Lucas yang baru saja pulang dari lembur mengernyit bingung saat memasuki rumah. Ia melihat jam tangannya, masih terlalu dini untuk tidur tapi semua keluarganya tidak kelihatan. Baru akan melanjutkan langkah menuju kamar untuk membersihkan diri, ia mendengar suara pintu utama yang terbuka.
Alisnya terangkat satu saat melihat orang tua dan adiknya memasuki rumah dengan wajah murung. Bahkan adiknya itu langsung pamit pergi ke kamar tanpa menyapanya sama sekali.
“Kalian dari mana?” Lucas bertanya setelah duduk di depan orang tuanya.
“Dari rumah om Kendrick, kak.”
“Ngapain pa?”
Adam menghela nafas, “Adikmu memutuskan pertunangan dengan Allarick,” ucapnya sendu.
Lucas tak bisa menutupi keterkejutannya, ia spontan melirik ke arah lantai atas di mana kamar adiknya berada. Mengapa tiba-tiba seperti ini? Bahkan ia masih ingat betul kalau dua hari yang lalu hubungan mereka berdua masih baik, Elleza juga meyakinkan kalau Allarick sekarang berubah dan berusaha mencintai adiknya itu.
“Alasannya apa pa?”
“Papa dan mama juga tidak tau kak, tadi sore saat pulang kantor Elle mengatakan kalau dia sudah menyerah akan hubungannya dengan Allarick, dan mengajak pergi kerumah mereka untuk memutuskan pertunangan. Sebagai orang tua, mama dan papa hanya bisa mendukung keputusannya. Apalagi kita semua tau bagaimana sikap Allarick pada adikmu selama ini.”
Penjelasan papanya itu membuat Lucas semakin bingung. Rasanya mustahil bagi seorang Elleza Ainsley yang mencintai Allarick Xaviero begitu dalam, melepaskannya begitu saja. Tanpa sadar tangan Lucas mengepal, dua hari yang lalu pria brengsek itu mengatakan kalau Elle adalah satu satunya. Lantas mengapa sekarang Elle tiba-tiba memutus pertunangan mereka? Ia yakin ini semua pasti karena ulah Allarick.
Ah, Lucas ingat dua hari yang lalu setelah meeting Elle langsung pergi untuk dinner dengan Allarick. Namun saat ia baru saja sampai di rumah, tak lama kemudian Elle juga pulang. Saat ia bertanya, adiknya itu mengatakan mereka tak jadi dinner tanpa mengatakan alasannya.
“Padahal dua hari yang lalu, untuk ke sekian kalinya Elle meyakinkan Lucas kalau hubungan mereka sudah membaik dan Allarick belajar mencintainya pa. Bahkan Allarick sendiri mengatakan kalau sekarang hanya Elle satu satunya.”
“Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, kak. Kita hanya bisa mendukung Elleza, dan menguatkannya. Kalau ucapan Allarick itu memang sungguh-sungguh, pasti dia akan memperjuangkan Elle. Kita lihat saja, apa dia akan memperjuangkan Elle, atau justru kembali pada kekasihnya,” sahut Karina.
***
Langkah pertama yang dilakukan Allarick adalah mendatangi restoran tempat mereka akan dinner malam itu untuk memeriksa cctv. Setidaknya sebelum mendatangi Elleza dan menjelaskan kejadian sebenarnya, ia harus lebih dulu memilki bukti.
Allarick mendesah lega, saat sampai di sana restoran itu belum tutup. Dengan cepat ia masuk dan mencari manajer restoran untuk meminta izin melihat rekaman cctv.
“Mohon maaf sekali pak, dua hari yang lalu cctv kami mengalami kerusakan sejak pagi. Kami baru bisa memperbaikinya malam hari saat restoran ini sudah tutup agar tidak menganggu kenyamanan pelanggan. Jadi, saat bapak ada di sini di jam itu, tidak terekam oleh cctv.”
Ucapan manajer itu membuat Allarick semakin bertambah pusing. Sialan!! Jika seperti ini tak akan mudah baginya untuk membuat Elleza percaya dengan penjelasannya. Setelah mengucapkan terima kasih, Allarick segera keluar dari restoran itu.
