"Apa semua sudah siap untuk pertemuan nanti?""Sudah, Bu."Sierra mengangguk mendengarnya. "Baiklah, ini pertama kalinya aku bertemu dengan pimpinan Pak Joyo. Kupikir kontrak ini akan ditandatangani bersama Pak Joyo.""Ada perubahan dan pimpinan Pak Joyo hanya mau bertemu dengan Anda, Bu.""Aku tahu. Memang sudah seharusnya aku yang bertemu dengannya, tidak apa. Tolong beritahu saja kalau dia tiba, aku akan mempelajari berkas ini lebih lanjut dulu.""Baik, Bu!" Sekretaris Sierra pun berpamitan keluar dari ruang kerja Sierr,a sementara Sierra sendiri langsung berkutat dengan berkasnya. Sierra pun masih begitu sibuk saat ponselnya berbunyi dan Marco meneleponnya. "Halo, Pak Marco!" sapa Sierra begitu mengangkat teleponnya. "Jangan panggil aku Pak, Sierra! Santai saja seperti biasa."Sierra tertawa pelan. "Maaf, aku sungguh tidak bisa. Kau adalah bosku sekarang," ujarnya sambil sedikit bercanda. "Haha, baiklah, terserah padamu, Sierra! Jadi bagaimana kontrak barunya?""Kami sedang me
Bastian terus tersenyum saat akhirnya ia tiba di Harrison Group, tempat di mana Sierra berada. Terlihat Pak Joyo juga berlari kecil untuk menyambut pimpinannya itu."Pak Bastian, akhirnya Anda tiba."Bagaimana pertemuannya, Pak Joyo?""Semua berjalan lancar dan kami sudah membicarakan beberapa poin, tinggal tanda tangan saja.""Bagus! Ayo!" ajak Bastian sambil melangkah dengan mantap bersama Pak Joyo dan Tory. Tory sendiri mulai penasaran bagaimana reaksi kedua sejoli itu saat bertemu. Namun di luar dugaan, senyuman Bastian menghilang sama sekali saat mereka tiba di depan ruang rapat, bahkan raut wajah Bastian nampak dingin dan datar seperti dulu lagi. "Silakan, Pak!" kata sekretaris Sierra yang sejak tadi menemani Pak Joyo turun dan mengantarnya lagi ke atas. Pintu ruang rapat pun dibuka dan Sierra langsung bangkit berdiri sambil menoleh ke arah pintu ruang rapat, bersiap untuk menyambut pimpinan Pak Joyo dengan senyuman ramah yang sudah ia sunggingkan di bibir merahnya. Bastia
"Baiklah, aku sudah membaca semuanya dan menandatanganinya. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik, Bu Sierra!""Dan ke depannya mungkin kita akan lebih sering bertemu karena aku akan menghandle sendiri proyek ini, sedangkan Pak Joyo hanya akan memback-up kalau aku tidak ada."Sierra masih tetap menegang mendengarnya dan hanya bisa mengangguk. Sejak tadi Bastian terus berbicara dan Sierra lebih banyak diam, mendengarkan suara dalam Bastian yang terasa sangat merdu di telinganya, apalagi Bastian tidak berhenti menatapnya dan membuat Sierra benar-benar mati kutu. Dan sekarang Bastian mengatakan akan menghandle langsung proyeknya. Berarti sekarang ia akan lebih sering bertemu dengan Bastian? Oh, takdir macam apa ini? Sierra berencana pergi selamanya dari Bastian, tapi mengapa mereka harus bertemu dengan cara seperti ini?Cara yang membuat Sierra tidak bisa menghindar lagi. "Jadi apa ada pertanyaan, Bu Sierra? Sejak tadi kau lebih banyak melamun." Suara Bastian terdengar lagi. "
Sierra terus merapikan bajunya pagi itu. Entah mengapa ia mendadak begitu gugup karena hari ini ia akan bertemu dengan Bastian di lokasi proyek. Beberapa baju atasan nampak terbentang di atas ranjang dan Sierra sudah mencoba semuanya, sebelum akhirnya ia memutuskan memakai kemeja modis berwarna putih dan celana panjang. "Baiklah, ini outfit yang pas untuk meninjau lokasi proyek kan? Jadi aku tidak akan bingung dengan rokku." "Tapi astaga, Sierra! Ini bukan pertama kalinya kau mengunjungi lokasi proyek kan? Kau sudah sering melakukannya sejak masih bekerja di Sagala Group!""Astaga, aku pasti sudah gila! Ck!" Sierra menarik napas panjangnya dan menghembuskannya lagi. "Baiklah, bersikaplah biasa, Sierra! Bersikaplah biasa! Kalaupun dia berpura-pura tidak mengenalmu, kau juga harus melakukan yang sama!""Aku tahu kau kecewa dan perasaanmu tidak enak, tapi kau sendiri yang memintanya, mengapa harus kecewa?"Sierra terus bicara sendiri dan menjawab sendiri sampai ia begitu galau pagi i
