“Saya tahu Pak Adian memberikan cincin pernikahan itu tanpa perasaan apa pun saat kita menikah. Tapi tetap saja cincin itu berharga buat saya. Laki-laki yang enggak peka seperti Pak Adian mana bisa ngerti,” keluh Erlin.Erlin merasa Adian menganggap kehilangan cincin pernikahan adalah sesuatu yang sepele. Padahal menurut Erlin tidak seperti itu. Dia sadar pernikahannya dengan Adian hanya sebatas perjanjian. Tapi tetap saja benda yang menjadi simbol ikatan sakral itu memiliki arti bagi Erlin. Dia mendapatkan cincin itu dari laki-laki yang sudah mengesahkan statusnya sebagai seorang istri.Erlin tak lagi banyak bicara. Dia menunjukkan sikap kesal pada Adian yang tak memahami perasaannya. Bukannya marah, Adian justru berlutut hingga posisinya sejajar dengan Erlin yang sedang duduk di tepi ranjang. Jelas saja hal itu membuat Erlin terkejut.Perlahan Adian meraih tangan kanan Erlin. Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Benda itu ternyata adalah cincin nikah yang sedari tadi sib
“Tetanggaku yang hamil,” jawab Erlin sekenanya hasil memutar otak dengan cepat“Tetangga?” respon Servita sembari mengerutkan kening. Jelas sekali Servita merasa aneh namun Erlin berusaha membuatnya percaya.“Iya. Ada tetanggaku yang sedang hamil. Suaminya sedang keluar kota dan dia hanya tinggal sendiri. Kehamilannya yang sudah membesar membuatnya kesulitan untuk bepergian jadi dia meminta bantuanku,” ujar Erlin berdusta namun dia berharap Servita tidak curiga. Bisa terjadi masalah besar jika gadis biang gosip itu sampai tahu kebenarannya.“Baiklah kalau begitu. Aku sudah mendapatkan barang titipan kakak iparku. Aku duluan ya,” pamit Servita. Erlin hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman yang dipaksa. Sejak tadi memang itu yang dia inginkan.Erlin sudah bisa bernapas lega setelah kepergian Servita. Adian pun keluar dari tempat persembunyiannya. Namun yang terjadi berikutnya adalah sebuah drama yang membuat Adian kebingungan.Adian menghampiri Erlin saat melihat Servita sudah t
Erlin salah tingkah dengan perbuatan Adian yang mengusap perutnya. Bukannya menjawab pertanyaan Erlin, Adian justru berbicara sendiri. Dia seolah mengajak bicara calon bayi dalam kandungan Erlin.“Sayang, anak papa tenang-tenang ya di dalam sana. Kasihan mama,” ujar Adian sembari mengelus perut Erlin. Bersamaan dengan itu, setetes air mata Erlin jatuh begitu saja.Erlin merasa terharu. Dia tidak pernah menyangka ternyata Adian juga bisa bertingkah seperti itu. Perasaannya terenyuh diperlakukan demikian. Sikap Adian yang menunjukkan sisi seorang ayah menyadarkan Erlin bahwa dirinya sebentar lagi juga akan menjadi ibu.“Lho, kenapa menangis?” tanya Adian saat menyadari ekspresi Erlin.“Tidak apa-apa, Pak” elak Erlin.“Beneran?” ujar Adian memastikan. Erlin hanya menawabnya dengan anggukan pelan.Setelah sempat mengalami momen yang cukup mengaduk-aduk perasaan, Adian pun kembali melanjutkan tugasnya menyuapi Erlin. Dia memaksa Erlin agar mau menghabiskan setengah dari makanan yang dibawa
Adian merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan saat mendengar detak jantung calon anaknya untuk pertama kali. Dia bahkan bersikap manis pada Erlin karena mengikuti instingnya. Tanpa sadar bahwa sikapnya bisa membuat Erlin salah paham.Setelah pemeriksaan selesai, Adian pun tetap menunjukkan perhatian. Bahkan dia menjadi lebih siaga dari sebelumnya. Adian sadar semua kebahagiaan itu tidak akan dia rasakan tanpa peran Erlin. Oleh sebab itu dia berpikir untuk menyenangkan Erlin.Dia berencana untuk mengajak Erlin liburan. Dia ingin menyenangkan suasana hati ibu dari calon anaknya. Apalagi mereka memang belum pernah liburan bersama semenjak menikah. Anggap saja agenda itu sebagai pengganti bulan madu mereka yang tidak pernah terencana. Meski mereka juga tidak akan melakukan banyak hal seperti suami istri pada umumnya.“Erlin, kamu mau liburan enggak?” tanya Adian sewaktu mereka di mobil dalam perjalanan pulang.“Liburan?” ujar Erlin sembari mengerutkan kening. Dia merasa aneh saja karen
