Sesuai rencana, Windy menjemput Erlin secara diam-diam pada tengah malam. Tingkah mereka persis seperti maling yang mengendap-endap agar tidak ketahuan. Bahkan Erlin juga keluar lewat jendela kamarnya agar tidak menimbulkan kecurigaan.“Gila kamu, Lin! Sumpah aku merasa seperti penjahat yang masuk diam-diam ke rumah orang,” celoteh Windy setelah mereka berada di dalam mobil.“Tanganku bahkan gemetar takut ketahuan,” imbuhnya sambil menyetir.“Maaf ya, Win. Aku selalu merepotkanmu. Keadaanku benar-benar terdesak. Aku tidak bisa memikirkan jalan keluar lain yang lebih baik. Mama sama sekali tidak mau mendengarkanku,” ujar Erlin mengeluhkan problemnya dengan sang ibu.“Aku juga tidak menyangka Tante Gayatri sampai memaksamu untuk melakukan aborsi. Apa sebenci itu dia pada Pak Adian sampai tak sudi memiliki cucu dari laki-laki itu,” komentar Windy juga tak habis pikir.“Lalu ke mana tujuan kita kali ini? Maksudku, rencananya ke mana kamu akan pergi?” tanya Windy membuat Erlin kembali dila
“Apa kamu sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang? Ini sesuatu yang sangat serius, Adian. Kamu akan melepas karir yang selama ini sudah kamu bangun dengan susah payah,” kata Antonio memastikan temannya tidak akan menyesali keputusan yang diambil.“Aku sudah memikirkan semuanya, Anton. Anggap saja ini demi menebus semua kesalahanku pada Erlin. Aku sudah banyak merenung dan aku sadar telah banyak melakukan kesalahan pada Erlin. Aku menyakiti hatinya dengan sikap dan ucapanku. Aku menempatkannya dalam posisi sulit. Dia terkena banyak masalah di kampus karena aku. Dia hampir kehilangan nyawa demi mengandung anakku dan aku justru menuduhnya berselingkuh,” kata Adian seolah sedang menghitung satu-persatu kesalahannya.“Aku benar-benar tidak tahu diri. Padahal dia juga nyaris mengorbankan masa depan pendidikannya untuk hal itu. Sekarang aku tidak ingin menjadi penghalang lagi bagi Erlin. Situasinya sudah sangat buruk, Anton. Kalau aku tidak keluar, Erlin tidak akan kembali ke sana. Aku
“Maaf, Non. Ada seseorang yang ingin bertemu. Dia sedang menunggu di depan,” tutur salah seorang pembantu di rumah Windy.“Siapa, Bi?” tanya Windy penasaran.“Saya juga kurang tahu, Non.”“Laki-laki atau perempuan? Masih muda atau sudah tua?” tanya Windy lebih lanjut. Dia saling pandang dengan Erlin. Mereka harus berjaga-jaga jika ternyata orang tua Erlin yang datang.“Laki-laki, Non. Tapi masih muda kok. Tampan pula,” kata pembantu itu memberikan deskripsi singkat.Erlin dan Windy semakin penasaran dengan sosok itu. Mereka tidak bisa menerka siapa yang berkunjung. Demi menjaga keamanan, Windy memilih untuk menemui tamu itu dan membiarkan Erlin tetap menungguu di kamar. Windy meminta agar Erlin tidak keluar kamar sampai Windy kembali.Windy kemudian turun untuk melihat siapa yang datang. Saat dia tiba di depan pintu, dia mendapati ternyata tamu yang dimaksud adalah Adian. Windy merasa sedikit aneh dengan kedatangan Adian yang tidak dia mengerti tujuannya.“Pak Adian,” sapa Windy membu
“Lebih baik kalian cari tempat untuk bersembunyi sebelum Tante Gayatri benar-benar datang ke sini,” kata Windy memberi instruksi.Mereka bertiga sama-sama panik. Kalau sampai Gayatri menemukan keberadaan Erlin, dia pasti akan memaksanya ikut pulang. Terlebih lagi jika mengetahui keberadaan Adian juga, pasti kemarahannya akan semakin bertambah.“Jangan sampai mama tahu kalau aku dan Pak Adian ada di sini,” ujar Erlin kalang kabut.“Makanya ayo cepat sembunyi,” balas Windy.“Terus mobil Pak Adian gimana? Mama pasti mengenalinya,” kata Erlin cemas teringat mobil Adian yang masih terparkir di halaman rumah Windy.“Kita tidak punya banyak waktu. Cepat kalian cari tempat bersembunyi yang aman. Aku sarankan masuk ke kamar orang tuaku sehingga aku punya alasan agar mama kamu tidak menggeledah sampai ke sana. Mobil Pak Adian biar aku yang urus,” kata Windy yang langsung bergegas meminta kunci mobil Adian.Erlin kemudian menarik tangan Adian untuk meninggalkan ruang tamu. Dia kalang kabut menca
