Tatapan mata Ardan mengekor langkah Adian dan Erlin yang meninggalkan ruangannya. Dia bahkan sampai mengintip dari pintu demi memperhatikan keduanya di lorong rumah sakit. Dia bisa menyaksikan bagaimana hubungan mantan suami istri itu tampak akur.Ardan tersenyum licik. Dia memiliki informasi baru untuk disampaikan pada seseorang yang sangat menginginkannya. Ardan terkesan baik hati mau membantu. Tapi sebenarnya dia melakukan itu untuk keuntungannya sendiri. Erlin adalah pijakan awal yang akan membawanya pada tujuan.Laki-laki itu kemudian merogoh saku jas putihnya. Dia mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Dia berperan seolah menjadi mata-mata yang bekerja secara cuma-cuma.“Ternyata benar. Baru saja mereka datang berdua ke sini. Saya yakin mereka tinggal bersama,” tutur Ardan berbicara dengan seseorang di telepon. Logatnya seperti orang yang sedang memberi laporan.“Lalu ke mana mereka pergi?” tanya lawan bicaranya dari seberang.“Kalau perihal itu saya tidak tahu. Hanya saj
Suara bel mengalihkan perhatian Erlin. Perempuan itu kemudian beranjak untuk membuka pintu unit apartemennya. Ternyata yang datang adalah Adian. Dia membawa sebuah paper bag dan menyerahkannya pada Erlin.“Apa ini?” tanya Erlin penasaran.“Pakailah untuk perayaan kita nanti malam,” jawab Adian.“Tapi kita akan pergi ke mana?” ujar perempuan itu karena belum diberitahu apa-apa.“Rahasia. Kamu akan mengetahuinya nanti. Bersiap saja dan aku akan kemari lagi jam tujuh malam,” jelas Adian. Dia kemudian langsung berpamitan setelah menyerahkan paper bag itu. Dia tampak sedang sibuk menyiapkan sesuatu.Sepeninggal Adian, Erlin membuka isi paper bag itu. Ternyata Adian memberinya sebuah lace dress berwarna hitam dengan panjang selutut. Sebuah senyuman terbit di wajah Erlin mendapat perhatian seperti itu dari Adian. Dia semakin tak sabar untuk menanti kejutan apa yang akan diberikan laki-laki itu nanti malam.Erlin melirik jam dinding yang sudah menunjukkan waktu pukul lima sore. Hanya tinggal
“Lepas!” ujar Gayatri menjauhkan tangan Adian dari Erlin dengan kasar.“Kenapa mama bisa ada di sini?” tanya Erlin masih tak mengerti dengan keberadaan ibunya yang begitu tiba-tiba.“Itu tidak penting. Beraninya dia membawamu kabur dari rumah,” kata Gayatri dengan tatapan menusuk pada Adian.“Enggak, Ma. Bukan Pak Adian yang membawaku kabur dari rumah. Aku pergi atas keinginanku sendiri karena aku tidak tahan menghadapi sikap mama yang keras kepala,” bantah Erlin.“Cukup! Kamu diam saja,” kata Gayatri dengan tegas.“Dan kamu Adian, jangan pernah mendekati anak saya lagi karena keluarga kami tidak setuju dengan hubungan kedua ini. Cukup sekali kamu menyiakan kesempatan dan kepercayaan yang sudah kami berikan dulu. Sekarang tidak lagi. Hanya orang beruntung yang bisa mendapatkan kembali sesuatu yang sebelumnya sudah dia buang. Tapi saya tidak akan membiarkan putri saya kembali kamu manfaatkan,” tegas Gayatri dengan sorot kebencian yang ditujukan pada Adian.“Ayo kita pulang!” kata Gayat
“Ini benar-benar tidak masuk akal. Mama tahu aku sedang mengandung anak Pak Adian tapi mama justru mau menjodohkanku dengan laki-laki lain?” ujar Erlin jelas merasa keberatan.“Tidak masalah. Mama sudah katakan dengan jujur tentang kondisimu dan dia bisa menerimanya. Kalian bisa menikah setelah anak itu lahir,” balas Gayatri membuat Erlin semakin frustasi.Perempuan itu menyurai asal rambut panjangnya. Erlin tak habis pikir dengan jalan pikiran Gayatri. Dia juga merasa heran pria mana yang mau menerima perjodohan dengan perempuan yang sedang mengandung anak dari mantan suaminya.“Perkataan mama tentang perjodohan itu tidak benar ‘kan, Pa?” tanya Erlin memastikan pada Darman. Tapi lagi-lagi kepala rumah tangga itu seperti tak punya daya. Dia hanya diam yang artinya mengafirmasi keputusan Gayatri.“Ini benar-benar gila! Pria mana yang mau menjalin hubungan denganku dalam kondisi seperti ini? Siapa dia?” ujar Erlin penasaran.“Kamu akan tahu orangnya nanti. Dia adalah pria yang baik. Tid
Erlin turut berbahagia untuk kabar baik yang dia terima dari Windy. Sebaliknya, Windy turut bersedih setelah mendengar cerita Erlin tentang nasib hubungannya dengan Adian. Erlin juga sudah bercerita tentang rencana perjodohan yang dibuat oleh orang tuanya agar Erlin tidak kembali lagi pada sang mantan suami.Mereka membandingkan kisah cinta mereka berdua. Hubungan Windy dan Regan juga diawali dengan perjodohan. Tapi mereka bisa saling menerima karena memang ada perasaan yang sama. Berbeda dengan perjodohan Erlin yang dilakukan saat perempuan itu masih saling cinta dengan laki-laki lain.“Mama kamu ternyata tukang intervensi yang cukup menyeramkan ya,” kata Windy menggambarkan sikap Gayatri. Erlin hanya mengedikkan bahu tanda pasrah.“Erlin,” panggil Gayatri membuat Erlin dan Windy salah tingkah.Mereka tidak menyadari sejak kapan Gayatri datang dan langsung membuka pintu kamar tiba-tiba. Sontak saja mereka pura-pura membicarakan persiapan pertunangan agar Gayatri tidak curiga. Mereka
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand