“Halo. Pak Adian bisa tolong ke Bridge Cafe dekat kampus? Ini soal Erlin,” ujar Windy panik menghubungi Adian.“Kenapa dengan Erlin? Apa terjadi sesuatu padanya?” balas Adian tak kalah ikut panik. Dia sudah berpikir terjadi hal yang buruk pada gadis itu.“Saya juga enggak ngerti, Pak. Dia terus menangis dan enggak mau berhenti. Saya sampai bingung bagaimana menghadapinya.”“Tapi dia baik-baik saja ‘kan?” tanya Adian memastikan.“Ya gimana ngomongnya ya, Pak? Masa’ orang sedang menangis begini saya katakan baik-baik saja,” ujar Windy menjadi semakin bingung sendiri.“Maksudnya dia tidak terluka ‘kan?”“Oh, kalau itu sih enggak,” tutur Windy membuat Adian menghembuskan napas lega.“Ya sudah tolong jaga Erlin dulu ya. Saya segera ke sana,” pesan Adian yang kemudian langsung mengakhiri panggilan.Windy kembali mengantongi ponselnya setelah selesai berbicara dengan Adian. Dia masih terus berusaha menenangkan Erlin agar berhenti menangis. Untung saja suasana cafe itu sedang sepi. Kalau tida
“Sialan! Kenapa gadis ingusan itu harus datang tiba-tiba. Mengganggu saja kesempatanku bersama Adian,” gerutu Audrey yang baru tiba di apotek.Audrey menunjukkan sikap kesal dengan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Raisa yang juga ada di sana hanya mengamati semua adegan itu sambil geleng-geleng kepala. Raisa memilih untuk bersikap seolah tak mau ikut campur. Niatnya tak ingin mencari urusan dengan Audrey.Namun ternyata harapan Raisa tidak terkabul. Bahkan sekalipun dia diam di tempatnya, Audrey tetap menjadikannya sebagai sasaran. Kalau sudah seperti itu, Raisa tidak bisa menghindar dari tekanan Audrey. Terkadang dia merasa ternyata masih ada perempuan yang lebih jahat dibanding dirinya.“Eh kamu jangan diam aja, Raisa” tegur Audrey masih menunjukkan ekspresi kesalnya.“Lho, emangnya saya harus apa?” balas Raisa seolah tak mengerti apa-apa.“Ya kamu harus bantuin aku. Enggak usah terlalu formal deh kalau sama aku. Ingat ya! Kita sudah kerja sama buat misahin Adian sama gadis it
“Istri durhaka!” ujar Adian sembari menyentil kepala Erlin dengan jarinya. Perlakuan Adian membuat Erlin terpekik kecil.“Apa sih, Pak?” ucap Erlin dengan nada protes. Dia tidak terima dicap istri durhaka.“Ya habisnya sembarangan nuduh suami terkena gangguan bipolar.”“Sikap Pak Adian aja yang aneh dan selalu berubah-ubah. Wajar dong kalau saya berpikiran seperti itu,” kata Erlin membela diri.“Terserah kau saja lah,” balas Adian tak ingin memperpanjang perdebatan.“Oh ya, besok malam kita akan dinner. Saya sudah reservasi di tempat makan favorit kamu seperti yang kamu inginkan,” imbuh Adian memberitahu Erlin. Jelas saja Erlin gembira mendengarnya. Walau Erlin juga tahu Adian melakukan hal itu karena menebus kesalahannya.“Pak Adian tahu dari mana tempat makan favorit saya? Jangan sampai salah tempat lho, Pak” ujar Erlin dengan sengaja.“Kalau sampai salah, teman kamu itu yang akan mendapat hukumannya,” jawab Adian ketus sembari melenggang masuk ke kamar mandi.Sekarang Erlin tahu ba
Erlin tak bisa bertanya dan memastikan langsung pada Adian terkait keberadaan Audrey di tengah-tengah mereka. Dia hanya bisa memendam kekesalannya dalam hati. Meski begitu dia sudah berniat akan menghakimi Adian setelah pulang nanti.Selera makan Erlin sudah benar-benar rusak. Jelas acara makan malam itu sangat jauh dari yang ia harapkan. Bahkan semua persiapan yang dia lakukan seolah menjadi sia-sia. Awalnya dia masih bisa sedikit memaklumi dengan bergabungnya Antonio dan Raisa. Tapi kehadiran Audrey tidak bisa dia toleransi.Apalagi yang lebih menyebalkan ketika Audrey menunjukkan sikap mendominasi obrolan. Perempuan itu sangat lihai mengakrabkan diri dan banyak bercerita tentang kisahnya bersama Antonio dan Adian ketika masih kuliah di satu kampus yang sama. Bahkan Audrey juga terang-terangan menceritakan kebersamaannya dengan Adian saat masih menjalin hubungan.“Aku inget banget dulu aku sama Adian sering mampir di toko martabak dekat kampus. Itu adalah makanan favorit kami berdua
