“Brutal juga ya, Bro. Bilangnya enggak suka tapi nyosor istri di tempat umum,” tulis Antonio dalam sebuah pesan yang baru dibuka oleh Adian.“Ini ngapain pengantin baru masih sempat chat aku? Temenin aja tuh istrimu,” balas Adian.“Sumpah aku lihat semuanya ya, Adian. Kamu enggak usah mengalihkan topik pembicaraan. Aku lihat apa yang kamu lakukan sama Erlin di acara pernikahan tadi.”“Ya emang kenapa? Sah-sah aja dong. Erlin itu istriku. Kalau kamu mau, kamu juga bisa melakukannya sama Raisa.”“Ternyata enggak cuma aku doang ya yang punya pikiran gak beres. Kamu juga sama. Tapi wait...segamblang itu sekarang kamu mengakui hubungan kamu sama Erlin. Berarti kamu udah bisa menerima pernikahan kalian sepenuh hati? Sorry, Bro. Belakangan ini aku terlalu sibuk dengan segala persiapan pernikahan sampai aku enggak tahu gimana perkembangan hubungan kalian,” kata Antonio.“Ya emang kamu pikir ini rumah tangga apaan sampai setiap perkembangannya harus selalu dilaporkan ke kamu,” balas Adian.“Bu
“Sayang, kamu yakin enggak mau ambil libur walau cuma sehari? Kita baru menikah lho ini,” ujar Antonio yang masih berbaring santai di tempat tidur dan memperhatikan Raisa yang sedang bersiap diri. Antonio sedikit keberatan karena Raisa hendak masuk kerja di hari pertama setelah mereka menjadi suami istri.“Kita bukan ABG lagi, Anton. Enggak perlu ambil libur untuk hal yang tidak benar-benar penting. Memang apa bedanya kalau aku masuk kerja? Nanti juga sepulang kerja kita akan bertemu lagi. Kita sudah tinggal dalam satu atap sekarang,” balas Raisa menganggap sikap suaminya yang menurutnya terlalu berlebihan. Setelah mereka menikah, Raisa memang ikut tinggal di rumah Antonio.“Tapi katanya kamu capek setelah seharian acara kemarin,” kata Antonio.Dia mengulang perkataan yang sama yang dijadikan alasan oleh Raisa saat semalamnya menolak memberikan hak batin Antonio sebagai suami. Antonio merasa sangsi. Tadi malam Raisa menolak ajakannya dengan alasan lelah dan dia memahami, tapi keesokan
“Hah? Dari lidah turun ke hati? Ini bener enggak sih tipsnya? Terus maksudnya aku harus masak buat Pak Adian gitu?” kata Erlin bermonolog sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Semangat untuk memperjuangkan hubungan dengan Adian membuat gadis itu mulai mencari cara yang harus dia lakukan. Bahkan sepagi itu dia sudah berselancar di internet dan membaca artikel-artikel tentang tips meluluhkan hati suami. Setelah membaca dari beberapa sumber, Erlin menyimpulkan bahwa cara yang bisa dia lakukan adalah dengan mulai menunjukkan perhatian lebih. Salah satunya dengan memasak. Erlin tidak meragukan kemampuannya sendiri dalam hal masak-memasak. Selama ini walaupun berstatus sebagai anak tunggal tapi sang ibu selalu mengajarinya urusan dapur. Tapi masalahnya adalah dia bingung harus memasak apa karena tidak tahu makanan kesukaan Adian. Erlin sadar betapa dia tidak mengenal dengan baik laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu. Bahkan hal sederhana seperti warna, makanan dan tempat favor
Erlin yang tersadar akan kecerobohannya langsung secepat kilat meninggalkan cucian piring dan pergi untuk merebut ponsel dari tangan Adian. Bahkan salah satu tangannya yang masih berbusa tidak sempat ia bilas. Erlin benar-benar panik saat itu. Dia akan sangat malu jika Adian sampai tahu apa yang sebenarnya ia lakukan.“Pak, kembalikan ponsel saya,” pinta Erlin.“Kamu sendiri yang menyuruh saya mengambilnya tadi,” bantah Adian.“Iya tapi sekarang kembalikan. Nanti saya kirimkan via chat deh nomor rekeningnya,” bujuk Erlin.“Saya akan kembalikan tapi jawab dulu pertanyaan saya tadi,” kata Adian. Erlin jelas tidak bisa menjawabnya.“Enggak ada apa-apa, Pak. Saya cuma pengen baca aja. Membaca itu sebuah kebiasaan yang bagus ‘kan. Membaca bisa membuat wawasan saya menjadi lebih luas,” jawab Erlin sekenanya.“Ya tapi enggak bacaan yang seperti ini. Maksudnya untuk apa kamu membaca tips meluluhkan hati suami,” kata Adian terus mengungkit hal itu membuat Erlin semakin merasa malu.Erlin tahu