Saat sudah memasuki mobil, Allarick menyenderkan kepalanya di kursi kemudi. Ia memijat pangkal hidungnya, dan memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya sejenak.
“Jika memang kau melihat Laura menciumku, kenapa kau malah pergi Elle? Bukankah dulu kau dengan bar-bar selalu berani menjambak Laura saat kau melihatnya dekat denganku? Lalu kenapa saat itu kau tak melakukannya?”
“Bahkan hanya dengan membayangkan melewati hari-hariku tanpamu, sudah terasa sangat berat Elle,” gumam Allarick gusar.
Saat sudah merasa cukup tenang, Allarick melajukan mobilnya menuju rumah. Sebenarnya saat ini ia ingin langsung menemui Elleza dan meluruskan kesalahpahaman mereka, namun ia urung karena ia yakin Elleza butuh waktu sendiri.
Sementara itu, Elleza termenung menatap figura yang berisi fotonya dengan Allarick yang di ambil saat ia wisuda beberapa bulan yang lalu. Itu adalah foto ‘berdua’ mereka yang pertama. Di foto itu, untuk pertama kalinya Allarick mau berfoto berdua dengannya tanpa keluarga mereka. Di foto itu, untuk pertama kalinya Allarick tersenyum saat berfoto bersamanya . Karena semenjak bertunangan, pria itu tak pernah sekalipun menunjukkan senyumnya saat berfoto bersama Elleza dan keluarga mereka.
“Dulu aku memang marah dan tidak suka ketika melihat kamu bersama dengan Laura, aku juga cemburu. Namun aku tidak begitu sakit hati karena aku tau kalau aku adalah orang ketiga di hubungan kalian, dan aku tau kalau kamu tidak menyukaiku. Bahkan sikapmu padaku sangat kasar dan ketus.” Elleza terkekeh, namun setetes air jatuh dari matanya.
“Tapi sekarang, setelah hanya ada kita berdua. Sikapmu yang berubah menjadi lembut, dan kau yang berusaha untuk mencintaiku. Aku merasakan sakit yang luar biasa saat melihatmu berciuman dengan Laura tepat di depanku. Aku merasa seperti, terkhianati? Aku merasa kau mempermainkanku.”
“Harusnya aku memutuskan pertunangan ini sejak awal, saat kau masih kasar dan tak ada perasaan apapun padaku. Dengan begitu mungkin aku bisa lebih cepat melupakanmu, karena kau jahat padaku. Tapi sekarang, rasanya akan sulit. Karena aku juga akan mengingat perlakuanmu yang lembut, perhatian, dan tatapanmu yang tulus itu,” keluh Elleza, bahunya merosot lesu.
Malam ini, Elleza dan Allarick sama-sama merutuki kebodohan masing-masing. Dan mereka, sama-sama terluka.
***
Hari ini weekend, dan Allarick masih betah berada di atas kasurnya meski waktu sudah menunjuk pukul 11 siang. Ia terus menerus berusaha menelfon Elleza, namun panggilannya selalu di tolak.
“Damn!!” umpat Allarick sesaat setelah gadis itu memblokir nomornya.
Mengacak rambutnya frustasi, Allarick bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Ia tak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut hingga hubungannya dengan Elleza semakin hancur.
Allarick menuruni anak tangga dengan cepat, saat sudah sampai di lantai bawah ia berpapasan dengan sang ayah yang baru akan duduk di ruang tamu.
“Mau kemana son?”
“Menemui Elleza pi.” Allarick hendak melanjutkan langkah, namun suara maminya lebih dulu terdengar.
“Makan dulu Al, kamu tadi melewatkan sarapan.”
Tau anaknya akan membantah, Wina lebih dulu menarik lengan Allarick lalu mengajaknya ke ruang makan. Dengan telaten ia mengambilkan nasi serta lauk pauk, meski putranya itu mengatakan ingin makan roti.
“Ini sudah siang, roti tak akan membuatmu kenyang. Cepat makan, jangan membantah!” Wina berkata tegas.
Allarick memakan makanannya dalam diam dan lesu, sedangkan Wina menatap putranya dengan sendu. Sang putra yang arogan, keras, dan seolah tak tergoyahkan oleh apapun itu, kini tertunduk lesu karena di tinggalkan seorang gadis yang mulai dia cintai.
