Erlin tak menunjukkan sikap yang tegas apakah dia bisa memaafkan Adian atau tidak. Dia masih merasa bingung. Rasanya tak mudah menerima laki-laki itu kembali jika mengingat rasa sakit yang ia alami. Hari Erlin sudah banyak terluka karena sikap dan tuduhan Adian. Erlin hanya menganggap perkataan Adian tentang pernikahan kedua sebagai omong kosong. Dia tidak percaya Adian mengatakan akan menikahinya lagi bahkan setelah pernikahan Adian dan Audrey baru saja gagal. Erlin tidak mau lagi menerima seseorang terlalu cepat. Dia sudah pernah salah mengambil keputusan. Dia tahu Adian sudah menyesal. Tapi penyesalan tidak bisa dia terima sebagai alasan untuk kembali memulai sebuah hubungan. Untuk sementara waktu itu, Erlin tidak ingin memikirkan tentang Adian atau pun hubungan mereka dulu. Windy juga sudah menceritakan kebenaran tentang perbuatan Audrey pada orang tua Erlin. Darman dan Gayatri jelas meras marah. Bahkan mereka juga mulai melarang Erlin terlalu dekat dengan Adian. Darman dan G
“Kenapa? Kamu terkejut karena aku mengetahuinya?” kata Laura tak gentar.Erlin tidak tahu dari mana Laura bisa mengetahui kejadian itu. Dia mengarahkan tatapan tanda tanya pada Adian. Tapi laki-laki itu memberikan isyarat bahwa dia juga masih menjaga rahasia mereka.Erlin merasa gusar. Dia tidak tahu harus mengelak dengan cara seperti apa. Terlebih lagi semua mata sedang tertuju pada mereka dan menuntut penjelasan.Tidak hanya para mahasiswa itu, bahkan Windy yang berada di samping Erlin juga menuntut kebenaran. Windy juga tidak tahu apa-apa dan merasa kebingungan.“Apa maksud perkataan Laura tentang kamu dan Pak Adian?” tanya Windy yang semula membela kini justru ikut menginterogasi. Dia juga bisa melihat ekspresi panik di wajah Erlin. Dia semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.“Kenapa kamu diam saja? Kalau kamu berani melakukannya, lantas kenapa kamu tidak berani mengakuinya? Katakan saja kalau kamu memang sudah menggoda Pak Adian untuk tidur bersama. Ibarat kuc
“Sialan! Ternyata ulah Audrey lagi. Perempuan itu sudah pergi jauh tapi perbuatannya masih saja bisa membawa masalah dalam hidupku,” keluh Adian.Setelah kejadian di kantin mahasiswa, Adian langsung menginterogasi Laura. Dia ingin memastikan dari siapa Laura mengetahui rahasianya dengan Erlin. Setelah harus memaksa dan menekan sedemikian rupa, ahirnya Laura mengaku kalau dia mendapatkan informasi dari Audrey.Ternyata Laura adalah pelaku yang sama yang pernah menyebarkan foto pelukan Adian dan Erlin pada base twitter fakultas. Laura adalah orang yang dimanfaatkan Audrey untuk menyebarkan gosip tidak sedap tentang Erlin. Laura mengaku diberikan sejumlah imbalan oleh Audrey untuk mengerjakan tugas itu.Setelah ditangkap pada hari pernikahannya yang gagal, ternyata Audrey masih sempat berkirim pesan pada Laura. Dia menyuruh Laura kembali menyebarkan gosip tidak sedap tentang Erlin. Rupanya Audrey merasa tidak terima pernikahannya digagalkan dan ingin membalas dengan membuat kehidupan Erl
Sepulang dari mengantar Erlin pulang ke rumahnya, Windy melanjutkan perjalanan menuju sebuah tempat makan. Dia sudah ada janji untuk bertemu dengan Regan. Regan mengatakan itu adalah hari terakhirnya sebelum pulang ke luar negeri.Layaknya seorang rekan, Regan meminta Windy menemaninya untuk hari itu. Katanya mereka bisa mengadakan sedikit perayaan keberhasilan sekaligus salam perpisahan. Windy tak keberatan untuk menuruti kemauan Regan.Lagi pula dia juga butuh berbicara dengan laki-laki itu. Windy penasaran bagaimana penyelesaian atas kesalah pahaman orang tua mereka. Sebelumnya Regan yang menyanggupi untuk memberikan penjelasan pada orang tua Windy.Regan mengajak Windy bertemu di sebuah restoran yang cukup mewah. Saat tiba di sana, ternyata Regan sudah menunggu lebih dulu. Seperti biasa, tampilan Regan selalu tampak rapi bahkan cenderung terlalu formal dengan setelan jas yang dikenakan. Berbeda sekali dengan Windy yang justru berpenampilan santai.“Hai, sudah lama menunggu?” sapa
