Share

Bab 5. Kunjungan

Author: Delissaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kata-kata manis yang baru saja dia dapatkan dari Fernan benar-benar membuat Valen harus mengingat sosok Gio dalam benaknya. Sudut bibir yang menyungging dan sorot mata yang terlihat menyedihkan adalah raut wajah yang dilihat oleh Fernan.

Laki-laki itu memang tidak tahu pasti apa yang telah dilalui Valen sampai gadis cantik di depannya itu mengabaikan apa yang baru saja dia katakan.

"Valen, apa kamu dengar apa yang aku katakan?" tanya Fernan sekali lagi untuk memastikan bahwa kali ini Valen mendengarnya.

"Hm, aku mendengarnya dengan sangat jelas, Tuan. Anda sungguh pria aneh, Tuan! Kita baru bertemu beberapa hari lalu dan anda mau menikahi saya padahal anda tahu saya ini sedang hamil? Anda terlihat berwibawa dan cukup tampan. Tapi anda mau menikahi gadis cacat seperti saya?"

Fernan tidak memberikan reaksi apa pun. Sorot matanya masih sama, tetapi hatinya sedikit terkoyak dengan kata-kata Valen. Fernan tidak berpikir sedikitpun bahwa Valen itu wanita cacat. Mungkin karena dia tidak bisa mempertahankan kehormatannya, maka dia menjudge dirinya sendiri adalah gadis cacat.

"Tuan, saya yakin masih banyak wanita perawan yang mau menikah dengan anda. Bukan gadis hamil seperti saya! Tolong … jangan ganggu hidup saya karena saya kesini untuk menenangkan diri, bukan untuk mencari pengganti!"

Mau tidak mau Valen harus segera pergi dari tempat favoritnya itu. Padahal sunset yang dia lihat masih bisa dia rasakan beberapa menit lagi, tetapi kehadiran Fernan dengan kata-kata manisnya membuat Valen sakit kepala.

"Aku … akan menunggumu, Valencia Belina," gumam Fernan mengikuti Valen dari belakang.

Sebelum dirinya tiba di rumah, Valen menghentikan ayunan sepedanya kemudian menoleh menatap Fernan yang juga berhenti.

"Jangan jadi penguntit!" ujar Valen, tetapi Fernan tidak memberikan reaksi apa-apa. Wajah datar dan arogannya masih terlihat jelas padahal baru saja dia melamar Valen. Seharusnya bukan raut wajah seperti itu yang dia tunjukkan pada Valen.

"Pendengaran anda masih normal, Tuan?" lanjut Valen hanya mendapatkan senyuman tipis dari Fernan. Dia pun kembali mengayun sepedanya mendahului Valen dan masuk ke halaman rumah yang mana rumah itu berada tepat di sisi Valen.

Valen tak bergeming melihat Fernan sedang memarkirkan sepedanya di halaman rumah itu. Tidak lama kemudian Fernan membuka pintu rumah itu dan masuk ke dalamnya.

"Hah? Dia tetanggaku? Astaga! Gimana bisa aku hidup bertetangga sama dia?" Valen memutar malas kedua bola matanya kemudian masuk ke rumah dan mencoba mengabaikan kejadian yang baru saja dia lalui.

***

Hari yang Valen lewati kini berubah menjadi bulan. Kehamilannya tidak membuat repot ataupun banyak keluhan bahkan ngidam aneh-aneh. Valen melewati semuanya seperti wanita biasa. Bahkan dia sering memuji anaknya karena tidak rewel dan tidak merepotkan.

Usia kandungannya saat ini menginjak tujuh bulan dan anehnya selama beberapa bulan ini, Velen tidak pernah melihat Fernan yang dia ketahui tinggal tepat di sisi rumah Valen.

"Apa dia kecewa?" gumam Valen seraya membuka jendela dan menatap rumah yang bentuknya mirip dengan bangunan rumahnya itu. Setiap pagi Valen melakukan hal yang sama, tetapi kali itu juga Valen tidak pernah melihat Fernan.

Kakinya bahkan berjinjit untuk melihat keadaan rumah yang sedang dia pantau itu. Namun Valen tidak mendapati siapapun disana hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Valen. Segera Valen membuka pintu rumahnya karena heran pagi-pagi sekali dia sudah mendapatkan tamu.

