"A-apa kau bilang? Bagaimana bisa?" tanya Ikosagon terkejut.Bagaimana bisa Theona hilang di pusat perbelanjaan sedangkan wanita itu bukan anak kecil. Namun, kabar itu mampu membuat Ikosagon seperti disambar petir untuk yang kedua kalinya."Dua jam yang lalu Nyonya ke toilet dan--""Aku ke sana sekarang!" potong Ikosagon dingin.Dengan raut yang memerah menahan amarah, Ikosagon berbalik dan keluar. Kini, jantungnya tidak bisa dikendalikan lagi. Rasa takut kian menyeruak dan hampir membuatnya sesak nafas. Pantas saja, tadi pagi ia merasa sangat berat untuk meninggalkan Theona. Rasanya seperti akan kehilangan wanita itu jika ia pergi. Dan sepertinya, perasaan itu memang menjadi sebuah tanda bahwa ia benar-benar akan kehilangan istrinya."Aku mohon, Tuhan!" bisik Ikosagon dalam hati.Ia merogoh saku celananya dan mencari kontak Lion. Kemudian, ia langsung menghubungi anak buahnya itu."Bawa seluruh anak buahmu ke pusat perbelanjaan. Bila perlu, bawa semua anak buah kita di organisasi. Ti
"Bagaimana?" tanya Ikosagon pada Lion."Belum, Bos. Belum ada satu pun anak buah kita yang menemukan, Nyonya," jawab Lion dengan raut menyesal."Aku tidak mau tahu, pokoknya kalian harus menemukan Theo bagaimanapun caranya," tukas Ikosagon tidak peduli.Ia tidak mau tahu usaha apa yang akan anak buahnya lakukan. Yang ia inginkan, Theona segera ditemukan dan ia akan menebus segala kesalahannya. Baik kejadian di hotel maupun selama menjadi istrinya."Baik, Bos," tegas Lion.Ikosagon melangkah pergi. Ia ingat betul awal mula menghilangkannya Theona atas cerita dari Fox. Jadi, ia memeriksa setiap toilet dari lantai dasar sampai lantai atas. Ia berlari ke sana kemari, tetapi tidak membuahkan hasil apa pun. Beberapa jam kemudian, proses pencarian di pusat perbelanjaan berakhir. Kini, Ikosagon dan anak buahnya kembali berkumpul di parkiran bawah tanah."Black Panther, Leopard, Tiger, dan Kumbang." Ikosagon memanggil beberapa pemimpin anak buahnya."Kami, Bos," jawab mereka serentak."Kalian
Tiba-tiba Ikosagon terdiam di tengah kegundahan hatinya. "Apa karena obat? Apa obat yang pria sialan itu tuang ke minumanku membuatku tidak bisa ingat? Aaarrrggh!"Pria itu mengepalkan tangannya dan memukul-mukul kasur sekuat tenaga. Sudah tidak terhitung jumlahnya ia dan Theona berada dalam peluh, tetapi ia tidak tahu bahwa Theona adalah wanita yang ia nodai di hotel waktu itu. Jika ia tidak bisa mengenali aroma tubuhnya. Setidaknya ia harus mengenali suaranya, tetapi apa ini? Ia melupakan segalanya dan bahkan melukai batin juga fisik wanita itu setelah menikah.Sudah lewat lima jam, tetapi anak buahnya tidak memberi kabar apa pun. Dengan nafas yang memburu, Ikosagon menahan amarahnya."Apa kalian sudah bosan hidup?" tanya Ikosagon dengan suara yang yang terdengar sangat mengerikan."Maaf, Bos. Kami akan segera menghubungi Bos kalau sudah mengetahui keberadaan Nyonya Theo.""Jadi, kalian belum tahu di mana keberadaan Theo? Apa saja yang kalian lakukan sejak tadi, huh?!""Sebentar lag
