"Sebenarnya kau berkata seperti itu hanya alasan, bukan? Kemarin kau sakit karena kau mencintai pria tidak tahu malu itu dan sekarang kau meminta cerai agar kau bisa menikah dengannya." Ikosagon mengulurkan kedua tangannya dan menyentuh leher Theona. Sepertinya, emosinya tidak bisa ditahan lagi memikirkan Theona mencintai pria lain, "Katakan padaku! Benar bukan apa yang aku katakan?" lanjut pria itu murka."Le-lepas! Lepaskan aku, Osa!" seru Theona berusaha melepaskan tangan suaminya yang ada di lehernya."Katakan! Apa pria itu yang mengambil keperawananmu?" tanya Ikosagon tanpa melepaskan tangannya."Tidak, bukan. Aku mohon lepaskan aku! Aku tidak bisa bernafas, Osa," mohon Theona dengan kesulitan.Suaranya terdengar sangat pelan dan menahan rasa sakit. Namun sayangnya, Ikosagon sama sekali tidak peduli seperti orang yang kesetanan."Benarkah? Lalu, siapa? Apa pria lain? Berapa banyak pria yang menidurimu, huh?!" tanya Ikosagon menginterogasi. Sudut bibirnya naik sebelah seolah sedan
Theona melangkah mundur dengan manik mata yang fokus menatap Ikosagon. Sementara Ikosagon sendiri, pria itu terus berjalan maju ke depan menatap Theona sambil menaikkan sebelah alisnya."Aawww!" Theona memekik terkejut di saat ia jatuh terduduk di tepi tempat tidur."Bukankah kau terlihat seperti sedang berhadapan dengan hantu?" tanya Ikosagon mengejek.Bagaimana bisa reaksi Theona seperti itu ketika ia menghampirinya. Padahal, sudah lebih dari tiga puluh menit ia menunggu di depan pintu. Namun setelah pintu terbuka, ia justru mendapat perlakuan seperti itu."Bukan aku loh ya yang bilang," sanggah theona tersenyum canggung."Apa kau bilang?" tanya Ikosagon berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan. Ia menatap tajam Theona."Aku tidak mengatakan apa-apa. Bukankah kau sendiri yang bilang?" sahut Theona menggelengkan kepalanya cepat sambil menggerakkan tangannya.Ikosagon sama sekali tidak peduli dengan ucapan Theona. Pria itu mengulurkan tangannya membuat Theona menyusut ke belaka
"Bibi mau ke pasar, 'kan?" tanya Theona berbisik. Pagi-pagi sekali sekitar pukul lima, Theona mengendap-endap keluar kamar untuk menemui Bi Sudan. Ia ingin memastikan kehamilannya agar bisa mengambil keputusan. "Iya, Non. Non Theo mau titip sesuatu?" balas Bi Sudan ikut berbisik. Ia mengikuti arah pandang Theona yang seolah takut ketahuan orang lain. "Theo mau titip beliin alat test kehamilan. Tidak masalah Bibi pulang terlambat karena Theo dan Osa bisa makan di luar. Tapi, jangan sampai ada satu orang pun yang tahu tentang ini." Theona terus berbisik dan suaranya semakin pelan takut ada orang lain yang mendengarnya. "Beres, Non. Kalau begitu, bibi siap-siap dulu mau pergi ke pasar," pamit Bi Sudan. Sementara Theona, lekas kembali ke kamar sebelum Ikosagon bangun dan mencarinya. Benar saja, baru membuka pintu kamar sudah ada suara berat pria itu yang mengejutkannya. "Kau ke mana saja?" tanya Ikosagon. "Aku habis minum. Kenapa jam segini sudah bangun?" Theona melangkah masuk den
"A-apa kau bilang? Bagaimana bisa?" tanya Ikosagon terkejut.Bagaimana bisa Theona hilang di pusat perbelanjaan sedangkan wanita itu bukan anak kecil. Namun, kabar itu mampu membuat Ikosagon seperti disambar petir untuk yang kedua kalinya."Dua jam yang lalu Nyonya ke toilet dan--""Aku ke sana sekarang!" potong Ikosagon dingin.Dengan raut yang memerah menahan amarah, Ikosagon berbalik dan keluar. Kini, jantungnya tidak bisa dikendalikan lagi. Rasa takut kian menyeruak dan hampir membuatnya sesak nafas. Pantas saja, tadi pagi ia merasa sangat berat untuk meninggalkan Theona. Rasanya seperti akan kehilangan wanita itu jika ia pergi. Dan sepertinya, perasaan itu memang menjadi sebuah tanda bahwa ia benar-benar akan kehilangan istrinya."Aku mohon, Tuhan!" bisik Ikosagon dalam hati.Ia merogoh saku celananya dan mencari kontak Lion. Kemudian, ia langsung menghubungi anak buahnya itu."Bawa seluruh anak buahmu ke pusat perbelanjaan. Bila perlu, bawa semua anak buah kita di organisasi. Ti