Adian cukup terkejut dengan kehadiran Erlin yang menurutnya tiba-tiba. Dia tampak salah tingkah. Sementara Erlin sedang menatapnya penuh tanda tanya.“Habis melihat siapa?” tanya Erlin mengulangi.“Em...itu...itu bukan urusan kamu. Jangan ikut campur,” jawab Adian membuat Erlin terkejut.“Kok Pak Adian gitu sih jawabnya?” ujar Erlin heran. Dia tidak merasa melakukan kesalahan hanya karena melayangkan satu pertanyaan.“Ya kamu enggak perlu urus hidup saya. Ingat ya, Erlin. Kita memang sudah menikah tapi tetap saja kita ini hanya dua orang asing. Jadi jangan merasa kehadiranmu penting lalu kamu ingin masuk lebih jauh ke dalam hidup saya dengan mengetahui banyak hal. Kamu tidak perlu benar-benar bersikap peduli layaknya seorang istri,” ujar Adian dengan nada membentak.“Kenapa Pak Adian jadi marah seperti ini pada saya? Maaf kalau memang pertanyaan saya salah. Saya cukup sadar diri kok,” balas Erlin yang merasa sakit hati karena kata-kata Adian.Gadis itu kemudian berlalu meninggalkan Ad
“Kamu yakin akan memberitahu Adian tentang hal ini?” tanya Raisa dengan ekspresi ragu.“Tentu saja. Dia sahabat terbaikku. Dia harus hadir pada hari bersejarah dalam hidupku,” jawab Antonio.“Tapi bisa saja dia masih marah kepadaku,” bantah Raisa.“Setidaknya dia tetap akan mempertimbangkan hadir demi aku,” kata Antonio tak mau kalah.“Ya sudah terserah kamu saja,” balas Raisa pasrah.Antonio tersenyum senang. Dia tak sabar ingin menyampaikan kabar gembira pada Adian. Sesuatu yang sudah lama ia nantikan akhirnya akan segera ia dapatkan.Antonio memutuskan untuk menikah dengan Raisa. Ya. Mungkin hal itu akan sangat mengejutkan termasuk bagi Adian. Selama ini Antonio masih menutup rapat status hubungannya dengan Raisa. Walau sebenarnya memang tak ada status khusus.Laki-laki itu baru menyampaikan perasaannya saat tak sengaja terungkap ketika dia dan Raisa bertengkar mengenai kasus inseminasi Erlin. Sejak saat itu Antonio dan Raisa mulai diam-diam saling menghubungi dan bertemu. Ketika A
“Pak Adian dari mana saja?” tanya Erlin saat melihat laki-laki itu baru kembali.“Habis bertemu dengan Antonio di cafe bawah. Dia menyerahkan undangan ini dan meminta kita untuk datang,” jelas Adian sembari menunjukkan undangan pernikahan Antonio.“Hah? Dokter Antonio akan menikah dengan Dokter Raisa? Kok terkesan mendadak sekali? Apa mereka memang sudah punya hubungan sejak lama?” cecar Erlin mengingat dirinya baru masuk dalam kehidupan mereka dan belum tahu banyak hal.“Aku sendiri juga kaget. Antonio bahkan tidak pernah memberitahuku kalau selama ini dia diam-diam menyukai Raisa.”“Tapi bukannya Dokter Raisa itu naksirnya sama Pak Adian ya awalnya?” ujar Erlin mengingat kecemburuan Raisa yang membuat dirinya sampai menjadi korban inseminasi salah sasaran.“Tapi sekarang dia juga tahu kalau saya sudah menjadi suami kamu, jadi mana mungkin dia mengejar suami orang,” balas Adian ketus.“Ya siapa tahu aja dia termasuk perempuan yang nekat mau bersaing dengan istri sah,” balas Erlin tak
“Hai...aku ucapkan selamat ya buat kalian berdua,” sapa Audrey dengan wajah ceria. Dia dan Raisa bahkan langsung saling merangkul. Jelas berbeda dari sikap Raisa pada Erlin.Adian masih kaget dengan keberadaan Audrey di acara pernikahan Antonio. Sementara Erlin tak benar-benar mengerti apa yang terjadi. Tidak hanya pada Raisa, Audrey juga menjabat tangan Antonio sebagai ucapan selamat. Setelah selesai menyapa mempelai pengantin, tiba gilirannya perhatian perempuan itu beralih pada Adian.“Kamu apa kabar, Adian? Sudah lama ya kita enggak ketemu,” ujar Audrey menyapa Adian yang sedari tadi sibuk menenangkan dirinya sendiri. Adian masih terlalu bingung dan syok karena pertemuan tiba-tiba dengan sang mantan yang membuatnya trauma.“Ton, bisa ikut aku sebentar,” pinta Adian pada Antonio. Laki-laki itu langsung menarik Antonio tanpa mempedulikan sapaan dari Audrey. Bahkan Erlin juga dia tinggalkan begitu saja.“Kamu harus jelasin semuanya sama aku. Gimana bisa Audrey tiba-tiba muncul di sin