"I-iya, Bos. Ketika Nyonya Theo dan Bi Sudan naik ke dalam kereta, sampai ke stasiun seterusnya mereka menghilang. Kami sudah berusaha mencari dengan cara mengulang menonton video tetap tidak ada."Mereka tidak tahu bahwa Theona sudah memikirkan rencananya dengan sangat matang. Wanita itu pikir, ayahnya yang tidak terlalu kaya saja memiliki banyak anak buah. Apalagi Ikosagon merupakan pengusaha yang kaya raya yang mungkin tidak terhitung jumlah aset yang dimilikinya. Jadi, ia memikirkan cara untuk menyamarkan jejaknya yang tertangkap kamera pengawas.Ia sengaja naik taksi menuju kota Teratai dan sampai di sana ia pergi ke stasiun kereta. Setelah itu, ia meminta dua orang penghuni kereta untuk menukar pakaian mereka dengan imbalan uang. Dengan begitu, ia bisa turun di stasiun mana pun dan bisa kabur dengan mudah."Astaga! Bagaimana bisa? Coba cari sekali lagi dengan teliti. Mungkin kalian melewatkannya di salah satu stasiun.""Baik, Bos, kami akan mengulanginya lagi untuk memastikan. T
"Kenapa lama sekali? Memangnya apa saja yang anak buahmu tanyakan pada dua wanita itu?" tanya Ikosagon kesal.Raut wajah pria itu terlihat sangat kusut dan banyak kerutan di dahinya. Pria itu terlihat menua dalam sekejap mata.Ikosagon benar-benar sudah tidak sabar ingin mengetahui kabar tentang istrinya dari anak buah yang telah Lion kirim. Namun seberapa lama pun ia menunggu, anak buahnya tak kunjung memberi kabar."Saya juga tidak tahu, Bos. Saya akan mencoba untuk menghubungi mereka lagi," balas Lion bergegas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi anak buahnya."Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kenapa sudah lewat dari tiga puluh menit dan kalian tidak memberi kabar?" tanya Lion dengan nada mengeluh.Ia pikir, kenapa anak buahnya tidak bisa melihat situasi? Seharusnya mereka bergerak cepat di saat bosnya sedang menunggu progres tugas yang diberikan pada mereka. Tapi, apa ini? Mereka justru sangat lama."Ini sudah selesai, Kapten," sahut Poksay."Jadi, bagaimana?""Nyalakan speak
"Ngomong-ngomong, Theo membuat kesalahan apa? Kenapa Nak Osa sampai datang ke sini?" tanya Ayah Theona."Theo kabur dan tidak ditemukan di manapun," balas Ikosagon datar. Ia ingin tahu bagaimana ekspresi ayah mertuanya setelah mengetahui putrinya kabur."A-apa? The-theo kabur?" terkejut Ayah Theona terbelalak."Ya. Jadi, kedatanganku ke sini untuk menanyakan alamat kerabat Theo dari pihakmu dan pihak mendiang ibunya," ujar Ikosagon tidak ingin berbasa-basi.Ia ingin segera tahu ke mana ia akan pergi untuk mencari istrinya. Karena semakin cepat ia tahu alamat kerabat istrinya, semakin cepat pula ia menemui istrinya. Apalagi ia tidak suka berlama-lama dengan orang seperti ayah mertuanya."Dari pihak ibu, Theo hanya memiliki kakek dan nenek, tapi mereka sudah lama meninggal. Kalau dari pihak keluarga saya, Theo tidak pernah dekat dengan mereka. Jadi kalau Theo kabur, dia hanya akan pergi ke rumah mendiang kakek dan neneknya yang ada di kota Teratai," jelas Ayah Theona sambil menyentuh da
"Bos, bangun, Bos. Kita sudah sampai di alamat selanjutnya," kata Lion membangunkan Ikosagon dengan nada suara yang cukup pelan.Meski terdengar seperti suara bisikan, tetapi Ikosagon bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Pria itu menggerakkan tubuhnya dengan kedua tangan yang direntangkan."Pukul berapa sekarang?" tanya Ikosagon dengan suara khas orang bangun tidur."Sekarang pukul tiga lewat empat puluh lima menit, Bos," jawab Lion sambil menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya."Kenapa lama sekali? Bukankah jaraknya tidak terlalu jauh?" tanya Ikosagon cukup terkejut.Ia pikir, perjalanan hanya akan menghabiskan waktu sekitar satu jam, tetapi ternyata memakan waktu hampir dua jam."Ternyata cukup jauh dan kondisi jalanan juga becek dan sempit. Jadi, kami tidak bisa menaikkan kecepatan dan hanya menggunakan kecepatan rendah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," jelas Lion.Perjalanan dari rumah mendiang kakek dan nenek Theona ke kampung halaman Bi Sudan mem