"Bagaimana?" tanya Ikosagon pada Lion."Belum, Bos. Belum ada satu pun anak buah kita yang menemukan, Nyonya," jawab Lion dengan raut menyesal."Aku tidak mau tahu, pokoknya kalian harus menemukan Theo bagaimanapun caranya," tukas Ikosagon tidak peduli.Ia tidak mau tahu usaha apa yang akan anak buahnya lakukan. Yang ia inginkan, Theona segera ditemukan dan ia akan menebus segala kesalahannya. Baik kejadian di hotel maupun selama menjadi istrinya."Baik, Bos," tegas Lion.Ikosagon melangkah pergi. Ia ingat betul awal mula menghilangkannya Theona atas cerita dari Fox. Jadi, ia memeriksa setiap toilet dari lantai dasar sampai lantai atas. Ia berlari ke sana kemari, tetapi tidak membuahkan hasil apa pun. Beberapa jam kemudian, proses pencarian di pusat perbelanjaan berakhir. Kini, Ikosagon dan anak buahnya kembali berkumpul di parkiran bawah tanah."Black Panther, Leopard, Tiger, dan Kumbang." Ikosagon memanggil beberapa pemimpin anak buahnya."Kami, Bos," jawab mereka serentak."Kalian
Tiba-tiba Ikosagon terdiam di tengah kegundahan hatinya. "Apa karena obat? Apa obat yang pria sialan itu tuang ke minumanku membuatku tidak bisa ingat? Aaarrrggh!"Pria itu mengepalkan tangannya dan memukul-mukul kasur sekuat tenaga. Sudah tidak terhitung jumlahnya ia dan Theona berada dalam peluh, tetapi ia tidak tahu bahwa Theona adalah wanita yang ia nodai di hotel waktu itu. Jika ia tidak bisa mengenali aroma tubuhnya. Setidaknya ia harus mengenali suaranya, tetapi apa ini? Ia melupakan segalanya dan bahkan melukai batin juga fisik wanita itu setelah menikah.Sudah lewat lima jam, tetapi anak buahnya tidak memberi kabar apa pun. Dengan nafas yang memburu, Ikosagon menahan amarahnya."Apa kalian sudah bosan hidup?" tanya Ikosagon dengan suara yang yang terdengar sangat mengerikan."Maaf, Bos. Kami akan segera menghubungi Bos kalau sudah mengetahui keberadaan Nyonya Theo.""Jadi, kalian belum tahu di mana keberadaan Theo? Apa saja yang kalian lakukan sejak tadi, huh?!""Sebentar lag
"I-iya, Bos. Ketika Nyonya Theo dan Bi Sudan naik ke dalam kereta, sampai ke stasiun seterusnya mereka menghilang. Kami sudah berusaha mencari dengan cara mengulang menonton video tetap tidak ada."Mereka tidak tahu bahwa Theona sudah memikirkan rencananya dengan sangat matang. Wanita itu pikir, ayahnya yang tidak terlalu kaya saja memiliki banyak anak buah. Apalagi Ikosagon merupakan pengusaha yang kaya raya yang mungkin tidak terhitung jumlah aset yang dimilikinya. Jadi, ia memikirkan cara untuk menyamarkan jejaknya yang tertangkap kamera pengawas.Ia sengaja naik taksi menuju kota Teratai dan sampai di sana ia pergi ke stasiun kereta. Setelah itu, ia meminta dua orang penghuni kereta untuk menukar pakaian mereka dengan imbalan uang. Dengan begitu, ia bisa turun di stasiun mana pun dan bisa kabur dengan mudah."Astaga! Bagaimana bisa? Coba cari sekali lagi dengan teliti. Mungkin kalian melewatkannya di salah satu stasiun.""Baik, Bos, kami akan mengulanginya lagi untuk memastikan. T
"Kenapa lama sekali? Memangnya apa saja yang anak buahmu tanyakan pada dua wanita itu?" tanya Ikosagon kesal.Raut wajah pria itu terlihat sangat kusut dan banyak kerutan di dahinya. Pria itu terlihat menua dalam sekejap mata.Ikosagon benar-benar sudah tidak sabar ingin mengetahui kabar tentang istrinya dari anak buah yang telah Lion kirim. Namun seberapa lama pun ia menunggu, anak buahnya tak kunjung memberi kabar."Saya juga tidak tahu, Bos. Saya akan mencoba untuk menghubungi mereka lagi," balas Lion bergegas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi anak buahnya."Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kenapa sudah lewat dari tiga puluh menit dan kalian tidak memberi kabar?" tanya Lion dengan nada mengeluh.Ia pikir, kenapa anak buahnya tidak bisa melihat situasi? Seharusnya mereka bergerak cepat di saat bosnya sedang menunggu progres tugas yang diberikan pada mereka. Tapi, apa ini? Mereka justru sangat lama."Ini sudah selesai, Kapten," sahut Poksay."Jadi, bagaimana?""Nyalakan speak