Wina mengelus pelan punggung tangan kiri Allarick, “Jangan lemah. Elleza mungkin sudah menyerah, tapi kamu baru memulai. Jika dia sudah berhenti mengejarmu, maka kamu yang harus berbalik dan berlari padanya,” ucapnya memberi semangat.
Ya, sekarang giliran Allarick yang berjuang. Mungkin kali ini keadaan akan berbalik, Allarick mungkin akan mengalami apa yang di alami oleh Elleza dulu. Namun tak apa, asalkan pada akhirnya gadis itu menjadi miliknya.
“Aku tak habis pikir, ternyata kau masih punya muka untuk datang kerumah ini tuan muda Xaviero,” ejek Lucas menatap remeh pada Allarick yang berdiri di depannya.“Aku ingin bertemu Elle kak. Dia hanya salah paham, dan aku akan menjelaskan yang sebenarnya.”“Siapa yang datang kak? Kenapa tidak di ajak masuk?”Lucas dan Allarick sama-sama menoleh ke arah belakang di mana suara Karina itu berasal. Keduanya saat ini memang sedang berdiri di depan pintu. Tadi Allarick datang bertepatan dengan Lucas yang keluar hendak bermain catur dengan security di pos.“Kenapa kemari?” tanya Karina dengan ketus.“Al ingin bertemu Elleza, ma. Semua tidak seperti yang dia pikirkan, begitupun dengan kalian.”Karina menatap putra sulungnya seakan meminta pendapat. Walaupun sebenarnya ia ingin mengusir Allarick pergi dari sini, namun di saat bersamaan ia juga ingin tau apa sebenarnya permasalahan yang membuat Elleza senekat itu memutuskan pertunangan sepihak.Lucas mengangguk pada mamanya, lalu pergi ke taman
Dengan langkah lebar dan pandangan lurus ke depan, Allarick Xaviero berjalan santai memasuki gedung perusahaannya. Kantung mata laki-laki itu menghitam, wajahnya tak sesegar biasanya, namun tetap saja ketampanan seorang tuan muda Xaviero itu tak berkurang.Para karyawan yang berlalu lalang membungkuk dengan segan padanya. Si bos yang akhir-akhir ini sangat murah senyum itu, hari ini terlihat begitu dingin dan suram. Dan mereka memilih untuk menghindar daripada terkena masalah.“Arick.”Panggilan itu mengalihkan perhatian Allarick. Ia cukup terkejut saat melihat Laura dengan berani menunggunya di lobby, bahkan wanita itu kini berjalan mendekatinya.“Arick.”“KENAPA KALIAN MEMBIARKAN WANITA INI MASUK, HAH?!” Teriaknya murka, ia mengedarkan pandangannya menatap pada para karyawan, sesaat kemudian security berlari mendekat.Laura memegang tangan Allarick, “Arick, aku mohon bantuan kamu. A-aku, aku butuh pekerjaan Arick. Tidak bisakah kamu kasih aku pekerjaan? Aku nggak tau lagi harus mint
Suara pecahan serta benda-benda jatuh masih terus terdengar di ruangan Allarick. Sepeninggal Lucas dan Elleza, pria itu langsung kembali ke ruangannya dan membanting barang-barang yang ada di ruangannya untuk melampiaskan emosi. Brakk Kepalan tangan Allarick kembali menghantam meja. “Arghhh kau tidak bisa melakukan ini padaku Elle!! Kau tidak bisa pergi dariku!!” teriaknya. “Kau sudah masuk ke dalam hidupku dan berhasil membuatku jatuh padamu. Untuk itu, kau tak akan pernah bisa pergi semaumu, Elle. Kalau dengan cara halus kau tetap keras kepala, maka aku akan menggunakan cara kasar dan licik untuk membuatmu kembali padaku,” lanjutnya dengan seringai tipis. Laki-laki itu mulai tenang, ia beranjak ke arah sofa dan mendudukkan diri. Tangannya terjulur ke arah laci kecil di samping sofa untuk mengambil sesuatu yang ia simpan di sana. Glek Pria itu menenggak minuman alkohol langsung dari botolnya, “Ah, hanya kau yang bisa membuatku mabuk di jam kerja seperti ini, Elle.” Allarick terk
Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Elleza yang kalap berbelanja sebanyak itu. Ia melirik ke arah kasir yang sedang meghitung belanjaan Elleza, lalu beralih menatap tangannya yang hanya memegang satu celana dan satu crop top.“Ini. Sekalian dengan belanjaan mereka.”Baik Tamara maupun Elleza— yang semula menatap ponsel langsung menoleh bersamaan saat mendengar suara yang familiar di telinga mereka. Pria itu—Allarick, berdiri di samping Elleza dengan tangan kanan menyodorkan black card pada kasir.“Tidak usah. Saya bayar sendiri,” kata Elleza tanpa menatap Allarick.Kasir itu nampak kebingungan karena ia telah menghitung total belanjaan Elleza, beserta baju anak yang di beli Allarick, hanya tinggal milik Tamara saja yang belum.Dengan tatapan matanya, Allarick memberi kode pada salah satu karyawan yang berada di dekat Tamara untuk mengambil belanjaan gadis itu agar sekalian di hitung. Tentu saja, Tamara tak menolak. Gadis itu justru menyesal karena hanya berbel
Elleza menggeliat, matanya yang terasa berat ia buka perlahan-lahan. Ringisan keluar dari bibirnya saat merasakan nyeri pada tangan kanan.Setelah kesadarannya terkumpul penuh, ia melirik ke arah punggung tangannya yang tertancap selang infus. Gadis itu mendesah, ternyata lambungnya tetap saja lemah. Hanya menghabiskan semangkuk ramen pedas saja, ia sudah tumbang.“Aish, aku pasti masih di rumah kak Gwen. Jam berapa sekarang?” Monolognya sambil mengedarkan pandangan ke dinding-dinding kamar untuk melihat jam.Ketika kepalanya menoleh ke arah kiri, ia tersentak kecil karena merasakan pipinya menyentuh sesuatu yang agak tajam. Elleza menurunkan pandangan, dan dilihatnya rambut Allarick yang menggesek-gesek pipinya.Pria itu menggeliat karena terusik dengan pergerakan Elleza, namun tak berselang lama ia kembali tenang dengan kepala yang menelusup di ceruk leher Elleza, dan kedua tangannya memeluk tangan kiri Elleza.Elleza hanya diam, tak berniat membangunkan atau menjauhkan pria itu dari
"Bye my princess. Sering-sering main kesini ya."cupElleza mengangguk dan terkekeh ringan saat mendapat kecupan dipipinya dari Jayden yang manis."Uncle tidak di cium? Ck, padahal yang membayar Iron Man yang kau bawa itu uncle," protes Allarick.Jayden meringis, menarik kemeja Allarick agar pamannya itu berjongkok. cup"Thank you uncle Al yang paling tampan menurut grandma Wina," ucap Jayden setelah mencium pipi Allarick.Allarick berdecak, mengacak rambut keponakannya hingga berantakan, lalu kembali berdiri."Kalian hati hati ya. Sering-sering saja kalian ajak Jayden keluar, agar aku bisa me time tanpa gangguan," celetuk Gwen tanpa dosa."Anakmu itu terlalu aktif dan berisik Gwen, pusing kalau terlalu lama bersamanya," sahut Allarick seraya menggelengkan kepalanya saat melihat Jayden berlari masuk ke dalam rumah hendak pamer pada daddy nya."Ayo, Elle." Allarick menarik tangan Elleza setelah gadis itu berpamitan pada Gwen.Sejak masuk ke mobil sampai sekarang mobil sudah keluar dar