"Ada apa kau datang ke sini?" tanya Cassiopeia penasaran.Entah apa yang membuat suami sahabatnya datang menemuinya di perusahaan. Padahal, tidak ada angin dan tidak ada hujan yang membasahi bumi siang ini. Apalagi, mereka tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu."Kau tidak perlu berpura-pura tidak tahu, Cassie," sergah Ikosagon sinis."Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Cassiopeia mengerutkan keningnya."Aku tahu kau menyembunyikan Theo, tapi kau bersikap seolah kau tidak tahu apa-apa," balas Ikosagon menatap Cassiopeia dengan tatapan mengejek.Semua tempat yang memungkinkan untuk Theona bersembunyi tidak ada. Jadi, kalau bukan Cassiopeia siapa lagi?"Apa kau bilang? Apa Theo kabur?" tanya Cassiopeia terkejut.Sebenarnya ada masalah apa antara Theona dengan Ikosagon? Kenapa sahabatnya sampai kabur dan pria itu berpikir bahwa ia yang menyembunyikannya?"Tidak usah berpura-pura terkejut. Lebih baik kau katakan di mana Theo berada," tepis Ikosagon tidak percaya."Sumpah dem
Satu bulan kemudian, Theona merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Berat badannya tiba-tiba naik dan nafsu makannya kian bertambah. Terkadang, ia sampai lupa berapa kali sehari ia makan karena terlalu sering."Sepertinya aku harus diet," celetuk Theona."Untuk apa? Aku suka kau yang lebih berisi seperti ini." Ikosagon semakin mengeratkan pelukannya."Tapi aku tidak suka. Aku terlihat seperti ibu-ibu yang sedang menyusui. Astaga! Apa aku hamil?" Theona terkejut teringat bagaimana kondisi tubuhnya ketika sedang mengandung putra pertamanya."Apa benar kau hamil?" tanya Ikosagon berbinar.Tidak bisa dibayangkan betapa bahagianya Ikosagon saat ini. Kabar baik itu memang belum pasti, tetapi kebahagiaannya langsung membuncah begitu saja."Aku tidak tahu, tapi dulu ketika hamil Alpha nafsu makanku meningkat dan berat badanku pun semakin bertambah," jelas Theona."Ini, sih, sudah jelas kalau kau hamil. Bukankah kita sudah bekerja keras selama ini? Jadi, kita hanya perlu memetik hasilnya," kata Ik
"Tidak-tidak. Kalau Alpha tiba-tiba ke sini mencari kita bagaimana?" tolak Theona khawatir."Itu mudah. Aku akan menelepon Mbak Santi untuk tidak datang ke sini. Bagaimana?" balas Ikosagon membujuk.Theona terlihat sedang berpikir. Raut wajahnya terlihat sangat ragu dan tidak setuju dengan ide suaminya. Bagaimana kalau ayah, ibu tiri, atau Sherly yang masuk ke dalam. Bisa saja pintu dikunci, tapi akan sangat tidak enak rasanya kalau ada yang mengetuk pintu dan memanggilnya."Apa kita perlu menginap satu malam agar kita bisa main-main di kamar ini?" tawar Ikosagon tidak menyerah."Ya sudah sekarang saja, tapi kalau ada yang datang ke sini bagaimana?" kata Theona memutuskan, tetapi masih khawatir."Abaikan saja. Jadi, bisakah kita memulainya sekarang?" tanya Ikosagon yang kemudian diangguki oleh Theona.Sebelum benar-benar melakukannya, Ikosagon melompat turun dan mengunci pintu. Kemudian, ia kembali dan mulai melancarkan aksi membuat kenangan di kamar itu. Melucuti pakaian istrinya hin
