu Livy? Siapa yang mantan pasien dengan gang
Rosella berangkat ke kantor pagi itu dan semua arsitek yang akan ikut rapat ternyata sudah menunggunya. Mereka pun saling memberi semangat, sebelum akhirnya mereka dibriefing singkat dan masuk ke ruang rapat yang lebih besar daripada biasanya, seperti ruang sebaguna yang besar dan artistik. Jantung Rosella pun berdebar begitu kencang begitu ia masuk, tapi Jordan terus menyemangatinya. Tidak lama kemudian, satu persatu peserta masuk ke sana yang terdiri dari banyak manager senior. Ada juga perwakilan perusahaan lain yang langsung menempati posisi masing-masing. Dan terakhir Adipura dan Imelda juga masuk ke sana, diikuti oleh Jessica dan Livy. "Aku senang sekali semua berkumpul di sini. Seperti yang kita tahu kali ini kita akan mengerjakan proyek besar dan aku juga sudah menunjuk arsitek utama yang akan bertanggung jawab dalam proyek ini." Adipura membuka rapat. "Arsitek muda yang belum lama bergabung dengan WHA, tapi kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi." "Mari kita sam
"Bagaimana hari ini, Sayang?" Jonathan melakukan video call dengan Rosella dan Julio, sebelum mereka tidur malam itu. Dan Julio pun begitu senang melihat Jonathan yang begitu ia rindukan. Jonathan sendiri sudah mendengar semua cerita detail tentang Rosella dari Jordan dan Jonathan tidak berhenti berterima kasih pada Rosella. Walaupun Rosella sendiri sebenarnya tidak menceritakan apa pun pada Jonathan karena memang ia tidak mau bersikap berlebihan. "Semuanya baik, Jonathan. Julio sekolahnya juga pintar." "Tadi Julio belajar sama Mama sebelum tidur, Papa," celetuk Julio. "Benarkah? Belajar apa, Sayang?" "Julio belajar menulis." "Haha, apa Julio sudah pintar menulis sekarang?""Sedikit-sedikit bisa, Papa. Di rumah Grandma juga Julio belajar menulis." "Siapa yang mengajarimu, Julio?" "Grandpa. Hehe, tulisan Grandpa bagus." Jonathan yang mendengarnya pun langsung tertawa pelan. Mendadak ingatan masa kecil saat Adipura mengajarinya menulis pun muncul di otaknya. "Ya, Grandpa su
Livy keluar dari ruang kerja Jessica dengan geram dan ia langsung melangkah ke ruang kerjanya sendiri. Livy pun melangkah mondar mandir di ruang kerjanya sambil memekik kesal. "Sial kau, Jessica! Hanya karena diselamatkan seperti itu, mendadak kau ada di pihaknya?" "Kau sudah tidak mendukungku lagi bahkan kau mendukung hal yang tidak masuk akal seperti ini!" "Sebenarnya apa yang Om Adipura dan Tante Imelda inginkan? Membuat Rosella akhirnya mewarisi perusahaan ini? Haruskah mereka memperlakukan Rosella begitu special? Sial!" Livy tidak berhenti menggeram kesal sambil duduk di meja kerjanya. Ia pun memejamkan matanya dan berpikir keras, sebelum akhirnya ia memutuskan sesuatu. "Baiklah, Livy! Kau tidak bisa diam lagi karena ternyata satu persatu orang yang berpihak padamu sekarang pindah dan kau sudah tidak punya teman lagi. Bahkan Tante Imelda dan Jessica juga sudah berpihak pada Rosella." "Aku harus melakukan sesuatu. Ya, aku harus melakukan sesuatu," seru Livy sambil meraih po