Pertanyaan sarat akan kecewa yang terlontar dari bibir Elleza itu berhasil membuat seorang Allarick Xaviero terdiam kaku.Kalimat 'kenapa baru sekarang' itu juga sering terlintas dalam pikiran Allarick sendiri.Jika ia bisa memilih dan mengendalikan kepada siapa ia akan jatuh cinta, maka ia tak akan ragu untuk menjatuhkan hatinya pada Elleza sejak kali pertama pertemuan mereka beberapa tahun silam.Namun Allarick bisa apa? Cintanya yang buta pada Laura begitu besar sehingga ia tak mampu melihat ketulusan Elleza.Semua yang sudah terjadi, tidak bisa di ubah. Begitupun dengan cinta Allarick yang sudah berpindah sepenuhnya pada Elleza. Tak butuh meratap atau terlarut dalam penyesalan, seorang Allarick hanya akan terus melangkah. Karena prinsipnya masih sama, tak ada yang tak bisa di dapatkan seorang Allarick. Katakanlah ia sombong, tapi itu memang benar. Allarick akan mendapatkan apapun yang ia inginkan, termasuk Elleza.TakSuara garpu yang di letakkan dengan kasar, membawa Allarick ke
Di dalam kamarnya, Elleza terus menerus menggerutu. Ia tak habis pikir dengan segala tingkah ajaib yang dilakukan mantan tunangan brengseknya itu hari ini.Benar-benar aneh, seperti bukan Allarick!Ingin rasanya Elleza memejamkan mata, memasuki alam mimpi dengan tenang tanpa memikirkan hal ajaib apalagi yang tengah Allarick lakukan di lantai bawah bersama keluarganya. Namun tidak bisa!Ia hanya berguling kesana kemari di tempat tidurnya, sesekali mengusak rambutnya yang sudah kusut menjadi semakin kusut.Drrt drrtPonsel Elleza yang berada di atas nakas bergetar. Dengan malas, Elleza menjulurkan tangan kanannya, mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.Matanya terbelalak. Ia spontan kembali mendudukkan diri karena terkejut melihat pesan yang masuk dalam ponselnya.My AllarickAku pulang Elle.Ah, sayang sekali kau tak mengantarku sampai depan rumah.Tapi tak apa, besok aku akan menjemputmu.Sampai jumpa besok, Elle sayang.Holly shit!!Elleza rasanya mual s
Terlampau jengah dengan perdebatan mengenai status pertunangannya, kini Elleza memilih untuk bersikap masa bodoh. Toh hidupnya bukan hanya sekedar tentang hubungan percintan saja, masih banyak hal lain yang harus di pikirkan.Walaupun kini hidupnya tak tenang lantaran ulah Allarick yang selalu saja mempunyai cara untuk mendekatinya, tapi tak apa. Setidaknya dengan begini, laki-laki bajingan itu bisa merasakan bagaimana berada di posisinya.Sejatinya, memperjuangkan cinta bukan hanya dilakukan oleh satu orang. Hubungan yang ada di antara dua orang, harus di perjuangkan oleh keduanya. Dengan demikian, maka cinta itu akan lebih kuat dan bertahan dari berbagai goncangan.Selama ini, bertahun-tahun Elleza hanya berjuang dan mencintai sendirian. Elleza berusaha membuat hati Allarick yang sekeras batu itu melunak. Di tengah penolakan dan sikap buruk Allarick, Elleza tetap teguh pada pendiriannya untuk bertahan.Mungkin bisa di katakan, saat ini menjadi titik lelah bagi seorang Elleza. Ia yan
"Lepas!""Kenapa kau masih mengikutiku terus, hah?" Elleza meneriaki Allarick setelah menghempaskan tautan tangan pria itu dari tangannya.Allarick berdecak malas. "Aku tidak membawa mobil, Elle. Tadi pagi aku kemari bersama Lucas," jelasnya seraya melirik ruangan Lucas."Ya sudah! Kalau begitu sana kamu ke ruangan kak Lucas. Kenapa mau ikut ke ruanganku lagi!"Gadis itu berusaha mendorong Allarick yang bersandar di pintu ruangannya, tapi tentu saja tak berhasil. "Tidak mau. Aku akan ikut pulang bersamamu nanti," tolak Allarick."KAU!!!"Elleza meremas kedua tangannya di depan Allarick, serta menggertakkan giginya untuk menahan emosi. Apalagi saat melihat wajah tanpa dosa pria bajingan itu! Rasanya Elleza ingin mengulitinya hidup-hidup!"Ck, kalian ini. Bukankah kalian baru saja bermesraan di depan wartawan? Kenapa sekarang bertengkar lagi?" Sepasang mantan tunangan itu menoleh bersamaan, dan mendapati Lucas berada di depan ruangannya sambil bersidekap dada."S-siapa yang bermesraan
