“Baguslah kalau dia sudah pergi dengan sendirinya. Aku enggak perlu repot-repot lagi berusaha mengusir dia dari kehidupan Adian,” ucap Audrey saat mendapat laporan langsung dari narasumber terpercayanya yaitu Raisa.Pagi itu mereka mengisi waktu dengan merumpi di apotek. Raisa juga penasaran sebenarnya apa saja yang sudah dilakukan Audrey saat menyusul Adian ke cafe semalam. Audrey jelas menceritakannya dengan senang hati. Tak lupa dengan ekspresi membanggakan diri yang sangat kentara.Audrey semakin besar kepala saat mendengar berita dari Raisa tentang kepergian Erlin dari apartemen Adian. Raisa mengetahuinya karena Adian menghubungi Antonio pagi tadi. Audrey sangat berbahagia mendengarnya. Dia sendiri tidak menyangka pengaruh perbuatannya akan sampai membuat gadis itu angkat kaki.Tapi memang itu yang dia inginkan. Dia ingin Erlin pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adian. Bahkan kalau perlu tidak usah kembali lagi untuk selamanya sehingga dia bisa leluasa mendekati Adian lagi. Audr
“Astaga! Bagaimana bisa ini terjadi,” ujar Adian sesaat setelah melihat rekaman video yang ditunjukkan Windy di ponselnya.Windy memang sempat meminta video Adian dari Erlin. Sebelumnya Adian tidak mengetahui apa-apa. Tapi sekarang semakin jelas sebab apa yang membuat Erlin pergi.Adian hanya diam. Dia tidak bisa menyalahkan Erlin. Dia bisa memaklumi keputusan perempuan itu.“Untuk sementara waktu biarkan Erlin menenangkan diri dan hatinya terlebih dahulu. Tidak perlu Pak Adian mencarinya kalau hanya untuk menambah luka. Kasihan dia. Dia sudah cukup banyak masalah semenjak memiliki hubungan dengan Pak Adian,” kata Windy dengan berani. Kalimatnya sekaligus mengisyaratkan bahwa dia tidak akan memberitahu Adian tentang keberadaan Erlin.“Satu hal lagi, sebaiknya Pak Adian pikir-pikir lagi dan tanyakan pada diri Pak Adian sendiri. Seberapa penting posisi Erlin dalam hidup Pak Adian dan sebagai apa. Jangan menabuh pada dua sisi sekaligus. Jika bapak masih mencintai Audrey dan ada niatan u
Musim belum berganti. Matahari juga masih setia terbit setiap pagi. Namun entah mengapa Adian merasakan hal berbeda dalam menjalani hari-harinya beberapa waktu belakangan. Suasana apartemennya terasa sepi setelah Erlin pergi. Padahal sebelumnya dia sudah terbiasa tinggal sendiri.Tempat itu seolah kehilangan warna kehidupan bersama Erlin yang belum juga ditemukan. Sudah beberapa minggu gadis itu pergi. Semakin hari Adian semakin merasakan perbedaannya.Adian akui dirinya memang pengecut. Dia tidak bisa tegas terhadap perasaannya sendiri. Dia tidak tahu rasa apa yang dia miliki entah untuk Erlin atau pun Audrey.Awalnya dia mengira dia memang belum bisa melupakan Audrey karena kedatangan perempuan itu masih mampu mengusiknya. Dia juga takut mengakui perasaan berlebih pada Erlin yang menurutnya hanya orang baru. Trauma Adian tentang cinta membuatnya merasa takut untuk melabuhkan hati.Bahkan beberapa waktu belakangan, Adian juga tak lagi mencari keberadaan Erlin. Tidak hanya Windy yang
“Kamu yakin enggak mau ikut KKN periode ini? Masih ada waktu sekitar dua minggu buat daftar,” ujar Windy mempertanyakan keputusan Erlin.“Aku kayaknya ikut periode selanjutnya aja deh, Win. Aku enggak mungkin ikut dalam kondisiku yang seperti ini. Aku juga masih sering mengalami morning sickness. Teman-teman mahasiswa pasti akan curiga apalagi mereka tidak tahu kalau aku sudah menikah,” jawab Erlin.“Iya juga sih. Repot emang,” komentar singkat Windy membenarkan.Windy merasa kasihan pada Erlin. Kehamilan itu sudah menjadi kendala untuk menjalani perkuliahan. Padahal suaminya sendiri menurutnya tidak peduli.Ya. Windy bukan tak melihat gerak-gerik Adian beberapa waktu belakangan ini. Dia juga tahu bahwa Adian sepertinya sudah berhenti mencari keberadaan Erlin.Meski dirinya tak lagi harus tutup mulut rapat-rapat demi menyembunyikan rahasia, tapi tetap saja dia ikut merasa kecewa. Dia tak masalah terus diburu Adian untuk bertanya informasi tentang Erlin. Sekarang dia hanya bisa membant
