"Kenapa lama sekali? Memangnya apa saja yang anak buahmu tanyakan pada dua wanita itu?" tanya Ikosagon kesal.Raut wajah pria itu terlihat sangat kusut dan banyak kerutan di dahinya. Pria itu terlihat menua dalam sekejap mata.Ikosagon benar-benar sudah tidak sabar ingin mengetahui kabar tentang istrinya dari anak buah yang telah Lion kirim. Namun seberapa lama pun ia menunggu, anak buahnya tak kunjung memberi kabar."Saya juga tidak tahu, Bos. Saya akan mencoba untuk menghubungi mereka lagi," balas Lion bergegas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi anak buahnya."Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kenapa sudah lewat dari tiga puluh menit dan kalian tidak memberi kabar?" tanya Lion dengan nada mengeluh.Ia pikir, kenapa anak buahnya tidak bisa melihat situasi? Seharusnya mereka bergerak cepat di saat bosnya sedang menunggu progres tugas yang diberikan pada mereka. Tapi, apa ini? Mereka justru sangat lama."Ini sudah selesai, Kapten," sahut Poksay."Jadi, bagaimana?""Nyalakan speak
"Ngomong-ngomong, Theo membuat kesalahan apa? Kenapa Nak Osa sampai datang ke sini?" tanya Ayah Theona."Theo kabur dan tidak ditemukan di manapun," balas Ikosagon datar. Ia ingin tahu bagaimana ekspresi ayah mertuanya setelah mengetahui putrinya kabur."A-apa? The-theo kabur?" terkejut Ayah Theona terbelalak."Ya. Jadi, kedatanganku ke sini untuk menanyakan alamat kerabat Theo dari pihakmu dan pihak mendiang ibunya," ujar Ikosagon tidak ingin berbasa-basi.Ia ingin segera tahu ke mana ia akan pergi untuk mencari istrinya. Karena semakin cepat ia tahu alamat kerabat istrinya, semakin cepat pula ia menemui istrinya. Apalagi ia tidak suka berlama-lama dengan orang seperti ayah mertuanya."Dari pihak ibu, Theo hanya memiliki kakek dan nenek, tapi mereka sudah lama meninggal. Kalau dari pihak keluarga saya, Theo tidak pernah dekat dengan mereka. Jadi kalau Theo kabur, dia hanya akan pergi ke rumah mendiang kakek dan neneknya yang ada di kota Teratai," jelas Ayah Theona sambil menyentuh da
"Bos, bangun, Bos. Kita sudah sampai di alamat selanjutnya," kata Lion membangunkan Ikosagon dengan nada suara yang cukup pelan.Meski terdengar seperti suara bisikan, tetapi Ikosagon bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Pria itu menggerakkan tubuhnya dengan kedua tangan yang direntangkan."Pukul berapa sekarang?" tanya Ikosagon dengan suara khas orang bangun tidur."Sekarang pukul tiga lewat empat puluh lima menit, Bos," jawab Lion sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Kenapa lama sekali? Bukankah jaraknya tidak terlalu jauh?" tanya Ikosagon cukup terkejut.Ia pikir, perjalanan hanya akan menghabiskan waktu sekitar satu jam, tetapi ternyata memakan waktu hampir dua jam."Ternyata cukup jauh dan kondisi jalanan juga becek dan sempit. Jadi, kami tidak bisa menaikkan kecepatan dan hanya menggunakan kecepatan rendah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," jelas Lion.Perjalanan dari rumah mendiang kakek dan nenek Theona ke kampung halaman Bi Sudan mem
"Ada apa kau datang ke sini?" tanya Cassiopeia penasaran.Entah apa yang membuat suami sahabatnya datang menemuinya di perusahaan. Padahal, tidak ada angin dan tidak ada hujan yang membasahi bumi siang ini. Apalagi, mereka tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu."Kau tidak perlu berpura-pura tidak tahu, Cassie," sergah Ikosagon sinis."Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Cassiopeia mengerutkan keningnya."Aku tahu kau menyembunyikan Theo, tapi kau bersikap seolah kau tidak tahu apa-apa," balas Ikosagon menatap Cassiopeia dengan tatapan mengejek.Semua tempat yang memungkinkan untuk Theona bersembunyi tidak ada. Jadi, kalau bukan Cassiopeia siapa lagi?"Apa kau bilang? Apa Theo kabur?" tanya Cassiopeia terkejut.Sebenarnya ada masalah apa antara Theona dengan Ikosagon? Kenapa sahabatnya sampai kabur dan pria itu berpikir bahwa ia yang menyembunyikannya?"Tidak usah berpura-pura terkejut. Lebih baik kau katakan di mana Theo berada," tepis Ikosagon tidak percaya."Sumpah dem