"Astaga! Bunda!" Valen cukup terkejut dengan kedatangan ibu asuhnya itu yang tiba-tiba.

"Dasar anak nakal! Udah Bunda bilang harus sering-sering kasih kabar, ini malah nggak ada kabar sama sekali. Untung aja Vanya ngajak Bunda kesini," Bunda Alive memukul lengan Valen.

"Maaf, Bunda. Valen benar-benar harus memulihkan dan menyibukkan diri agar Valen sembuh." Valen cukup terlihat sedih, tetapi juga bahagia karena kedatangan Bunda Alive juga Vanya.

Heru sedang ada perjalanan bisnis di Jerman, jadi Vanya yang sudah resmi menjadi istri Heru ikut bersamanya. Ingin menambah kejutan dan kebahagiaan untuk sahabatnya, Vanya juga mengajak Bunda Alive bersamanya.

"Duh ... bumil, aku nggak dipeluk nih?" ucap Vanya yang kemudian mendapatkan mendapatkan pelukan dari Valen

"Terima kasih udah mau berkunjung. Ah ayo masuk! Kalian pasti capek. Kebetulan kemarin aku bawa anggur yang baru aja dipetik dari kebun," Valen segera pergi ke dapur untuk mengambil anggur yang dia petik di kebun.

Beberapa bulan terakhir, Valen bekerja di kebun anggur. Dia juga belajar siang malam untuk bisa berbahasa Jerman agar semakin akrab dengan orang-orang disekitarnya. Walaupun awalnya pemilik kebun menolak Valen, tetapi dengan sedikit memohon akhirnya Valen diterima kerja di kebun anggur tersebut dan diberikan pekerjaan yang ringan-ringan.

Sebenarnya Valen tidak kekurangan uang. Bahkan Vanya kerap memberikan uang bulanan untuk Valen. Namun Valen tidak menggunakan uang itu sepeserpun karena uang yang dia miliki masih cukup untuk kebutuhan dia sehari-hari. Hidupnya sangatlah sederhana. Kesederhanaan itu membuat Valen bahagia dan melupakan luka lamanya.

"Astaga ... ini seger banget. Manis lagi!" Vanya mencicipi buah anggur yang di hidangkan Valen.

"Iya. Anggurnya beda ya sama di Indonesia," sahut Bunda Alive.

"Iyalah. Ini juga hasil perawatan Valen. Dirawatnya juga penuh cinta dan kasih sayang loh, Bun," kata Valen memuji dirinya sendiri.

"Syukurlah kamu benar-benar terlihat bahagia disini. Pasti lingkungan disini sangat baik dan ramah sama kamu, Nak. " Bunda Alive mengusap sebelah pipi Valen dengan penuh kasih sayang. "Kamu memang harus bahagia," lanjutnya.

"Iya, Bunda, bawel. Tapi kalian bener-bener jahat ya? Nggak kasih kabar sama sekali. Aku bahkan belum buat sarapan pagi," jawab Valen memang terlihat sedikit kesal.

"Udara disini enak banget ya? Cocok banget nih buat bulan bulan madu," ledek Vanya mengalihkan pembicaraan.

"Ish ... kamu mau mengelak kan? Lagian udah lewat beberapa bulan masih mikir bulan madu. Emang perut belum ada isinya?" tanya Valen.

"Kami memutuskan untuk menunda karena Mas Heru masih ada banyak perjalanan bisnis, dan dia nggak mau ninggalin aku sendirian kalau aku hamil," jawab Vanya.

"Duh ... bikin iri deh," ledek Valen.

"Em btw kamu … apa kamu nggak mau tahu kabar Sergio?" wajah Valen tiba-tiba sedih dan sedikit pucat jika ingat nama laki-laki brengsek itu. "Eh, maaf. Aku ng-" Vanya menahan ucapannya karena ada suara ketukan pintu.

"Nggak pa-pa! Aku buka pintu dulu," Valen beranjak dan pergi untuk membuka pintu utama yang tidak jauh dari tempatnya duduk. "Hah?"

Valen melongo melihat Fernan sedang berdiri dengan pesonanya yang padahal beberapa bulan menghilang sejak tahu dia hamil. Tentu saja Valen terheran-heran karena setiap hari mengintip rumah Fernan, Valen tidak pernah melihat laki-laki tersebut dan sekarang tiba-tiba muncul sebagai tamu.