Erlin mulai menjalani hari-harinya bersama Adian. Bertetangga dengan laki-laki itu membuat mereka terus terhubung. Terlebih lagi Adian memang setiap beberapa kali sehari berkunjung. Adian selalu memastikan Erlin baik-baik saja dan terpenuhi segala kebutuhannya.Pada suatu hari, Adian mengajak Erlin pergi berbelanja. Tidak ada stok makanan di unit Erlin. Selain itu Adian sengaja mengajak Erlin agar tidak bosan terus berada di apartemen saja.Awalnya Erlin menolak ajakan Adian. Dia takut ketahuan Gayatri jika dia berkeliaran di luar. Tapi Adian meyakinkan Erlin bahwa semuanya akan berjalan dengan aman. Erlin yang berusaha percaya akhirnya setuju untuk pergi bersama.Mereka pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Mereka berkeliling berdua sambil memilih barang-barang kebutuhan dengan Adian yang berjalan di belakang sembari mendorong troli. Saat sedang asik berbelanja, tiba-tiba saja langkah Erlin terhenti. Adian yang tidak tahu apa-apa mempertanyakan alasannya.“Kenapa berhenti?” tanya Adian
Tatapan mata Ardan mengekor langkah Adian dan Erlin yang meninggalkan ruangannya. Dia bahkan sampai mengintip dari pintu demi memperhatikan keduanya di lorong rumah sakit. Dia bisa menyaksikan bagaimana hubungan mantan suami istri itu tampak akur.Ardan tersenyum licik. Dia memiliki informasi baru untuk disampaikan pada seseorang yang sangat menginginkannya. Ardan terkesan baik hati mau membantu. Tapi sebenarnya dia melakukan itu untuk keuntungannya sendiri. Erlin adalah pijakan awal yang akan membawanya pada tujuan.Laki-laki itu kemudian merogoh saku jas putihnya. Dia mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Dia berperan seolah menjadi mata-mata yang bekerja secara cuma-cuma.“Ternyata benar. Baru saja mereka datang berdua ke sini. Saya yakin mereka tinggal bersama,” tutur Ardan berbicara dengan seseorang di telepon. Logatnya seperti orang yang sedang memberi laporan.“Lalu ke mana mereka pergi?” tanya lawan bicaranya dari seberang.“Kalau perihal itu saya tidak tahu. Hanya saj
Suara bel mengalihkan perhatian Erlin. Perempuan itu kemudian beranjak untuk membuka pintu unit apartemennya. Ternyata yang datang adalah Adian. Dia membawa sebuah paper bag dan menyerahkannya pada Erlin.“Apa ini?” tanya Erlin penasaran.“Pakailah untuk perayaan kita nanti malam,” jawab Adian.“Tapi kita akan pergi ke mana?” ujar perempuan itu karena belum diberitahu apa-apa.“Rahasia. Kamu akan mengetahuinya nanti. Bersiap saja dan aku akan kemari lagi jam tujuh malam,” jelas Adian. Dia kemudian langsung berpamitan setelah menyerahkan paper bag itu. Dia tampak sedang sibuk menyiapkan sesuatu.Sepeninggal Adian, Erlin membuka isi paper bag itu. Ternyata Adian memberinya sebuah lace dress berwarna hitam dengan panjang selutut. Sebuah senyuman terbit di wajah Erlin mendapat perhatian seperti itu dari Adian. Dia semakin tak sabar untuk menanti kejutan apa yang akan diberikan laki-laki itu nanti malam.Erlin melirik jam dinding yang sudah menunjukkan waktu pukul lima sore. Hanya tinggal
“Lepas!” ujar Gayatri menjauhkan tangan Adian dari Erlin dengan kasar.“Kenapa mama bisa ada di sini?” tanya Erlin masih tak mengerti dengan keberadaan ibunya yang begitu tiba-tiba.“Itu tidak penting. Beraninya dia membawamu kabur dari rumah,” kata Gayatri dengan tatapan menusuk pada Adian.“Enggak, Ma. Bukan Pak Adian yang membawaku kabur dari rumah. Aku pergi atas keinginanku sendiri karena aku tidak tahan menghadapi sikap mama yang keras kepala,” bantah Erlin.“Cukup! Kamu diam saja,” kata Gayatri dengan tegas.“Dan kamu Adian, jangan pernah mendekati anak saya lagi karena keluarga kami tidak setuju dengan hubungan kedua ini. Cukup sekali kamu menyiakan kesempatan dan kepercayaan yang sudah kami berikan dulu. Sekarang tidak lagi. Hanya orang beruntung yang bisa mendapatkan kembali sesuatu yang sebelumnya sudah dia buang. Tapi saya tidak akan membiarkan putri saya kembali kamu manfaatkan,” tegas Gayatri dengan sorot kebencian yang ditujukan pada Adian.“Ayo kita pulang!” kata Gayat
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…