Vella tersentak kaget mendengar suara Bik Mala dan langsung menoleh. "Astaga, Bik Mala, Om Jacob, kalian sudah datang? Aku ... tidak ... aku hanya menawari Lalita makan? Benarkan, Sayang?" Vella tersenyum canggung sambil membelai kepala Lalita tapi Lalita tetap menunduk dan tidak bicara sepatah kata pun. "Lalita, Sayang, kau mau makan apa? Biar Bibik ambilkan!" kata Bik Mala mengambil alih Lalita. Vella pun hanya diam dan tidak bicara lagi namun jantungnya berdebar kencang sekarang. "Eh, Om mau makan apa? Biar aku ambilkan ya!" Vella mengambilkan Jacob makan dan seperti yang biasa wanita itu lakukan, Vella akan mengambilkan Jacob semua lauk tanpa bertanya apa yang Jacob benar-benar inginkan. Vella akan menumpuk semuanya ke dalam piring lalu meletakkan piring di depan Jacob dan Jacob selalu terdiam. Jacob selalu makan apa yang bisa ia makan dan menyisakan yang tidak bisa ia makan, semua demi menghargai usaha Vella. Namun detik ini, Jacob merasa berbeda saat membandingkan Vella
Lalita menelepon Bastian hari itu sambil menangis dan menceritakan bagaimana Vella memarahinya. Bastian pun geram sendiri, tapi Bik Mala malah memberinya kabar baik. "Pak Jacob sudah mengusir Vella setelah Vella bersikap begitu kasar pada Lalita. Lalita terus menangis dan Vella benar-benar mati kutu tadi. Bahkan Pak Jacob membentak Vella dan meminta Vella agar tidak datang lagi ke rumah.""Wow, apa mendadak dia mendapat hidayah, hah? Dia tidak sedang sakit dan melantur kan?" "Haha, tidak, Bastian! Dia sedang sangat sehat dan memutuskan semuanya dengan sehat juga. Dia tidak terima cucunya dibentak karena Lalita sudah menjadi anakmu sekarang. Dia sangat menyayangimu dan Lalita, Bastian. Dia menelepon orang tua Vella dan membatalkan perjodohan ini." "Kau pria bebas sekarang, Bastian!" imbuh Bik Mala begitu yakin. "Karena itu, temukan Sierra, Bastian! Bawa dia pulang ke sini dan minta restu Pak Jacob untuk kalian.""Aku akan melakukannya, Bik Mala. Aku hanya sedang mengubah cara pendek
Beberapa waktu kembali berlalu dan Sierra bisa merasakan kemajuan kecil yang ditunjukkan oleh Rosella. Tidak terlalu jelas, namun tatapan Rosella sudah bisa tertarik ke satu hal dan mengikuti ke mana benda itu, tidak seperti dulu yang lebih sering terarah pada satu titik dengan pandangan kosong. Ya, Sierra bisa merasakannya. Dokter Jonathan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Walaupun dokter itu sempat pulang ke Amerika, namun ia kembali seperti waktu yang dijanjikan dan melanjutkan pengobatannya pada Rosella. Bahkan dokter Jonathan menyewa ruang khusus di rumah sakit hanya demi Rosella, karena Jonathan sendiri bukan dokter di rumah sakit itu dan ia hanya berteman baik dengan dokter di sana sehingga memungkinkan baginya untuk menyewa ruangannya. "Hai, selamat pagi, Sierra!" sapa Jonathan saat Sierra datang ke ruang prakteknya. "Selamat pagi, Jonathan!""Bagaimana Rosella pagi ini?""Kau bisa lihat sendiri kondisinya tetap tenang, tapi tatapan matanya sudah lebih responsif sek
"Apa semua sudah siap untuk pertemuan nanti?""Sudah, Bu."Sierra mengangguk mendengarnya. "Baiklah, ini pertama kalinya aku bertemu dengan pimpinan Pak Joyo. Kupikir kontrak ini akan ditandatangani bersama Pak Joyo.""Ada perubahan dan pimpinan Pak Joyo hanya mau bertemu dengan Anda, Bu.""Aku tahu. Memang sudah seharusnya aku yang bertemu dengannya, tidak apa. Tolong beritahu saja kalau dia tiba, aku akan mempelajari berkas ini lebih lanjut dulu.""Baik, Bu!" Sekretaris Sierra pun berpamitan keluar dari ruang kerja Sierr,a sementara Sierra sendiri langsung berkutat dengan berkasnya. Sierra pun masih begitu sibuk saat ponselnya berbunyi dan Marco meneleponnya. "Halo, Pak Marco!" sapa Sierra begitu mengangkat teleponnya. "Jangan panggil aku Pak, Sierra! Santai saja seperti biasa."Sierra tertawa pelan. "Maaf, aku sungguh tidak bisa. Kau adalah bosku sekarang," ujarnya sambil sedikit bercanda. "Haha, baiklah, terserah padamu, Sierra! Jadi bagaimana kontrak barunya?""Kami sedang me