"Aku mau ketemu sama Bunda Alive. Pasti dia kangen banget sama anaknya ini,"

"Kamu tahu Bunda disini?Nggak! Sebaiknya anda cepat pergi, Tuan! Jangan ganggu acara kangen-kangenan kami,"

"Siapa, Nak? Kok Bunda denger dia manggil nama Bunda," mendengar namanya disebut, Bunda Alive menghampiri Valen yang masih berdiri diambang pintu dan melihat siapa tamu yang datang.

"Bunda ... aku Delon, anak Bunda!" Tanpa basa-basi lagi, Delon dan Bunda Alive saling berpelukan.

Related chapters

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 6. Penjelasan Bunda

    Baik Bunda Alive maupun laki-laki yang mengaku bernama Delon itu masih mendapatkan tatapan heran dari Valen. Vanya sendiri ikut berdiri di ambang pintu juga dengan tatapan heran dan tidak mengenal laki-laki yang sedang berpelukan dengan Bunda Alive.Entah kenapa Valen tiba-tiba merasa aneh dengan kehadiran pria yang sudah beberapa bulan tidak ada kabarnya tersebut dan datang baru beberapa saat setelah Vanya juga Bunda asuhnya datang."Nggak mungkin dia mengawasi aku dua puluh empat jam tanpa aku sadari, bukan?" batin Valen masih dengan tatapan yang sama pada Fernan. Laki-laki itu benar-benar misterius."Bunda apa kabar? Maaf Delon nggak pernah jenguk Bunda di panti," ucap Delon seraya melepaskan pelukannya. "Bunda nggak berubah, masih sangat cantik." Puji Delon dengan senyuman."Dasar anak nakal! Kamu juga nggak berubah, masih sangat jail!" jawab Bunda seraya memukul lengan Delon dan Valen benar-benar masih bingung dengan keakraban antara Bunda asuhnya dengan Delon alias Fernan itu."

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 7. Pendarahan

    Malam itu, Valen cukup dilanda kebingungan karena sedang berusaha untuk mengingat laki-laki bernama Lonlon yang dimaksud oleh Bunda Alive. Namun seberapa keras Valen mencoba mengingat nama itu, hasilnya tetap saja sama. Dia tidak bisa mengingat laki-laki tersebut.Mungkin memang Valen sudah tidak akan bisa mengingat laki-laki yang mau bertanggung jawab atas anak dalam kandungannya tersebut. Hanya saja Valen sangat penasaran karena sikap Fernan sedikit mencairkan hatinya yang membeku."Val, are you okay?" tanya Vanya yang tiba-tiba masuk ke kamar Valen karena dia tahu persis pasti Valen akan memikirkan Fernan."Em, apa kamu juga lagi mikirin hal yang sama?" Valen balik bertanya."Kenapa ya aku kok nggak inget sama sekali dengan Fernan. Tapi nggak mungkin juga Bunda bohong sama kamu. Dan ... menurutku nggak ada salahnya kamu mencoba membuka hati untuk Fernan. Bukannya dia yang selama ini yang kirim kamu makanan dan dia juga bilang tinggal di dekat kamu loh. Apa itu nggak cukup sweet?"V

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 1. Awal Kesialan

    Semua wanita pasti akan senang dengan kehadiran seorang buah hati di dalam rahimnya. Begitu juga gadis bernama Valencia Bellina. Ya, dia masih gadis karena belum menikah. Hari ini gadis tersebut berencana untuk mengatakan kehamilan pada sang kekasih yang bernama Sergio Ramos."Akhirnya … Mami sama Papi bakal menikah, Nak. Mami mau siap-siap setelah itu kita ketemu Papi ya," ujar Valen seraya mengusap perutnya yang masih rata.Valen pun pergi ke tempat kerja kekasihnya, Gio. Namun belum Valen turun dari taksi, dia melihat Gio masuk ke dalam mobil bersama Vanes, sahabatnya."Loh, mereka mau kemana? Tumben Gio dan Vanes jalan bareng gitu! Bukannya Vanes nggak suka dengan Gio?" gumam Valen menatap kepergian mobil yang dinaiki Gio dan Vanes."Pak, ikuti mobil itu ya?" titah Valen pada supir taksi dan sang supir mengangguk paham.Ternyata mobil yang diikuti Valen berhenti disebuah butik dan itu bukan butik biasa melainkan butik yang menyediakan perlengkapan pernikahan. Valen semakin terhera

