"Baiklah, aku sudah membaca semuanya dan menandatanganinya. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik, Bu Sierra!""Dan ke depannya mungkin kita akan lebih sering bertemu karena aku akan menghandle sendiri proyek ini, sedangkan Pak Joyo hanya akan memback-up kalau aku tidak ada."Sierra masih tetap menegang mendengarnya dan hanya bisa mengangguk. Sejak tadi Bastian terus berbicara dan Sierra lebih banyak diam, mendengarkan suara dalam Bastian yang terasa sangat merdu di telinganya, apalagi Bastian tidak berhenti menatapnya dan membuat Sierra benar-benar mati kutu. Dan sekarang Bastian mengatakan akan menghandle langsung proyeknya. Berarti sekarang ia akan lebih sering bertemu dengan Bastian? Oh, takdir macam apa ini? Sierra berencana pergi selamanya dari Bastian, tapi mengapa mereka harus bertemu dengan cara seperti ini?Cara yang membuat Sierra tidak bisa menghindar lagi. "Jadi apa ada pertanyaan, Bu Sierra? Sejak tadi kau lebih banyak melamun." Suara Bastian terdengar lagi. "
Sierra terus merapikan bajunya pagi itu. Entah mengapa ia mendadak begitu gugup karena hari ini ia akan bertemu dengan Bastian di lokasi proyek. Beberapa baju atasan nampak terbentang di atas ranjang dan Sierra sudah mencoba semuanya, sebelum akhirnya ia memutuskan memakai kemeja modis berwarna putih dan celana panjang. "Baiklah, ini outfit yang pas untuk meninjau lokasi proyek kan? Jadi aku tidak akan bingung dengan rokku." "Tapi astaga, Sierra! Ini bukan pertama kalinya kau mengunjungi lokasi proyek kan? Kau sudah sering melakukannya sejak masih bekerja di Sagala Group!""Astaga, aku pasti sudah gila! Ck!" Sierra menarik napas panjangnya dan menghembuskannya lagi. "Baiklah, bersikaplah biasa, Sierra! Bersikaplah biasa! Kalaupun dia berpura-pura tidak mengenalmu, kau juga harus melakukan yang sama!""Aku tahu kau kecewa dan perasaanmu tidak enak, tapi kau sendiri yang memintanya, mengapa harus kecewa?"Sierra terus bicara sendiri dan menjawab sendiri sampai ia begitu galau pagi i
Tory langsung menjalankan tugasnya dengan membawa Pak Joyo pergi jauh dari Bastian dan Sierra. "Jadi kita akan mulai dari mana, Bu Sierra?" tanya Bastian saat ia dan Sierra sudah berdua saja. Sierra mengernyit. "Maksudmu mulai dari mana?""Proyeknya, Bu Sierra. Bisakah kau menjelaskannya padaku?""Oh, proyeknya. Tentu saja! Kau bisa melihat ini kan?"Sierra menunjukkan sebuah gambar di kertas, namun jarak antara Sierra dan Bastian masih cukup jauh sampai Bastian pun menatap Sierra dan menggodanya. "Aku tidak bisa melihat gambarnya kalau posisimu begitu jauh, Bu Sierra. Mendekatkah!""Ah, maafkan aku!" seru Sierra sambil sedikit mendekat dan baru saja akan memulai penjelasannya, namun Bastian sudah menyelanya lagi. "Kurang dekat, Bu Sierra!""Astaga, ini sudah dekat, Pak Bastian!""Aku tidak berpenyakit, Bu Sierra, jadi jangan takut tertular! Mendekatkah dan berdiri di sampingku!"Sierra terus mengembuskan napas tidak nyaman. "Itu ... kurasa ini sudah cukup, Pak Bastian."Bastian h
"Dasar Bastian brengsek! Auw! Sepertinya ada otot yang tertarik di kakiku, mengapa tiba-tiba sakit ya." gumam Sierra sambil sedikit menyeret kakinya. Ia begitu kesal pada Bastian yang menyebalkan. "Baiklah, katakan memang aku yang memintanya begitu, tapi apa dia boneka? Apa dia hanya bisa menurutiku tanpa berpikir?""Bahkan dia hanya diam saat melihatku hampir jatuh tadi padahal di bawah sana banyak sekali kayu-kayu dan bahan bangunan.""Bagaimana kalau aku jatuh tertusuk dan aku mati? Atau jangan mati, atau mendadak aku tertusuk dan berdarah, aku tidak bisa jalan atau ...."Mendadak Sierra terdiam. Ia begitu kesal pada Bastian, namun ia juga begitu kesal pada dirinya sendiri yang bisa-bisanya mengomel dengan absurd seperti ini. Bahkan, Sierra heboh sendiri dan berdandan sejak pagi, tapi Bastian begitu acuh padanya. Sementara Bastian sendiri masih tetap menatap Sierra dari kejauhan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Seolah Bastian sedang menahan sesuatu, karena itulah Basti