"Kalau iya, memangnya kenapa?" Ikosagon beranjak berdiri dan melangkah satu langkah hingga berdiri tepat di depan Wolf.Wolf semakin dibuat kesal. Akhirnya ia mengangkat tangannya dan diarahkan ke wajah Ikosagon. Namun belum sempat mengenai wajah, sang empu sudah menahannya dan mendorongnya ke depan. Setelah itu, ia melayangkan tinjunya ketika Wolf sedang tidak fokus."Wolf!" teriak Cassiopeia melihat wajah adiknya terdorong ke samping dengan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya."Baru segitu saja sudah kesakitan. Dasar lemah!" ejek Ikosagon.Merasa diremehkan membuat Wolf murka. Pria itu mengepalkan tangannya dan memukul Ikosagon. Ikosagon pun tidak tinggal diam seperti sebelumnya yang membiarkan Wolf memukuli wajahnya. Kini, dua pria itu benar-benar adu jotos dan bergulingan di lantai. Terkadang Ikosagon yang berada di atas tubuh Wolf dan terkadang sebaliknya.Sementara Cassiopeia terlihat kebingungan. Ia ingin memisahkan mereka berdua, tetapi ia takut akan terluka. "Kalian b
"Dasar anak tidak tahu diri, anak tidak tahu diuntung! Susah payah aku mengeluarkan banyak uang demi menikahkan Theo denganmu, tapi kau malah menyia-nyiakannya begitu saja. Tidak cukup dengan memperkosanya dan kau ingin membunuhnya juga? Kenapa kau tidak mati saja, huh?! Kenapa aku harus berusaha payah mencari donor jantung untukmu kalau kau menjadi seperti ini?"Habis sudah kesabaran seorang Lakeswara. Dua tahun lebih ia menahan kekesalannya atas sikap putranya dan sekarang ia tidak bisa menahannya lagi. Berulang kali ia mengingatkan agar bersikap baik pada Theona, tapi apa sekarang. Bukannya hidup bahagia dengan putranya, ia justru membuat hidup Theona semakin menderita."Apa? Jadi, Papi tahu semuanya?" tanya Ikosagon terkejut.Selain Ikosagon yang terkejut karena sang ayah tahu segalanya, Hexagon pun tidak kalah terkejut. Tubuh wanita itu menegang seketika mengetahui kenyataan betapa bejat putranya."A-apa kau bilang? Apa yang aku dengar barusan tidak benar bukan? Osa dan Theo suam
"Pa-papi?" terkejut Ikosagon mendengar suara yang sangat-sangat ia kenali. Ia menoleh ke samping dan mendapati sang ayah sedang menatap tajam ke arahnya."Kenapa? Apa kau terkejut?" tanya Lakeswara mengejek.Ikosagon melihat Tiger di sisi kanan ayahnya. Akhirnya, ia tahu alasan mengapa sang ayah mengetahui segalanya. Ternyata, Tiger adalah mata-mata ayahnya."Apa kau benar-benar tidak menginginkan Theo?" Lakeswara menyandarkan tubuhnya ke belakang. Kemudian, ia melanjutkan kata-katanya, "Kalau begitu, kau bukan lagi anakku dan kau tidak berhak atas harta warisan keluarga ini.""Tidak, Pi. Osa ... Osa menyesal karena tidak bersikap baik pada Theo selama ini. Osa sangat mencintai Theo dan Osa sangat menginginkan Theo. Untuk masalah harta warisan, Osa sama sekali tidak peduli sekarang. Mau Papi sumbangkan semuanya jatah Osa, Osa tidak peduli. Yang Osa inginkan hanya satu, yaitu Theo," sanggah Ikosagon menggebu.Apa gunanya kekayaan melimpah, tetapi tidak bahagia. Apa gunanya harta menggu
Lakeswara mengangguk cepat. "Mungkinkah seperti itu?" tanya pria itu.Hexagon menggeleng ragu. Apa yang Ikosagon alami memang mirip dengannya ketika awal-awal mengandung. Namun, ia tidak tahu kalau ada istri hamil, tetapi suami yang mengidam."Pi, Mi?" panggil Nonagon.Sejak tadi, wanita itu hanya sibuk memperhatikan dan mencermati. Ia menunggu sampai waktunya tepat baru mulai membuka suara."Ya, Sayang. Ada apa?" sahut Hexagon bertanya.Nonagon meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. "Nona pernah menonton drama dan pernah membaca novel di mana suami yang mengidam, tapi Nona belum pernah menjumpai hal itu di kehidupan nyata." Hexagon langsung menatap suaminya di mana sang suami juga menatapnya. Mereka berdua saling mengerutkan keningnya seolah mempertanyakan ucapan putrinya."Sebentar!" Nonagon meraih tas branded miliknya dan meraih ponsel di dalamnya, "Nona coba cari di internet, yah. Mudah-mudahan saja ada penjelasan mengenai hal itu," imbuhnya.Wanita itu mulai berselancar