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 2. Tuan Arogan

    Sepulangnya dari pesta pernikahan mantan kekasih dan mantan sahabatnya itu, Valen menatap seluruh ruang rumahnya dari ambang pintu. Matanya kembali menitikkan cairan bening, tetapi dengan segera Valen menyeka air mata itu. "Aku harus pergi dari sini. Demi kamu, Nak. Kita nggak bisa tinggal di sisi bayang-bayang ayah kamu yang jahat itu," gumam Valen seraya mengusap perutnya yang masih rata. Awalnya Valen tidak mau menerima kehadiran anak dari benih Gio tersebut, tetapi Valen sadar jika calon anaknya itu tidak bersalah sama sekali. Satu minggu terpuruk dan mengurung diri di kamar membuat Valen sadar jika sebelumnya dia menginginkan anak itu demi mendapatkan restu orang tua Gio, tetapi kali ini bukan itu alasannya.Beberapa hari kemudian, Valen memutuskan untuk pergi dari kota yang telah memberikan banyak luka di hatinya. Walaupun Vanya melarangnya, tetapi tentu saja Valen kekeh dengan pendiriannya untuk meninggalkan kota itu."Tapi … aku … aku nggak rela jauh dari kamu, Val," ujar Va

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 3. Siapa Kamu?

    "Sungguh aneh," gumam Valen kemudian membuang muka. Jarak dengan laki-laki di depannya itu benar-benar membuat Valen tidak nyaman. Segera ia kembali duduk untuk menikmati cappucino yang masih dia genggam."So what? Saya memang harus marah padamu karena tidak ada kabarnya selama ini," sahut laki-laki yang menjengkelkan itu lalu duduk di sisi Valen. "Saya Fernan, Nona!" sambung laki-laki yang bernama Fernan. Dia menatap lekat tiket pesawat yang dipegang Valen. Setelah itu meraih ponselnya yang ada di saku celana.Valen pun menoleh menatap Fernan. Dia benar-benar tidak mengenali laki-laki di hadapannya itu. Otaknya mulai berpikir keras, tetapi Valen tidak ingat sama sekali wajah laki-laki itu. Valen hanya bisa memutar malas bola matanya kemudian mengalihkan pandangan dari laki-laki bernama Fernan tersebut."Anda lupa dengan saya, Nona Valen?" tanya laki-laki itu seraya menyunggingkan senyum tanpa menoleh pada Valen karena matanya fokus pada ponsel. "Anda benar-benar tidak ingat? Apa karen

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 4. Mari Menikah!

    Perjalanan panjang yang cukup membuatnya lelah dan ketakutan pun berakhir sudah setelah terbang beberapa jam lamanya. "Thanks dan Sorry untuk yang tadi. Ini … pertama kalinya saya naik pesawat," ucap Valen saat pesawatnya benar-benar telah berhenti."Its okay!" jawab Fernan datar.Setelah itu Valen tak acuh dan segera beranjak terlebih dahulu karena tak mau mendapatkan banyak pertanyaan dari Fernan tentang mau kemana atau tinggal dimana. Sebenarnya kejadian dejavu tadi membuat Valen bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Namun dia segera melupakan hal tersebut."Perjalanan masih jauh, semangat, Valen," batinnya memberikan semangat pada diri sendiri.Dari sekian banyaknya kota indah di Eropa, Cochem, Rhineland-Palatinate, Jerman adalah tempat yang paling dia inginkan.Bukan hanya itu saja, tetapi secara kebetulan Heru juga punya bisnis di Jerman, jadi Vanya juga bisa ikut bersama Heru saat ada perjalanan bisnis ke Jerman. Berbeda dengan sebelumnya, kini wajah Valen berubah bahagia sebab