“Kamu apa-apaan sih? Lepas! Tolong jaga sikap kamu,” tegas Adian sembari menjauhkan dirinya dari Audrey. Dia benar-benar tidak nyaman dengan sikap perempuan itu.“Oke...oke...aku minta maaf. Aku enggak bisa menahan diri. Aku bersikap seperti itu karena aku kangen banget sama kamu, Adian” kata Audrey yang terdengar seperti bualan sampah di telinga Adian.Adian malas menghadapi perempuan itu. Entah apa keinginan Audrey dengan datang menemuinya ke kampus. Lagi pula pengucapan kata rindu seharusnya sudah tidak berlaku di antara mereka. Mereka sama-sama tahu bahwa hubungan mereka tidak cukup baik sehingga tidak harus merindukan satu sama lain.“Aku tidak senang diganggu di saat jam kerja. Katakan apa keperluanmu datang kemari,” ujar Adian langsung pada intinya. Dia sama sekali tidak berminat menunjukkan sikap ramah tamah pada mantan kekasihnya itu.“Adian, aku tahu hubungan kita berakhir dengan sangat buruk hingga sampai saat ini sepertinya kamu belum bisa memaafkan aku. Aku tahu aku meman
“Halo. Pak Adian bisa tolong ke Bridge Cafe dekat kampus? Ini soal Erlin,” ujar Windy panik menghubungi Adian.“Kenapa dengan Erlin? Apa terjadi sesuatu padanya?” balas Adian tak kalah ikut panik. Dia sudah berpikir terjadi hal yang buruk pada gadis itu.“Saya juga enggak ngerti, Pak. Dia terus menangis dan enggak mau berhenti. Saya sampai bingung bagaimana menghadapinya.”“Tapi dia baik-baik saja ‘kan?” tanya Adian memastikan.“Ya gimana ngomongnya ya, Pak? Masa’ orang sedang menangis begini saya katakan baik-baik saja,” ujar Windy menjadi semakin bingung sendiri.“Maksudnya dia tidak terluka ‘kan?”“Oh, kalau itu sih enggak,” tutur Windy membuat Adian menghembuskan napas lega.“Ya sudah tolong jaga Erlin dulu ya. Saya segera ke sana,” pesan Adian yang kemudian langsung mengakhiri panggilan.Windy kembali mengantongi ponselnya setelah selesai berbicara dengan Adian. Dia masih terus berusaha menenangkan Erlin agar berhenti menangis. Untung saja suasana cafe itu sedang sepi. Kalau tida
“Sialan! Kenapa gadis ingusan itu harus datang tiba-tiba. Mengganggu saja kesempatanku bersama Adian,” gerutu Audrey yang baru tiba di apotek.Audrey menunjukkan sikap kesal dengan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Raisa yang juga ada di sana hanya mengamati semua adegan itu sambil geleng-geleng kepala. Raisa memilih untuk bersikap seolah tak mau ikut campur. Niatnya tak ingin mencari urusan dengan Audrey.Namun ternyata harapan Raisa tidak terkabul. Bahkan sekalipun dia diam di tempatnya, Audrey tetap menjadikannya sebagai sasaran. Kalau sudah seperti itu, Raisa tidak bisa menghindar dari tekanan Audrey. Terkadang dia merasa ternyata masih ada perempuan yang lebih jahat dibanding dirinya.“Eh kamu jangan diam aja, Raisa” tegur Audrey masih menunjukkan ekspresi kesalnya.“Lho, emangnya saya harus apa?” balas Raisa seolah tak mengerti apa-apa.“Ya kamu harus bantuin aku. Enggak usah terlalu formal deh kalau sama aku. Ingat ya! Kita sudah kerja sama buat misahin Adian sama gadis it
“Istri durhaka!” ujar Adian sembari menyentil kepala Erlin dengan jarinya. Perlakuan Adian membuat Erlin terpekik kecil.“Apa sih, Pak?” ucap Erlin dengan nada protes. Dia tidak terima dicap istri durhaka.“Ya habisnya sembarangan nuduh suami terkena gangguan bipolar.”“Sikap Pak Adian aja yang aneh dan selalu berubah-ubah. Wajar dong kalau saya berpikiran seperti itu,” kata Erlin membela diri.“Terserah kau saja lah,” balas Adian tak ingin memperpanjang perdebatan.“Oh ya, besok malam kita akan dinner. Saya sudah reservasi di tempat makan favorit kamu seperti yang kamu inginkan,” imbuh Adian memberitahu Erlin. Jelas saja Erlin gembira mendengarnya. Walau Erlin juga tahu Adian melakukan hal itu karena menebus kesalahannya.“Pak Adian tahu dari mana tempat makan favorit saya? Jangan sampai salah tempat lho, Pak” ujar Erlin dengan sengaja.“Kalau sampai salah, teman kamu itu yang akan mendapat hukumannya,” jawab Adian ketus sembari melenggang masuk ke kamar mandi.Sekarang Erlin tahu ba