Saat ini, Ikosagon sudah berada di rumah ayah mertuanya bersama Theona dan Alphagon. Mereka baru saja sampai dan duduk di sofa. Berhubung Ikosagon ingin membuat kejutan, jadi ia meminta pengasuh yang baru ia sewa untuk mengajak putranya bermain."Apa kau ingin aku membalaskan perbuatan mereka pada Petraeus?" tanya Ikosagon dengan sudut bibir yang dinaikkan sebelah. Tangan kanannya senantiasa bergerak memainkan rambut istrinya yang tergerai cantik."Kenapa kau diam saja? Kau ingin aku melakukan apa pada mereka?" tanya Ikosagon lagi karena tak mendengar jawaban apa pun.Ikosagon sengaja bertanya pada sang istri dengan suara yang cukup keras. Tatapan matanya fokus menatap ayah mertuanya dan Merry bergantian. Mendengar pertanyaan yang Ikosagon lontarkan membuat sepasang suami istri itu menegang. Tidak lama kemudian, tubuh mereka berdua bergetar ketakutan."Kau tidak perlu khawatir karena aku memiliki bukti konkrit. Jadi hanya dengan menyerahkan bukti itu ke polisi, mereka akan langsung m
Setelah melakukan ritual malam pertama setelah enam tahun berlalu, kini Theona dan Ikosagon bermalas-malasan di atas tempat tidur tanpa berencana untuk membersihkan diri."Sebenarnya, ini luka bekas apa?" tanya Theona sambil mengusap bekas luka di bagian dada kiri Ikosagon.Sejak dulu, Theona begitu penasaran dan sempat bertanya. Namun sayangnya, Ikosagon tidak mau menjawab. Dan pada kesempatan kali ini, di saat hubungannya sudah benar-benar membaik, ia berharap Ikosagon mau mengatakannya."Sebenarnya, ini luka bekas operasi tranplantasi jantung," sahut Ikosagon. Tiba-tiba raut wajahnya berubah tidak enak."Memangnya ada apa dengan jantungmu?" tanya Theona penasaran."Sejak lahir, aku mengalami kelainan jantung dan tiga bulan sebelum kita menikah, aku melakukan tranplantasi," jelas Ikosagon sambil menatap kosong langit-langit kamar."Tapi, sekarang kau sudah baik-baik saja, 'kan?" tanya Theona khawatir."Tentu saja aku baik-baik saja. Apalagi ada kau di sisiku. Hanya saja ..." Ikosag
"Sayang, bangun. Ayo kita pindah ke kamar!" Ikosagon merengek sambil mengecupi telinga istrinya. Berkali-kali ia berusaha membangunkan, tetapi sang istri tak kunjung bangun dan justru terlihat sangat pulas."Yang? Sayang?" rengek Ikosagon.Sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya, perlahan Theona membuka mata. "Alpha sudah tidur?" tanyanya pada sang suami."Sudah. Ayo kita ke kamar!" balas Ikosagon bersemangat."Alpha bagaimana?" tanya Theona tidak tega meninggalkan putranya sendirian."Nanti kalau sudah selesai, kita balik lagi ke sini," sahut Ikosagon bersemangat.Theona mengangguk berencana untuk bangun dan turun. Akan tetapi, Ikosagon tidak membiarkannya begitu saja. Pria itu langsung bergerak cepat dengan mengangkat tubuh rampingnya ala pengantin. Kemudian, ia lekas membawa Theona keluar dan menuju kamarnya."Apa kau sudah benar-benar sembuh?" tanya Theona khawatir. Pasalnya, ia merasakan suhu tubuh suaminya yang masih lumayan panas."Iya. Aku hanya butuh waktu berdua deng
Theona menatap Ikosagon sendu. Mengingat kisah yang ibu mertuanya ceritakan membuatnya sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa pria seperti Ikosagon bisa menjadi hancur hanya karena kehilangannya?"Kenapa? Apa kau tidak mau memberiku kesempatan?" Ikosagon mengangkat kepalanya menatap Theona serius."Tidak. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki segalanya. Jadi, seandainya sikapmu masih seperti yang dulu. Maaf, aku tidak bisa terus-menerus berada di sampingmu dan terpaksa harus pergi seperti sebelumnya," balas Theona menggebu."Apa kau serius?" tanya Ikosagon tidak percaya."Ya, sangat-sangat serius," sahut Theona mantap.Mendengar jawaban yang Theona lontarkan membuat Ikosagon berlari dan mendekap tubuh istrinya erat. Ia merasa, kebahagiaannya kali ini terasa lebih lengkap."Terimakasih banyak, Sayang, terimakasih. Aku janji tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku janji akan selalu membahagiakanmu," ujar Ikosagon tersenyum bahagia sekaligus lega."Hentikan, Osa! Aku b