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 7. Pendarahan

    Malam itu, Valen cukup dilanda kebingungan karena sedang berusaha untuk mengingat laki-laki bernama Lonlon yang dimaksud oleh Bunda Alive. Namun seberapa keras Valen mencoba mengingat nama itu, hasilnya tetap saja sama. Dia tidak bisa mengingat laki-laki tersebut.Mungkin memang Valen sudah tidak akan bisa mengingat laki-laki yang mau bertanggung jawab atas anak dalam kandungannya tersebut. Hanya saja Valen sangat penasaran karena sikap Fernan sedikit mencairkan hatinya yang membeku."Val, are you okay?" tanya Vanya yang tiba-tiba masuk ke kamar Valen karena dia tahu persis pasti Valen akan memikirkan Fernan."Em, apa kamu juga lagi mikirin hal yang sama?" Valen balik bertanya."Kenapa ya aku kok nggak inget sama sekali dengan Fernan. Tapi nggak mungkin juga Bunda bohong sama kamu. Dan ... menurutku nggak ada salahnya kamu mencoba membuka hati untuk Fernan. Bukannya dia yang selama ini yang kirim kamu makanan dan dia juga bilang tinggal di dekat kamu loh. Apa itu nggak cukup sweet?"V

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 6. Penjelasan Bunda

    Baik Bunda Alive maupun laki-laki yang mengaku bernama Delon itu masih mendapatkan tatapan heran dari Valen. Vanya sendiri ikut berdiri di ambang pintu juga dengan tatapan heran dan tidak mengenal laki-laki yang sedang berpelukan dengan Bunda Alive.Entah kenapa Valen tiba-tiba merasa aneh dengan kehadiran pria yang sudah beberapa bulan tidak ada kabarnya tersebut dan datang baru beberapa saat setelah Vanya juga Bunda asuhnya datang."Nggak mungkin dia mengawasi aku dua puluh empat jam tanpa aku sadari, bukan?" batin Valen masih dengan tatapan yang sama pada Fernan. Laki-laki itu benar-benar misterius."Bunda apa kabar? Maaf Delon nggak pernah jenguk Bunda di panti," ucap Delon seraya melepaskan pelukannya. "Bunda nggak berubah, masih sangat cantik." Puji Delon dengan senyuman."Dasar anak nakal! Kamu juga nggak berubah, masih sangat jail!" jawab Bunda seraya memukul lengan Delon dan Valen benar-benar masih bingung dengan keakraban antara Bunda asuhnya dengan Delon alias Fernan itu."

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 5. Kunjungan

    Kata-kata manis yang baru saja dia dapatkan dari Fernan benar-benar membuat Valen harus mengingat sosok Gio dalam benaknya. Sudut bibir yang menyungging dan sorot mata yang terlihat menyedihkan adalah raut wajah yang dilihat oleh Fernan.Laki-laki itu memang tidak tahu pasti apa yang telah dilalui Valen sampai gadis cantik di depannya itu mengabaikan apa yang baru saja dia katakan."Valen, apa kamu dengar apa yang aku katakan?" tanya Fernan sekali lagi untuk memastikan bahwa kali ini Valen mendengarnya."Hm, aku mendengarnya dengan sangat jelas, Tuan. Anda sungguh pria aneh, Tuan! Kita baru bertemu beberapa hari lalu dan anda mau menikahi saya padahal anda tahu saya ini sedang hamil? Anda terlihat berwibawa dan cukup tampan. Tapi anda mau menikahi gadis cacat seperti saya?"Fernan tidak memberikan reaksi apa pun. Sorot matanya masih sama, tetapi hatinya sedikit terkoyak dengan kata-kata Valen. Fernan tidak berpikir sedikitpun bahwa Valen itu wanita cacat. Mungkin karena dia tidak bisa

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 4. Mari Menikah!

    Perjalanan panjang yang cukup membuatnya lelah dan ketakutan pun berakhir sudah setelah terbang beberapa jam lamanya. "Thanks dan Sorry untuk yang tadi. Ini … pertama kalinya saya naik pesawat," ucap Valen saat pesawatnya benar-benar telah berhenti."Its okay!" jawab Fernan datar.Setelah itu Valen tak acuh dan segera beranjak terlebih dahulu karena tak mau mendapatkan banyak pertanyaan dari Fernan tentang mau kemana atau tinggal dimana. Sebenarnya kejadian dejavu tadi membuat Valen bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Namun dia segera melupakan hal tersebut."Perjalanan masih jauh, semangat, Valen," batinnya memberikan semangat pada diri sendiri.Dari sekian banyaknya kota indah di Eropa, Cochem, Rhineland-Palatinate, Jerman adalah tempat yang paling dia inginkan.Bukan hanya itu saja, tetapi secara kebetulan Heru juga punya bisnis di Jerman, jadi Vanya juga bisa ikut bersama Heru saat ada perjalanan bisnis ke Jerman. Berbeda dengan sebelumnya, kini wajah Valen berubah bahagia sebab

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 3. Siapa Kamu?