Suasana begitu canggung di dalam mobil. Perjalanan pulang itu menjadi ajang peperangan batin bagi mereka bertiga terlebih Adian. Dia menempatkan istri dan mantan kekasihnya bersamaan dalam satu tumpangan.Adian terpaksa harus mengantar Audrey pulang dulu. Audrey begitu cerdik menggunakan alasan yang tidak bisa ditolak oleh Adian. Benar-benar pandai memanfaatkan kesempatan.Erlin tak mau kalah. Dia tidak setuju saat Adian mengatakan hendak mengantar Audrey lebih dulu, sementara dirinya diminta menunggu dulu di sana. Erlin memaksa ikut karena tidak mau suaminya hanya berduaan dengan Audrey. Akhirnya jadilah mereka bertiga berada dalam satu mobil dengan suasana yang mencekam.Tak ada pembicaraan yang berarti selama dalam perjalanan pulang. Setibanya di depan rumah Audrey, perempuan itu masih berani berbasa-basi menawari Adian untuk mampir. Dia tidak sungkan melakukan hal itu terang-terangan di hadapan Erlin.Adian tentu saja menolak tawaran Audrey. Setelah menurunkan mantan kekasihnya it
“Kurang ajar! Beraninya gadis itu mengungkit masa laluku,” ujar Audrey saat berbicara dengan Raisa lewat telepon. Audrey masih ingat betul perkataan Erlin saat mereka di toilet.“Bukan kamu saja yang sedang kesal. Aku juga terlibat perdebatan dengan Antonio gara-gara kalian. Untung saja dia tidak curiga kalau kita bekerja sama. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati ke depannya,” keluh Raisa imerasa ikut dirugikan karena membantu Audrey.“Gadis itu benar-benar harus diberi pelajaran,” kata Audrey merasa geram.“Jangan hanya bicara. Setidaknya lakukan sesuatu kalau kamu memang ingin membalasnya. Sekarang Antonio sedang pergi bertemu dengan Adian. Entah apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan,” tutur Raisa. Dia sebenarnya sangat kesal karena Antonio meninggalkannya tengah malam hanya demi menemani Adian.“Ke mana mereka pergi?” tanya Audrey antusias.Raisa pun memberitahu nama cafe yang sempat disebutkan Antonio sebelum pergi. Sementara itu di tempatnya, Audrey sedang menyeringai l
Setetes air mata jatuh di wajah gadis itu sesaat setelah melihat rekaman video yang menampilkan kondisi suaminya. Hatinya kecewa mendengar pengakuan Adian. Walau Adian mengatakannya dalam kondisi tidak sadar, tapi Erlin memaknainya sebagai sebuah kebenaran. Pengakuan itu adalah kejujuran yang selama ini terpendam dalam hati Adian.Erlin merasa kini dirinya tak punya kekuatan. Bersama dengan pengakuan Adian, kekuatannya untuk memperjuangkan hubungan mereka ikut hilang. Bagaimana mungkin dia akan memperjuangkan hubungan dengan laki-laki yang masih mencintai mantan kekasihnya.Awalnya Erlin siap untuk menentang kehadiran Audrey. Tapi satu kalimat pengakuan Adian itu seolah telah memukul mundur langkahnya. Erlin merasa sudah kalah sebelum berperang. Dia tidak akan turun ke lapangan jika bahkan pemenangnya saja sudah ditentukan sejak awal.Gadis itu tergugu perlahan. Entah mengapa hatinya terasa perih. Meski tak ada cinta pada awalnya, tapi hari demi hari yang terlewati bersama sedikit ban
“Ya ampun...bumil labil. Ganggu orang tidur deh. Lagian ngapain sih sampai kabur-kaburan tengah malam begini? Drama rumah tangga ternyata horor banget ya, Bun” sapa Windy saat Erlin masuk ke dalam mobilnya.Erlin hanya diam tak menanggapi celotehan temannya. Windy pun mengerti bahwa itu bukan saatnya untuk bercanda. Dia punya insting bahwa masalah yang dihadapi Erlin kali ini cukup serius. Buktinya Erlin terus bungkam sepanjang perjalanan.Tanpa perlu bertanya, Windy langsung membawa Erlin ke rumahnya. Entah ke mana sebenarnya tujuan perempuan itu. Tapi untuk saat ini Windy merasa rumahnya adalah tempat paling aman.Windy membantu membawakan koper Erlin. Bahkan sesampainya di kamar Windy, Erlin langsung terduduk lemah di tepi ranjang. Windy benar-benar tidak tega melihat ekspresi menyedihkan yang ditunjukkan Erlin. Dia juga sangat penasaran dengan alasan kepergian Erlin.“Kamu tenang ya, Lin. Sekarang kita bicarakan baik-baik. Sebenarnya kamu kenapa sampai pergi tengah malam begini da
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…