Lakeswara mengangguk cepat. "Mungkinkah seperti itu?" tanya pria itu.Hexagon menggeleng ragu. Apa yang Ikosagon alami memang mirip dengannya ketika awal-awal mengandung. Namun, ia tidak tahu kalau ada istri hamil, tetapi suami yang mengidam."Pi, Mi?" panggil Nonagon.Sejak tadi, wanita itu hanya sibuk memperhatikan dan mencermati. Ia menunggu sampai waktunya tepat baru mulai membuka suara."Ya, Sayang. Ada apa?" sahut Hexagon bertanya.Nonagon meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. "Nona pernah menonton drama dan pernah membaca novel di mana suami yang mengidam, tapi Nona belum pernah menjumpai hal itu di kehidupan nyata." Hexagon langsung menatap suaminya di mana sang suami juga menatapnya. Mereka berdua saling mengerutkan keningnya seolah mempertanyakan ucapan putrinya."Sebentar!" Nonagon meraih tas branded miliknya dan meraih ponsel di dalamnya, "Nona coba cari di internet, yah. Mudah-mudahan saja ada penjelasan mengenai hal itu," imbuhnya.Wanita itu mulai berselancar
Tiga bulan berlalu dan Ikosagon masih belum menemukan Theona. Mual dan muntah yang ia alami pun semakin parah. Meski dokter pribadi datang ke rumah, tidak ada diagnosa apa pun. Jadi, pria itu melewati hari-harinya seperti orang yang mengidam pada trimester pertama."Satu botol lagi," kata Ikosagon sambil menunjukkan jari telunjuknya.Saat ini, ia berada di klub malam. Bahkan tidak hari ini saja dan setiap malam pria itu akan menjadi penghuni tetap di sana.Awalnya, ia meminta anak buahnya dan sekretarisnya untuk memesan banyak botol minuman untuk persediaan di rumahnya agar tidak perlu pergi ke klub. Namun, mereka dilarang oleh Lakeswara. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Ikosagon menyerah. Pria itu memesan banyak botol minuman dan diantar ke rumah. Akan tetapi, ia kembali gagal karena sang ayah langsung menahannya dan memusnahkannya. Oleh karena itu, Ikosagon akan berada di klub di setiap malamnya."Kenapa lama sekali? Kenapa minumanku tidak datang juga?" tanya Ikosagon mengel
"Tuan? Sepertinya saya melihat menantu Anda di sini dalam keadaan perut yang membesar dan dibawa ke ruang gawat darurat."Dokter pribadi keluarga Candramawa, Lucas, melihat Theona berbaring di atas brankar yang didorong ke arah ruang gawat darurat. "Apa kau tidak salah lihat, Dokter Lucas?" tanya Ikosagon.Berbulan-bulan ia sudah berusaha mencari dan tidak mendapatkan hasil apa pun. Kini, Dokter Lucas berkata bahwa pria itu melihat Theona di rumah sakit. Terlebih dengan kondisi perut yang membesar. Jujur, Lakeswara cukup sulit untuk mempercayainya."Tidak, Tuan. Saya ingat dengan jelas meski saya hanya pernah melihatnya satu kali bahwa wanita yang saya lihat saat ini adalah memang menantu Anda, Nyonya Theona," jawab Dokter Lucas terdengar sangat yakin.Beruntung, saat ini ia sedang berada di shift siang. Jika ia berada di shift malam, mungkin ia tidak akan melihat Theona. "Baiklah. Coba kau tanyakan bagaimana kondisinya. Sebentar lagi aku dan istriku akan segera ke sana.""Baik, Tua
Bi Sudan menatap Lakeswara dan Hexagon sekilas. Kemudian, ia menundukkan kepalanya sambil meremas jemari tangannya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia mulai berkata-kata. "Setiap kali berhubungan, Tuan Osa selalu memberikan obat kontrasepsi pada Non Theo, tapi Non Theo berpura-pura meminumnya dan selalu membuangnya. Jika Non Theo tidak meminum obat itu dan ketahuan hamil. Maka, Tuan Osa akan membunuh janin yang ada di kandungan Non Theo dengan tangannya sendiri," jelas Bi Sudan sambil terisak. Setiap kali mengingat kejadian di mana Theona menceritakan perihal itu padanya, dadanya selalu terasa sesak dan air matanya jatuh begitu saja. "Apa?" terkejut Lakeswara langsung beranjak berdiri. Hexagon pun tidak kalah terkejutnya. Wanita itu menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan manik mata yang membola. Ia benar-benar tidak menyangka putranya akan sekejam itu pada Theona. Pantas saja wanita itu berani kabur dan menghilang bagai di telan bumi.