    "Sungguh aneh," gumam Valen kemudian membuang muka. Jarak dengan laki-laki di depannya itu benar-benar membuat Valen tidak nyaman. Segera ia kembali duduk untuk menikmati cappucino yang masih dia genggam."So what? Saya memang harus marah padamu karena tidak ada kabarnya selama ini," sahut laki-laki yang menjengkelkan itu lalu duduk di sisi Valen. "Saya Fernan, Nona!" sambung laki-laki yang bernama Fernan. Dia menatap lekat tiket pesawat yang dipegang Valen. Setelah itu meraih ponselnya yang ada di saku celana.Valen pun menoleh menatap Fernan. Dia benar-benar tidak mengenali laki-laki di hadapannya itu. Otaknya mulai berpikir keras, tetapi Valen tidak ingat sama sekali wajah laki-laki itu. Valen hanya bisa memutar malas bola matanya kemudian mengalihkan pandangan dari laki-laki bernama Fernan tersebut."Anda lupa dengan saya, Nona Valen?" tanya laki-laki itu seraya menyunggingkan senyum tanpa menoleh pada Valen karena matanya fokus pada ponsel. "Anda benar-benar tidak ingat? Apa karen

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 2. Tuan Arogan

    Sepulangnya dari pesta pernikahan mantan kekasih dan mantan sahabatnya itu, Valen menatap seluruh ruang rumahnya dari ambang pintu. Matanya kembali menitikkan cairan bening, tetapi dengan segera Valen menyeka air mata itu. "Aku harus pergi dari sini. Demi kamu, Nak. Kita nggak bisa tinggal di sisi bayang-bayang ayah kamu yang jahat itu," gumam Valen seraya mengusap perutnya yang masih rata. Awalnya Valen tidak mau menerima kehadiran anak dari benih Gio tersebut, tetapi Valen sadar jika calon anaknya itu tidak bersalah sama sekali. Satu minggu terpuruk dan mengurung diri di kamar membuat Valen sadar jika sebelumnya dia menginginkan anak itu demi mendapatkan restu orang tua Gio, tetapi kali ini bukan itu alasannya.Beberapa hari kemudian, Valen memutuskan untuk pergi dari kota yang telah memberikan banyak luka di hatinya. Walaupun Vanya melarangnya, tetapi tentu saja Valen kekeh dengan pendiriannya untuk meninggalkan kota itu."Tapi … aku … aku nggak rela jauh dari kamu, Val," ujar Va

  • Mengejar Cinta Ibu Tunggal    Bab 1. Awal Kesialan

    Semua wanita pasti akan senang dengan kehadiran seorang buah hati di dalam rahimnya. Begitu juga gadis bernama Valencia Bellina. Ya, dia masih gadis karena belum menikah. Hari ini gadis tersebut berencana untuk mengatakan kehamilan pada sang kekasih yang bernama Sergio Ramos."Akhirnya … Mami sama Papi bakal menikah, Nak. Mami mau siap-siap setelah itu kita ketemu Papi ya," ujar Valen seraya mengusap perutnya yang masih rata.Valen pun pergi ke tempat kerja kekasihnya, Gio. Namun belum Valen turun dari taksi, dia melihat Gio masuk ke dalam mobil bersama Vanes, sahabatnya."Loh, mereka mau kemana? Tumben Gio dan Vanes jalan bareng gitu! Bukannya Vanes nggak suka dengan Gio?" gumam Valen menatap kepergian mobil yang dinaiki Gio dan Vanes."Pak, ikuti mobil itu ya?" titah Valen pada supir taksi dan sang supir mengangguk paham.Ternyata mobil yang diikuti Valen berhenti disebuah butik dan itu bukan butik biasa melainkan butik yang menyediakan perlengkapan pernikahan. Valen semakin terhera

DMCA.com Protection Status