Tory langsung menjalankan tugasnya dengan membawa Pak Joyo pergi jauh dari Bastian dan Sierra. "Jadi kita akan mulai dari mana, Bu Sierra?" tanya Bastian saat ia dan Sierra sudah berdua saja. Sierra mengernyit. "Maksudmu mulai dari mana?""Proyeknya, Bu Sierra. Bisakah kau menjelaskannya padaku?""Oh, proyeknya. Tentu saja! Kau bisa melihat ini kan?"Sierra menunjukkan sebuah gambar di kertas, namun jarak antara Sierra dan Bastian masih cukup jauh sampai Bastian pun menatap Sierra dan menggodanya. "Aku tidak bisa melihat gambarnya kalau posisimu begitu jauh, Bu Sierra. Mendekatkah!""Ah, maafkan aku!" seru Sierra sambil sedikit mendekat dan baru saja akan memulai penjelasannya, namun Bastian sudah menyelanya lagi. "Kurang dekat, Bu Sierra!""Astaga, ini sudah dekat, Pak Bastian!""Aku tidak berpenyakit, Bu Sierra, jadi jangan takut tertular! Mendekatkah dan berdiri di sampingku!"Sierra terus mengembuskan napas tidak nyaman. "Itu ... kurasa ini sudah cukup, Pak Bastian."Bastian h
"Dasar Bastian brengsek! Auw! Sepertinya ada otot yang tertarik di kakiku, mengapa tiba-tiba sakit ya." gumam Sierra sambil sedikit menyeret kakinya. Ia begitu kesal pada Bastian yang menyebalkan. "Baiklah, katakan memang aku yang memintanya begitu, tapi apa dia boneka? Apa dia hanya bisa menurutiku tanpa berpikir?""Bahkan dia hanya diam saat melihatku hampir jatuh tadi padahal di bawah sana banyak sekali kayu-kayu dan bahan bangunan.""Bagaimana kalau aku jatuh tertusuk dan aku mati? Atau jangan mati, atau mendadak aku tertusuk dan berdarah, aku tidak bisa jalan atau ...."Mendadak Sierra terdiam. Ia begitu kesal pada Bastian, namun ia juga begitu kesal pada dirinya sendiri yang bisa-bisanya mengomel dengan absurd seperti ini. Bahkan, Sierra heboh sendiri dan berdandan sejak pagi, tapi Bastian begitu acuh padanya. Sementara Bastian sendiri masih tetap menatap Sierra dari kejauhan dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Seolah Bastian sedang menahan sesuatu, karena itulah Basti
Suara halus dengan nada mengundang saat Bastian mengatakannya membuat Sierra membeku seketika. Jantungnya yang sudah berdebar kencang sekarang makin memacu tidak karuan. Begitu banyak fakta mengejutkan yang ia dengar membuat Sierra tidak bisa bergerak sama sekali di tempatnya dan hanya menatap sepasang mata yang seolah sedang tersenyum itu. Bastian tinggal di apartemen bersama Tory? Jacob sudah membatalkan perjodohan dengan Vella? Dan Bastian hidup selibat selama ini? Bastian tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun sejak Sierra pergi?Oh, tunggu! Sejak kekasihnya pergi. Tapi Sierra bukan kekasih Bastian. Seketika Sierra pun mengembuskan napas panjang dan mengalihkan tatapannya sejenak dari Bastian. "Hmm, baiklah kalau begitu, Pak Bastian. Kau ...." Sierra ragu sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Kau tidak perlu menceritakan semuanya padaku juga kan?""Menceritakan apa? Tentang hidupku? Memang tidak perlu, Bu Sierra." Bastian kembali tersenyum sambil menyandarkan lagi
Bastian sudah terdiam saat mendapatkan Sierra dalam pelukannya. Bahkan ia tidak peduli kalau saat ini sedang mati lampu dengan backsound suara para pekerja proyek yang sedang ribut. Bastian pun menunduk menatap Sierra dengan perasaan yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Apa mungkin Sierra bisa mendengar debaran jantung Bastian sekarang? Namun, di sisi lain, bukankah Bastian harus menjaga harga dirinya saat ini? Atau haruskah ia menyerah saja seperti kata Tory?Entahlah, Bastian tidak dapat berpikir saat bibir merah merekah milik Sierra sudah terbuka mengundangnya. Sierra sendiri juga sudah tidak dapat berpikir saat merasakan betapa aman dan nyamannya berada dalam pelukan Bastian saat ini. Sierra pun tidak tahan lagi. Entah setan apa yang merasukinya sampai Sierra memanggil Bastian dengan suara paraunya. "Bastian ...," panggil Sierra sambil menatap penuh harap. Walaupun Sierra juga tidak tahu jelas apa yang ia inginkan, namun ia tahu ia menginginkan sesuatu dari Bastian. Dan per