Suara halus dengan nada mengundang saat Bastian mengatakannya membuat Sierra membeku seketika. Jantungnya yang sudah berdebar kencang sekarang makin memacu tidak karuan. Begitu banyak fakta mengejutkan yang ia dengar membuat Sierra tidak bisa bergerak sama sekali di tempatnya dan hanya menatap sepasang mata yang seolah sedang tersenyum itu. Bastian tinggal di apartemen bersama Tory? Jacob sudah membatalkan perjodohan dengan Vella? Dan Bastian hidup selibat selama ini? Bastian tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun sejak Sierra pergi?Oh, tunggu! Sejak kekasihnya pergi. Tapi Sierra bukan kekasih Bastian. Seketika Sierra pun mengembuskan napas panjang dan mengalihkan tatapannya sejenak dari Bastian. "Hmm, baiklah kalau begitu, Pak Bastian. Kau ...." Sierra ragu sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Kau tidak perlu menceritakan semuanya padaku juga kan?""Menceritakan apa? Tentang hidupku? Memang tidak perlu, Bu Sierra." Bastian kembali tersenyum sambil menyandarkan lagi
Bastian sudah terdiam saat mendapatkan Sierra dalam pelukannya. Bahkan ia tidak peduli kalau saat ini sedang mati lampu dengan backsound suara para pekerja proyek yang sedang ribut. Bastian pun menunduk menatap Sierra dengan perasaan yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Apa mungkin Sierra bisa mendengar debaran jantung Bastian sekarang? Namun, di sisi lain, bukankah Bastian harus menjaga harga dirinya saat ini? Atau haruskah ia menyerah saja seperti kata Tory?Entahlah, Bastian tidak dapat berpikir saat bibir merah merekah milik Sierra sudah terbuka mengundangnya. Sierra sendiri juga sudah tidak dapat berpikir saat merasakan betapa aman dan nyamannya berada dalam pelukan Bastian saat ini. Sierra pun tidak tahan lagi. Entah setan apa yang merasukinya sampai Sierra memanggil Bastian dengan suara paraunya. "Bastian ...," panggil Sierra sambil menatap penuh harap. Walaupun Sierra juga tidak tahu jelas apa yang ia inginkan, namun ia tahu ia menginginkan sesuatu dari Bastian. Dan per
Beberapa hari berlalu dan sejak mendapat mimpi nakalnya malam itu, Sierra pun terus merasa malu setiap bertemu Bastian. Tentu saja Sierra menutupi rasa malunya dengan bersikap tetap tenang, namun begitu ia sudah sendirian, ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. "Astaga, Sierra! Berhenti bersikap seperti ini! Mengapa pikiranmu selalu kotor setiap melihatnya? Oh, pasti ada yang salah dengan otakku!" rutuk Sierra kesal. Dalam beberapa hari ini, Bastian dan Sierra sudah berinteraksi seperti biasa karena memang kesibukan di awal proyek membuat mereka tidak punya waktu berdua saja. Namun, Sierra tetap tidak berhenti tersipu dengan jantung yang berdebar sendiri. "Apa kau merasa ada yang aneh dengannya beberapa hari ini, Tory?" tanya Bastian saat ia sudah berdua saja bersama Tory. "Aneh bagaimana, Bos? Bukankah kalian memang masih saling memanggil Pak Bu dan ya, hanya itu yang aneh bagiku. Kalian terlihat seperti sedang memaksakan diri untuk sopan.""Ck, bukan itu maksudku, Tory! Tapi
"Apa Sierra belum datang?" "Belum, Bos. Aku sudah berkeliling ballroom 3x tapi aku belum menemukan Bu Sierra sama sekali.""Ck, tapi kau yakin dia akan datang kan? Aku tidak mau membuang waktuku di sini kalau dia tidak datang. Kita sudah setengah jam di sini, Tory!" geram Bastian. Bastian sengaja datang lebih pagi agar bisa melihat Sierra lebih lama, namun yang ia dapatkan malah zonk. Alih-alih menemukan Sierra, ia malah terus dihampiri para wanita lain, partner bisnis yang lain sampai Bastian merasa terlalu banyak basa-basi di sini. "Aku sudah memastikannya, Bos. Entahlah kalau mendadak dia berubah pikiran dan tidak jadi datang." Tory tertawa nyengir menatap Bastian. "Sialan kau, Tory!" geram Bastian kesal. "Hai, Pak Bastian! Kita bertemu di sini!" Mendadak seorang rekan bisnis wanita menghampiri Bastian. Bastian pun terpaksa meladeninya, namun dalam hatinya ia mengumpat karena sudah menunggu Sierra terlalu lama. Sierra sendiri baru saja memarkir mobilnya ke parkiran sebuah h