"Alpha mana?" tanya Hexagon."Alpha di rumah, Mi, sama Osa. Theo sengaja datang sendirian karena ingin menanyakan sesuatu," balas Theona sambil memeluk ibu mertuanya.Setelah sarapan, ia langsung menitipkan putranya pada Ikosagon dan berkata ingin keluar sebentar. Seperti rencananya semalam, ia ingin menanyakan perihal kehidupan Ikosagon selama enam tahun ia pergi."Duduk dulu, yuk!" Hexagon membimbing menantunya agar duduk di sofa, "Memangnya kau ingin tanya apa?" tanya wanita itu penasaran."Theo mau tanya tentang kehidupan Osa selama Theo pergi," sahut Theona."Apa kau serius? Bukankah selama ini kau melarang mami untuk menceritakan hal itu?" tanya Hexagon heran.Sejak pertemuan pertama mereka setelah Theona menghilang, beberapa kali Hexagon berusaha menceritakan. Namun sayangnya, Theona selalu mencegah hingga pada akhirnya ia urung untuk menceritakannya."Iya, Mi. Theo merasa sudah waktunya Theo tahu segalanya dan berhenti menghindar," sahut Theona mengangguk mantap."Baiklah. Apa
Mendengar jawaban putranya membuat Theona terdiam. Ia tidak tahu apakah harus menuruti ucapan pria mungilnya atau tidak."Sini biar aku makan sendiri saja," celetuk Ikosagon dengan nada lemah.Theona menoleh ke arah pria itu. Dengan sinis, ia membalas, "Tidak perlu." Kemudian, ia mulai memegang sendok dan mengisinya dengan nasi. Lalu, menyuapkannya pada Ikosagon.Meski Theona terlihat sangat kesal, tetapi Ikosagon merasa sangat senang. Apalagi bisa disuapi dan bisa berkumpul lagi. Rasa-rasanya, sakitnya kali ini justru membuahkan kebahagiaan. Dan, hal itu terjadi karena keberadaan putranya di sana."Terimakasih dan maaf, Sayang. Terimakasih karenamu Theo mau keluar dan maaf karena dulu daddy tidak menginginkan kehadiranmu," batin Ikosagon menatap putranya sendu.Penyesalan memang selalu datang belakangan. Akan tetapi, Ikosagon merasa sangat bersyukur karena ia bisa menemukan istri dan anaknya. Dengan begitu, ia bisa memperbaiki kesalahannya di masa lalu."Alpha mau paman suapi?" tawar
Ikosagon menghentikan kalimatnya sejenak dan menatap Theona sendu. Ia ingin tahu bagaimana reaksi istrinya. Akankah sang istri mulai mengingat kejadian itu atau ..."Sayangnya setelah aku bangun, wanita itu sudah tidak ada. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menemukan wanita itu dan bertanggungjawab. Aku juga sudah memutuskan untuk mencintainya apa pun yang terjadi. Jadi, itulah alasan kenapa aku berusaha membohongi perasaanku dengan berkata tidak mencintaimu.""Selama kita menikah, aku sibuk mencari wanita itu. Sampai di mana kau pergi, aku menemukan fakta bahwa wanita yang aku nodai di hotel waktu itu adalah kau, Theo."Ikosagon kembali mengangkat kepalanya. Ia melihat wajah Theona yang sudah bersimbah air mata, "Kau tahu betapa hancurnya aku? Aku pikir, kenapa aku tidak menemukan fakta itu sejak dulu sehingga aku tidak terlalu banyak melukai hati dan fisikmu? Aku ... Hidupku benar-benar menderita setelah kau pergi, Theo. Banyak sekali penyesalan atas sikap kejamku padamu. Aku s