“Tolong lepaskan saya, Pak. Biarkan saya pergi,” pinta Erlin membuat Adian mengurai pelukannya. Pelukan yang sempat membuat hati Erlin tak karuan. Namun dia berusaha keras agar tidak terlena dan tetap tegas dengan pendiriannya.“Saya sudah tahu apa yang membuatmu pergi. Saya memang salah tapi saya tidak sadar dengan semua yang terjadi. Termasuk pengakuan dalam video itu, saya juga tidak sadar saat mengatakannya,” kata Adian membuat Erlin tersenyum miring.Dia bukan gadis bodoh yang mau percaya dengan alasan Adian begitu saja. Meski diucapkan secara tidak sadar, namun tetap saja pengakuan itu terucap tanpa paksaan. Adian terus menjelaskan beberapa hal dan Erlin hanya diam. Puncaknya, laki-laki itu mengajak Erlin pulang bersamanya.“Ayo kita pulang ke apartemen!” ajak Adian sembari menggenggam salah satu tangan Erlin. Tapi genggaman tangan Adian itu segera Erlin lepas.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa kembali ke sana,” tolak Erlin.“Kenapa?” tanya Adian.“Untuk apa saya kembali jika kehadira
“Ah, sial! Padahal dia berada di hadapanku tapi aku tidak bisa mencegahnya pergi,” keluh Adian membuat Antonio hanya menghela napas dalam. Seperti biasa saat pikirannya sedang gundah, Adian selalu mendatangi Antonio. Dia menceritakan pertemuannya dengan Erlin pada sahabatnya itu.Antonio hanya menepuk pelan pundak Adian. Dia tahu Adian sedang dikepung kebingungan. Pengaruh trauma membuat Adian terombang-ambing dalam membuat keputusan. Tak jarang laki-laki itu kembali meragukan apa yang sudah dia putuskan.Sama halnya yang terjadi dalam hubungannya dengan Erlin. Sebelumnya dia sudah tegas menolak Audrey dan hubungan lama mereka. Dia sudah yakin akan lebih memilih mempertahankan rumah tangganya dengan Erlin. Tapi saat berhadapan langsung dan mendapat pertanyaan menohok dari gadis itu, Adian pun tak bisa menjawabnya dengan tegas. Dia justru kembali meragukan dirinya sendiri.“Tenang. Semua butuh proses. Mungkin kamu bertemu dengan Erlin di waktu yang tidak tepat,” komentar Antonio.“Maks
“Windy, saya tahu kamu juga kecewa karena saya sudah menyakiti hati sahabatmu. Tapi kali ini tolong saya. Saya akan berusaha memperbaiki semuanya. Saya serius akan memulai awal yang baru dengan Erlin,” ujar Adian. Laki-laki itu sedang duduk di ruang tamu rumah Windy dan membujuk mahasiswanya itu.“Apa buktinya kalau Pak Adian serius?” tanya Windy.Bukan tanpa alasan Windy ikut melindungi keberadaan Erlin. Dia tidak tega melihat Erlin terus tersakiti. Sebagai sesama anak tunggal, dia sudah menganggap Erlin sebagai saudaranya sendiri. Apalagi orang tuanya yang selalu pergi ke luar negeri membuat Windy seolah merasa sering menumpang kasih sayang orang tua dari Darman dan Gayatri.“Saya tidak bisa tegas dengan perasaan saya karena sebelumnya saya masih dihantui trauma masa lalu. Tapi sekarang saya sudah melakukan serangkaian pengobatan. Saya berusaha sembuh demi memperbaiki hubungan kami,” ungkap Adian berharap hal itu akan membuat Windy luluh. Hanya Windy yang bisa membuatnya bertemu lag
Adian tergesa-gesa berangkat menuju alamat rumah sakit yang sudah dikirimkan oleh Windy. Dia benar-benar tidak bisa tenang setelah mendapat kabar buruk tentang Erlin. Dia merasa kacau membayangkan bagaimana Erlin yang sedang hamil terjatuh dari tangga.Adian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian dia pun tiba di rumah sakit umum kota itu. Dia kembali menghubungi Windy dan bertanya di mana keberadaan gadis itu. Adian melangkah menuju UGD setelah mendapat kabar dari Windy.Erlin masih dalam penanganan dokter saat Adian datang. Adian yang begitu penasaran dengan kronologi kejadian langsung memberondong Windy dengan pertanyaan.“Bagaimana semua ini bisa terjadi, Win? Kenapa Erlin bisa jatuh dari tangga?” tanya lelaki itu.“Saya juga tidak tahu, Pak. Saya baru membuka ponsel setelah Pak Adian meninggalkan rumah saya. Saya menemukan satu panggilan tak terjawab dari Erlin dan pesan suara yang mengatakan kalau dia jatuh dari tangga. Setelah itu saya langsung pergi ke