Allarick terkikik geli lantaran Elleza menunjukkan ekspresi sebal. Gadis itu seolah tak bisa mengelak bahwa apa yang dikatakan Allarick memang benar. Lihat saja cara berjalannya yang cepat dan dihentak hentakkan, persis seperti anak kecil yang tengah merajuk."Elle, tunggu aku." Allarick meraih tangan kiri Elleza dari belakang.Gadis itu berhenti, tepat di depan pintu cafe. Ia menolehkan kepala dan menatap sengit Allarick. Bukannya langsung melepas pegangannya, Allarick malah abai dan mengangkat ponselnya yang berdering dengan tangan kiri tanpa melepas tangan Elleza."Ada apa? Aku tidak akan ke kantor hari ini," ucapnya pada Gwen di seberang.(Aku juga tak mengharapkan kau kemari, dasar tidak berguna! Kau dimana sekarang?)Allarick mengerutkan alis. "Aku ada di cafe dekat kantor Elleza. Kalau tidak penting, aku tutup. Mengganggu saja," dengusnya.(Apa kau tak memeriksa ponselmu, hah?)Ponsel yang semula tertempel di telinga, segera Allarick jauhkan saat Gwen tiba-tiba berteriak."Ada
"Kau mau apa, Elle?"Oh shit! Mata Elleza membola begitu mendengar pertanyaan Allarick yang terkesan mengejek. Lihat saja, bibir pria itu pun tertarik hingga membentuk smirk yang memuakkan.Allarick yang semula hanya menolehkan kepala, kini membalikkan badannya ke arah Elleza."Ah, jangan bilang kau ingin..." ucap Allarick gantung, tapi berhasil membuat Elleza naik pitam saat melihat gesturnya yang menyilangkan tangan di depan dada.BughElleza memukul pundak Allarick menggunakan tasnya agak keras hingga laki-laki itu mengaduh."Aku tidak mesum sepertimu!" Bentak Elleza."Lalu?""Ekhm, aku ingin kamu pergi dari sini. Merusak pemandangan, kau tahu?"Daripada semakin hilang kendali menghadapi pria semacam Allarick, Elleza segera berbalik menuju pintu keluar.Sialan! Gara-gara pria itu jam makan siangnya yang berharga harus terbuang beberapa menit dengan percuma.Tingkah Elleza itu lagi-lagi terlihat menggemaskan di mata Allarick hingga membuatnya menahan tawa."Bilang saja kau ingin men
Elleza menghempaskan tubuhnya di sofa begitu masuk ke ruangannya. Meski statusnya di sini hanya seorang sekretaris, tapi ia mendapat beberapa keistimewaan sebagai putri dari pemilik perusahaan tentu saja. Salah satunya adalah ruangan yang cukup nyaman ini.Sebelum ia mengikuti jejak kakaknya untuk memimpin salah satu anak perusahaan, ia lebih dulu di tempatkan pada posisi sekretaris agar ia bisa belajar dengan mengikuti ritme kerja sang kakak supaya nantinya ia dapat menjalankan tugas sebagai pemimpin dengan baik."Ku tanya, apa maksudmu berkata seperti tadi, hah? Bagaimana jika nantinya orang-orang itu menyebarkan gosip kalau kita masih bertunangan?" Elleza menatap tajam Allarick yang berdiri menjulang di depannya.Allarick mengendikkan bahu. "Well, memang itu tujuanku," ucapnya santai."Kau-"Elleza mendadak terdiam hingga tidak dapat melanjutkan ucapannya ketika mendapati Allarick yang tanpa aba-aba tidur di sofa dengan menjadikan pahanya sebagai bantal."Ck, diamlah sebentar Elle.
Di dalam kamarnya, Elleza terus menerus menggerutu. Ia tak habis pikir dengan segala tingkah ajaib yang dilakukan mantan tunangan brengseknya itu hari ini.Benar-benar aneh, seperti bukan Allarick!Ingin rasanya Elleza memejamkan mata, memasuki alam mimpi dengan tenang tanpa memikirkan hal ajaib apalagi yang tengah Allarick lakukan di lantai bawah bersama keluarganya. Namun tidak bisa!Ia hanya berguling kesana kemari di tempat tidurnya, sesekali mengusak rambutnya yang sudah kusut menjadi semakin kusut.Drrt drrtPonsel Elleza yang berada di atas nakas bergetar. Dengan malas, Elleza menjulurkan tangan kanannya, mengambil benda pipih itu dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.Matanya terbelalak. Ia spontan kembali mendudukkan diri karena terkejut melihat pesan yang masuk dalam ponselnya.My AllarickAku pulang Elle.Ah, sayang sekali kau tak mengantarku sampai depan rumah.Tapi tak apa, besok aku akan menjemputmu.Sampai jumpa besok, Elle sayang.Holly shit!!Elleza rasanya mual s
Pertanyaan sarat akan kecewa yang terlontar dari bibir Elleza itu berhasil membuat seorang Allarick Xaviero terdiam kaku.Kalimat 'kenapa baru sekarang' itu juga sering terlintas dalam pikiran Allarick sendiri.Jika ia bisa memilih dan mengendalikan kepada siapa ia akan jatuh cinta, maka ia tak akan ragu untuk menjatuhkan hatinya pada Elleza sejak kali pertama pertemuan mereka beberapa tahun silam.Namun Allarick bisa apa? Cintanya yang buta pada Laura begitu besar sehingga ia tak mampu melihat ketulusan Elleza.Semua yang sudah terjadi, tidak bisa di ubah. Begitupun dengan cinta Allarick yang sudah berpindah sepenuhnya pada Elleza. Tak butuh meratap atau terlarut dalam penyesalan, seorang Allarick hanya akan terus melangkah. Karena prinsipnya masih sama, tak ada yang tak bisa di dapatkan seorang Allarick. Katakanlah ia sombong, tapi itu memang benar. Allarick akan mendapatkan apapun yang ia inginkan, termasuk Elleza.TakSuara garpu yang di letakkan dengan kasar, membawa Allarick ke
"Bye my princess. Sering-sering main kesini ya."cupElleza mengangguk dan terkekeh ringan saat mendapat kecupan dipipinya dari Jayden yang manis."Uncle tidak di cium? Ck, padahal yang membayar Iron Man yang kau bawa itu uncle," protes Allarick.Jayden meringis, menarik kemeja Allarick agar pamannya itu berjongkok. cup"Thank you uncle Al yang paling tampan menurut grandma Wina," ucap Jayden setelah mencium pipi Allarick.Allarick berdecak, mengacak rambut keponakannya hingga berantakan, lalu kembali berdiri."Kalian hati hati ya. Sering-sering saja kalian ajak Jayden keluar, agar aku bisa me time tanpa gangguan," celetuk Gwen tanpa dosa."Anakmu itu terlalu aktif dan berisik Gwen, pusing kalau terlalu lama bersamanya," sahut Allarick seraya menggelengkan kepalanya saat melihat Jayden berlari masuk ke dalam rumah hendak pamer pada daddy nya."Ayo, Elle." Allarick menarik tangan Elleza setelah gadis itu berpamitan pada Gwen.Sejak masuk ke mobil sampai sekarang mobil sudah keluar dar
Elleza menggeliat, matanya yang terasa berat ia buka perlahan-lahan. Ringisan keluar dari bibirnya saat merasakan nyeri pada tangan kanan.Setelah kesadarannya terkumpul penuh, ia melirik ke arah punggung tangannya yang tertancap selang infus. Gadis itu mendesah, ternyata lambungnya tetap saja lemah. Hanya menghabiskan semangkuk ramen pedas saja, ia sudah tumbang.“Aish, aku pasti masih di rumah kak Gwen. Jam berapa sekarang?” Monolognya sambil mengedarkan pandangan ke dinding-dinding kamar untuk melihat jam.Ketika kepalanya menoleh ke arah kiri, ia tersentak kecil karena merasakan pipinya menyentuh sesuatu yang agak tajam. Elleza menurunkan pandangan, dan dilihatnya rambut Allarick yang menggesek-gesek pipinya.Pria itu menggeliat karena terusik dengan pergerakan Elleza, namun tak berselang lama ia kembali tenang dengan kepala yang menelusup di ceruk leher Elleza, dan kedua tangannya memeluk tangan kiri Elleza.Elleza hanya diam, tak berniat membangunkan atau menjauhkan pria itu dari