Bastian terus tersenyum saat akhirnya ia tiba di Harrison Group, tempat di mana Sierra berada. Terlihat Pak Joyo juga berlari kecil untuk menyambut pimpinannya itu."Pak Bastian, akhirnya Anda tiba."Bagaimana pertemuannya, Pak Joyo?""Semua berjalan lancar dan kami sudah membicarakan beberapa poin, tinggal tanda tangan saja.""Bagus! Ayo!" ajak Bastian sambil melangkah dengan mantap bersama Pak Joyo dan Tory. Tory sendiri mulai penasaran bagaimana reaksi kedua sejoli itu saat bertemu. Namun di luar dugaan, senyuman Bastian menghilang sama sekali saat mereka tiba di depan ruang rapat, bahkan raut wajah Bastian nampak dingin dan datar seperti dulu lagi. "Silakan, Pak!" kata sekretaris Sierra yang sejak tadi menemani Pak Joyo turun dan mengantarnya lagi ke atas. Pintu ruang rapat pun dibuka dan Sierra langsung bangkit berdiri sambil menoleh ke arah pintu ruang rapat, bersiap untuk menyambut pimpinan Pak Joyo dengan senyuman ramah yang sudah ia sunggingkan di bibir merahnya. Bastia
"Baiklah, aku sudah membaca semuanya dan menandatanganinya. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik, Bu Sierra!""Dan ke depannya mungkin kita akan lebih sering bertemu karena aku akan menghandle sendiri proyek ini, sedangkan Pak Joyo hanya akan memback-up kalau aku tidak ada."Sierra masih tetap menegang mendengarnya dan hanya bisa mengangguk. Sejak tadi Bastian terus berbicara dan Sierra lebih banyak diam, mendengarkan suara dalam Bastian yang terasa sangat merdu di telinganya, apalagi Bastian tidak berhenti menatapnya dan membuat Sierra benar-benar mati kutu. Dan sekarang Bastian mengatakan akan menghandle langsung proyeknya. Berarti sekarang ia akan lebih sering bertemu dengan Bastian? Oh, takdir macam apa ini? Sierra berencana pergi selamanya dari Bastian, tapi mengapa mereka harus bertemu dengan cara seperti ini?Cara yang membuat Sierra tidak bisa menghindar lagi. "Jadi apa ada pertanyaan, Bu Sierra? Sejak tadi kau lebih banyak melamun." Suara Bastian terdengar lagi. "
Sierra terus merapikan bajunya pagi itu. Entah mengapa ia mendadak begitu gugup karena hari ini ia akan bertemu dengan Bastian di lokasi proyek. Beberapa baju atasan nampak terbentang di atas ranjang dan Sierra sudah mencoba semuanya, sebelum akhirnya ia memutuskan memakai kemeja modis berwarna putih dan celana panjang. "Baiklah, ini outfit yang pas untuk meninjau lokasi proyek kan? Jadi aku tidak akan bingung dengan rokku." "Tapi astaga, Sierra! Ini bukan pertama kalinya kau mengunjungi lokasi proyek kan? Kau sudah sering melakukannya sejak masih bekerja di Sagala Group!""Astaga, aku pasti sudah gila! Ck!" Sierra menarik napas panjangnya dan menghembuskannya lagi. "Baiklah, bersikaplah biasa, Sierra! Bersikaplah biasa! Kalaupun dia berpura-pura tidak mengenalmu, kau juga harus melakukan yang sama!""Aku tahu kau kecewa dan perasaanmu tidak enak, tapi kau sendiri yang memintanya, mengapa harus kecewa?"Sierra terus bicara sendiri dan menjawab sendiri sampai ia begitu galau pagi i
Tory langsung menjalankan tugasnya dengan membawa Pak Joyo pergi jauh dari Bastian dan Sierra. "Jadi kita akan mulai dari mana, Bu Sierra?" tanya Bastian saat ia dan Sierra sudah berdua saja. Sierra mengernyit. "Maksudmu mulai dari mana?""Proyeknya, Bu Sierra. Bisakah kau menjelaskannya padaku?""Oh, proyeknya. Tentu saja! Kau bisa melihat ini kan?"Sierra menunjukkan sebuah gambar di kertas, namun jarak antara Sierra dan Bastian masih cukup jauh sampai Bastian pun menatap Sierra dan menggodanya. "Aku tidak bisa melihat gambarnya kalau posisimu begitu jauh, Bu Sierra. Mendekatkah!""Ah, maafkan aku!" seru Sierra sambil sedikit mendekat dan baru saja akan memulai penjelasannya, namun Bastian sudah menyelanya lagi. "Kurang dekat, Bu Sierra!""Astaga, ini sudah dekat, Pak Bastian!""Aku tidak berpenyakit, Bu Sierra, jadi jangan takut tertular! Mendekatkah dan berdiri di sampingku!"Sierra terus mengembuskan napas tidak nyaman. "Itu ... kurasa ini sudah cukup, Pak Bastian."Bastian h