Beberapa hari berlalu sejak kejadian pelecehan yang hampir dialami Jessica dan beberapa perubahan pun mulai terasa. Adipura marah besar pada keluarga Cedric dan memutuskan hubungan kerja sama walaupun WHA harus mengalami kerugian yang cukup besar. Adipura pun ngotot memenjarakan Cedric agar ia jera dan Jessica pun merasakan betapa ayahnya sangat menyayanginya. Ketulusan ini jujur belum pernah dirasakan oleh Jessica secara nyata. Jessica memang dekat dengan ayahnya dan selalu menuruti apa pun ucapan ayahnya. Namun, ia merasa itu biasa saja dan memang sudah seharusnya. Jessica tidak pernah terlibat masalah apa pun yang membuatnya merasakan pembelaan yang luar biasa sampai kejadian yang ia alami barusan. Ia baru sadar kalau begitu banyak orang yang peduli padanya. Jordan, Rosella, dan kedua orang tuanya. Bahkan Julio yang kecil itu pun yang diberitahu kalau Jessica sakit keesokan harinya langsung mendatangi Jessica dan menemaninya seharian di ranjang. "Cepat sembuh ya, Aunty! Sini
"Cukup, Jordan! Cukup! Jangan bicara begitu! Jessica masih syok!" seru Rosella. "Aku hanya tidak bisa kasihan padanya, Kak! Aku lega karena dia tidak menjadi korban Cedric, tapi aku juga kesal padanya!" Jordan pun terus mengomel dan Jessica hanya terus diam sampai akhirnya rasa mual membuatnya beranjak dari ranjang. Jessica berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya termasuk sisa wine yang sudah diminumnya tadi. "Huwek! Huwek!" Rosella sendiri terus menemani Jessica sambil menepuk punggung Jessica dan mengambilkan tisue untuknya. Jessica pun menerimanya begitu saja tanpa berkata apa-apa. Bukan hanya itu, Rosella juga begitu sibuk mengambilkan Jessica air minum sampai Jordan hanya bisa menatapnya dengan perasaan hangat melihat ketulusan Rosella pada Jessica. "Apa kau tidak membawa jas, Jordan? Kasihan gaun Jessica robek." "Ada di dalam mobil, Kak." "Sana ambilkan! Kasihan Jessica!" Jordan hanya mengembuskan napas panjang lagi, sebelum akhirnya ia pun pergi dar
"Four Season, Jordan! Kita harus segera ke sana! Kita harus menyelamatkan Jessica!" "Aku bersumpah aku mendengarnya ingin melecehkan Jessica, Jordan! Kita tidak bisa membiarkannya!"Rosella begitu panik sampai ia hampir menangis sekarang. Setiap mengingat kata pelecehan, semua hal buruk mendadak berputar di otaknya dan ia pun akan menjadi emosional, apalagi saat ini adik Jonathan yang akan menjadi korban. Rosella benar-benar tidak bisa membiarkannya. "Ayo kita ke sana, Jordan! Ayo kita ke sana! Menyetirlah lebih cepat, Jordan! Kumohon ...." Tubuh Rosella sudah gemetar sekarang sampai air matanya akhirnya menetes juga. Dan Jordan pun bisa merasakan bagaimana Rosella mengkhawatirkan Jessica padahal selama ini Jessica tidak pernah bersikap baik pada Rosella. "Tenang, Kak! Tenanglah!" sahut Jordan akhirnya sambil melajukan mobilnya makin kencang. Jordan pun sempat menelepon ponsel Jessica beberapa kali, namun ponselnya sudah tidak aktif. "Sial! Jessica! Dia mematikan ponselnya!"
Jessica akhirnya tiba di sebuah restoran mewah bersama Cedric. Jessica memakai gaun merah seksi dengan bagian punggung yang terbuka sampai Cedric tidak berhenti memujinya. "Kau luar biasa cantik malam ini, Jessica!" "Hmm, apa biasanya aku tidak cantik, hah?" "Kau selalu cantik, Sayangku." Cedric yang tadinya sudah duduk di hadapan Jessica pun beranjak dari kursinya dan melangkah mendekati Jessica. Cedric meraih tangan Jessica dan menciumnya, sebelum ia menatap wajah cantik itu lekat-lekat. Betapa cantik dan seksi Jessica malam ini dan Cedric sudah tidak tahan lagi untuk menikmati keindahan di balik gaun merah itu. Namun, dengan cepat Cedric menggeleng untuk menepikan pikirannya karena masih ada step yang harus mereka lewati, makan malam, minum, baru menghabiskan malam bersama. "Baiklah, ayo kita makan, Sayang!"Cedric mengajak Jessica makan dan sepanjang makan malam, Cedric tidak berhenti menatap wajah cantik itu. Jessica memang sangat cantik kalau sudah berdandan. "Makanan