Sesuai rencana, Windy menjemput Erlin secara diam-diam pada tengah malam. Tingkah mereka persis seperti maling yang mengendap-endap agar tidak ketahuan. Bahkan Erlin juga keluar lewat jendela kamarnya agar tidak menimbulkan kecurigaan.“Gila kamu, Lin! Sumpah aku merasa seperti penjahat yang masuk diam-diam ke rumah orang,” celoteh Windy setelah mereka berada di dalam mobil.“Tanganku bahkan gemetar takut ketahuan,” imbuhnya sambil menyetir.“Maaf ya, Win. Aku selalu merepotkanmu. Keadaanku benar-benar terdesak. Aku tidak bisa memikirkan jalan keluar lain yang lebih baik. Mama sama sekali tidak mau mendengarkanku,” ujar Erlin mengeluhkan problemnya dengan sang ibu.“Aku juga tidak menyangka Tante Gayatri sampai memaksamu untuk melakukan aborsi. Apa sebenci itu dia pada Pak Adian sampai tak sudi memiliki cucu dari laki-laki itu,” komentar Windy juga tak habis pikir.“Lalu ke mana tujuan kita kali ini? Maksudku, rencananya ke mana kamu akan pergi?” tanya Windy membuat Erlin kembali dila
“Apa kamu sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang? Ini sesuatu yang sangat serius, Adian. Kamu akan melepas karir yang selama ini sudah kamu bangun dengan susah payah,” kata Antonio memastikan temannya tidak akan menyesali keputusan yang diambil.“Aku sudah memikirkan semuanya, Anton. Anggap saja ini demi menebus semua kesalahanku pada Erlin. Aku sudah banyak merenung dan aku sadar telah banyak melakukan kesalahan pada Erlin. Aku menyakiti hatinya dengan sikap dan ucapanku. Aku menempatkannya dalam posisi sulit. Dia terkena banyak masalah di kampus karena aku. Dia hampir kehilangan nyawa demi mengandung anakku dan aku justru menuduhnya berselingkuh,” kata Adian seolah sedang menghitung satu-persatu kesalahannya.“Aku benar-benar tidak tahu diri. Padahal dia juga nyaris mengorbankan masa depan pendidikannya untuk hal itu. Sekarang aku tidak ingin menjadi penghalang lagi bagi Erlin. Situasinya sudah sangat buruk, Anton. Kalau aku tidak keluar, Erlin tidak akan kembali ke sana. Aku
“Maaf, Non. Ada seseorang yang ingin bertemu. Dia sedang menunggu di depan,” tutur salah seorang pembantu di rumah Windy.“Siapa, Bi?” tanya Windy penasaran.“Saya juga kurang tahu, Non.”“Laki-laki atau perempuan? Masih muda atau sudah tua?” tanya Windy lebih lanjut. Dia saling pandang dengan Erlin. Mereka harus berjaga-jaga jika ternyata orang tua Erlin yang datang.“Laki-laki, Non. Tapi masih muda kok. Tampan pula,” kata pembantu itu memberikan deskripsi singkat.Erlin dan Windy semakin penasaran dengan sosok itu. Mereka tidak bisa menerka siapa yang berkunjung. Demi menjaga keamanan, Windy memilih untuk menemui tamu itu dan membiarkan Erlin tetap menungguu di kamar. Windy meminta agar Erlin tidak keluar kamar sampai Windy kembali.Windy kemudian turun untuk melihat siapa yang datang. Saat dia tiba di depan pintu, dia mendapati ternyata tamu yang dimaksud adalah Adian. Windy merasa sedikit aneh dengan kedatangan Adian yang tidak dia mengerti tujuannya.“Pak Adian,” sapa Windy membu
“Lebih baik kalian cari tempat untuk bersembunyi sebelum Tante Gayatri benar-benar datang ke sini,” kata Windy memberi instruksi.Mereka bertiga sama-sama panik. Kalau sampai Gayatri menemukan keberadaan Erlin, dia pasti akan memaksanya ikut pulang. Terlebih lagi jika mengetahui keberadaan Adian juga, pasti kemarahannya akan semakin bertambah.“Jangan sampai mama tahu kalau aku dan Pak Adian ada di sini,” ujar Erlin kalang kabut.“Makanya ayo cepat sembunyi,” balas Windy.“Terus mobil Pak Adian gimana? Mama pasti mengenalinya,” kata Erlin cemas teringat mobil Adian yang masih terparkir di halaman rumah Windy.“Kita tidak punya banyak waktu. Cepat kalian cari tempat bersembunyi yang aman. Aku sarankan masuk ke kamar orang tuaku sehingga aku punya alasan agar mama kamu tidak menggeledah sampai ke sana. Mobil Pak Adian biar aku yang urus,” kata Windy yang langsung bergegas meminta kunci mobil Adian.Erlin kemudian menarik tangan Adian untuk meninggalkan ruang tamu. Dia kalang kabut menca