Langkah Dokter Lucas terasa sangat lambat. Jarak mereka hanya beberapa ratus meter, tetapi rasanya seperti berkilo-kilometer."Bagaimana kondisi, Theo?" tanya Lakeswara tidak sabar."Keadaan Nyonya Theo baik-baik saja, bahkan tidak jadi dilakukan operasi sesar," jawab Dokter Lucas santai."Loh! Bukankah sebelumnya kau bilang Theo harus melakukan operasi sesar?" terkejut Hexagon langsung bertanya."Iya, Nyonya. Jadi begini ..."Dokter Lucas mulai bercerita di mana tepat setelah Lakeswara menandatangani surat persetujuan, Theona langsung mengeluh mulasnya berbeda. Lalu, dokter langsung memeriksa kondisi jalan lahir dan sudah sampai pembukaan terakhir. Bahkan dalam hitungan menit, bayi langsung lahir dengan sangat mudah. "Begitu, Nyonya, Tuan. Jadi, Nyonya Theo tidak jadi dilakukan operasi sesar. Kalau menurut saya, Nyonya Theo dan bayinya memang menunggu Tuan dan Nyonya datang," imbuh Dokter Lucas menilai.Kelihatannya memang seperti itu. Jika tidak, mungkin Theona akan melahirkan seja
"Ma-maksud Papi apa?" tanya Theona terbelalak.Bukankah ayah mertuanya sudah berjanji tidak akan memberitahukan keberadaannya dan bayinya pada Ikosagon? Lalu, bagaimana bisa ia tinggal di rumah mertuanya, meski di rumah yang lain?"Ya. Tinggallah di rumah kami, agar kami bisa terus berada di sisi kalian," sanggah Lakeswara."Bagaimana bisa, Pi? Kalau sampai Osa tahu bagaimana?" tanya Theona tidak percaya."Tidak akan. Kau tahu? Tempat yang paling aman adalah tempat di mana musuhmu tinggal. Dengan begitu, Osa tidak akan pernah menemukanmu karena tidak akan pernah berpikir bahwa kau bersembunyi di salah satu rumah kami," jelas Lakeswara menggebu.Theona melirik ibu mertuanya dan mendapat sebuah anggukan diiringi senyuman lembut. "Baiklah. Mudah-mudahan saja apa yang Papi katakan benar," kata wanita itu memutuskan.Alasan Theona menerima penawaran itu karena tidak ada pilihan lain. Jika ia menolak, ia takut ayah mertuanya akan memberitahu Ikosagon. Sebenarnya, ia ragu untuk menerima pena
Mendengar ucapan Cassiopeia, sontak Theona dan Wolf menoleh. Theona mengerutkan keningnya sambil menyipitkan matanya. Sedangkan Cassiopeia langsung menutup mulutnya karena sudah keceplosan."Ah tidak, bukan itu maksud aku." Cassiopeia tersenyum canggung sambil menggerakkan tangannya."Memangnya apa yang aku pikirkan?" tanya Theona."Mana aku tahu," balas Cassiopeia mengedikkan bahunya."Tapi, aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi padamu selama ini," kata Cassiopeia. Entah kapan Theona akan menceritakan segalanya padanya."Sebentar." Theona beranjak ke arah dapur. Tidak lama kemudian, ia kembali dengan mengajak Bi Sudan, "Alpha sama Bibi dulu, ya, sekalian makan," kata wanita itu sambil mengambil alih putranya dari tangan Wolf. Kemudian, ia menyerahkannya pada Bi Sudan.Mereka semua menatap pria mungil yang kian menghilang ke arah dapur. Kemudian, Cassiopeia menarik Theona ke arah sofa dan duduk beriringan."Jadi, kenapa kau pergi dan menghilang?" tanya Cassiopeia.Wolf hanya du
Empat tahun kemudian, di rumah di mana sepasang ibu dan anak tinggal. Kini, terlihat sangat ramai akan anak-anak. Banyak sekali balon warna warni menghiasai rumah itu. Ada beberapa anak kecil yang sedang asyik bermain trampolin, jungkat-jungkit, perosotan, dan ayunan. Ada juga yang sedang meniupkan gelembung dan ada juga yang berlarian menangkap gelembung-gelembung itu. Semua anak-anak itu merupakan keturunan keluarga besar Candramawa."Ayo masuk, semua! Sebentar lagi acaranya akan dimulai," teriak Athena, istri Skywara sambil mengedarkan pandangan ke arah anak-anak berada.Sontak, seluruh anak-anak masuk ke dalam. Mereka berbaris dengan rapi menatap ke depan. Sedangkan di depan, sudah ada Alphagon dan ibunya. Terlihat, banyak tumpukan kado dari yang berukuran paling besar hingga kecil tersusun rapi di sebelah kanan dan kiri tempat sepasang ibu dan anak itu berdiri."Jangan ditiup dulu, Sayang." Theona memprotes karena sejak tadi putranya meniup-niup lilin di antara kue ulang tahun,