Adian tergesa-gesa berangkat menuju alamat rumah sakit yang sudah dikirimkan oleh Windy. Dia benar-benar tidak bisa tenang setelah mendapat kabar buruk tentang Erlin. Dia merasa kacau membayangkan bagaimana Erlin yang sedang hamil terjatuh dari tangga.Adian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian dia pun tiba di rumah sakit umum kota itu. Dia kembali menghubungi Windy dan bertanya di mana keberadaan gadis itu. Adian melangkah menuju UGD setelah mendapat kabar dari Windy.Erlin masih dalam penanganan dokter saat Adian datang. Adian yang begitu penasaran dengan kronologi kejadian langsung memberondong Windy dengan pertanyaan.“Bagaimana semua ini bisa terjadi, Win? Kenapa Erlin bisa jatuh dari tangga?” tanya lelaki itu.“Saya juga tidak tahu, Pak. Saya baru membuka ponsel setelah Pak Adian meninggalkan rumah saya. Saya menemukan satu panggilan tak terjawab dari Erlin dan pesan suara yang mengatakan kalau dia jatuh dari tangga. Setelah itu saya langsung pergi ke
Sorot mata marah dan kecewa terpancar di wajah Darman dan Gayatri. Mereka tak sengaja mendengar perdebatan Adian dengan Erlin. Mereka tak menyangka Adian akan menyalahkan Erlin dalam kondisi seperti itu.Sementara Adian dan Erlin terkejut dengan kedatangan pasangan suami istri itu. Sebenarnya tak hanya mereka berdua saja, Windy juga ikut muncul dari balik pintu. Kedatangan tiga orang itu membuat perdebatan Adian dan Erlin terhenti begitu saja.Mereka menghampiri Adian dan Erlin. Gayatri langsung menghambur memeluk erat putrinya. Sesekali dia melayangkan tatapan tak terima ke arah Adian.Darman dan Gayatri memang belum tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga putri mereka. Tapi sekilas mendengar kata-kata Adian saat marah membuat mereka merasa kecewa. Apalagi Darman, dia sungguh tak menyangka memiliki seorang menantu yang egois.“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Gayatri sembari mengelus puncak kepala Erlin.“Aku keguguran, Ma. Aku kehilangan calon anakku,” tutur E
“Katakan untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Adian dengan tegas pada Audrey. Sebenarnya dia sedang tidak berselera menghadapi perempuan itu.“Aku datang untukmu, Adian” jawab Audrey sembari bergelayut manja pada pundak laki-laki itu. Tapi Adian segera menepisnya sebagai isyarat tak ingin diganggu. Pikirannya benar-benar berantakan sekarang.“Aku tahu sekarang kamu sedang kesal, marah dan kecewa, Adian. Tapi lihatlah di saat mereka mengabaikanmu, membiarkanmu sendirian, dan tidak ada yang mau memahami perasaanmu, hanya aku yang ada untuk menemanimu di sini. Seharusnya kamu sadar harus memilih siapa,” kata Audrey tak ingin melewatkan kesempatan untuk menghasud dan mempengaruhi pikiran Adian.Audrey tahu benar celah yang bisa dia manfaatkan. Situasi itu adalah peluang emas bagi dirinya agar bisa mendekati Adian lagi. Tak peduli walau dia akan dianggap tidak tahu malu karena masih terus mengejar setelah ditolak. Sebelumnya dia bahkan sudah merasakan yang lebih memalukan dari pada rasa m
“Kebanyakan menghayal,” ujar Erlin sembari menjitak pelan kepala Windy.“Tapi hal seperti itu sering terjadi di film. Di dunia nyata pun tak menutup kemungkinan memang ada yang serupa,” bantah Windy.“Sudah kuduga pasti pengaruh film. Kamu kebanyakan nonton deh,” ucap Erlin tak menganggap serius kecurigaan Windy.“Bagaimana kalau dugaanku benar?” balas Windy masih tak mau kalah.“Tidak logis dan tidak berdasar. Tidak ada siapa-siapa di villa dan tidak ada hal aneh yang patut dicurigai. Lagi pula kamu juga tidak punya bukti jadi hentikan hayalanmu itu,” kata Erlin membuat Windy memutar bola mata malas. Erlin sama sekali tidak mengindahkan sudut pandangnya.Tak lama kemudian, obrolan mereka terhenti karena kedatangan dokter. Sudah waktunya pemeriksaan. Bahkan orang tua Erlin ikut masuk ke dalam untuk mendengarkan hasilnya.“Bagaimana kondisi putri saya, Dok?” tanya Gayatri. Sejak tadi dia yang tampak paling mencemaskan Erlin.“Kondisinya semakin stabil. Tapi masih harus rawat inap ya. P
Pikiran Adian benar-benar kacau. Dia seperti sedang meminum obat dan racun sekaligus. Audrey selalu berusaha menghasut Adian. Sementara di lain sisi Antonio selalu berusaha memberikan nasihat baik. Suara-suara itu semakin membuat Adian kebingungan.Audrey terus membuat citra Erlin menjadi buruk di mata Adian. Dengan begitu dia juga membuat ruang yang lebih besar untuk dirinya dalam kehidupan Adian. Sedangkan Antonio mengambil peran sebagai penasihat yang bijak.Antonio juga sudah tahu tentang musibah yang dialami Erlin hingga Adian harus kehilangan calon anaknya. Antonio tahu benar bagaimana kecewanya Adian. Calon anak itu sudah lama diimpikan dan menjadi obsesi Adian. Tapi sayang semuanya harus berakhir dengan kehilangan.Meski begitu, Antonio tidak membenarkan tindakan Adian yang memarahi Erlin di rumah sakit. Antonio bahkan dengan tegas menyuruh Adian untuk meminta maaf. Bahkan kalau bisa mengajak Erlin kembali ke apartemen.“Apa kamu tidak sadar bahwa sikap kamu itu sangat egois?
“Kamu tuh apa-apaan sih, Win. Kenapa kamu kasih tahu semuanya ke Ervan? Sekarang semuanya jadi semakin kacau,” protes Erlin sembari marah-marah dan mondar-mandir di kamarnya. Dia sedang menumpahkan kekesalahan pada Windy yang hari itu datang untuk menjenguknya.Erlin sedang gelisah bukan main. Kini masalah yang ia hadapi semakin rumit. Kembalinya Ervan dengan permintaan maaf dan tawaran untuk mengulang kisah lama sudah membuat hubungannya dengan Adian semakin meruncing.“Apa kamu tahu? Tadi Ervan datang menemuiku. Pada saat yang bersamaan ternyata Pak Adian juga kemari. Lebih parahnya lagi, Pak Adian melihatku sedang berpelukan dengan Ervan. Dia tampak kesal dan menyindirku dengan perkataannya,” tutur Erlin cemas. Namun respon Windy justru sangat santai.“Ya justru bagus dong kalau Pak Adian melihat itu supaya dia tahu bahwa kamu juga bisa bersama laki-laki lain. Jadi bukan hanya dia yang bisa bermain-main dengan mantan pacarnya,” balas Windy.“Aku tidak menginginkan hal seperti itu,
“Kau sudah gila ya, Adian. Aku menyuruhmu datang ke rumah Erlin untuk meminta maaf dan mencari jalan keluar yang baik. Tapi kamu justru semakin memperburuk keadaan,” keluh Antonio.Antonio sampai meninggalkan rumah sakit untuk menemui Adian secara langsung. Dia tidak bisa menahan diri saat mendengar Adian mengatakan akan berpisah dengan Erlin. Antonio berharap hal itu tidak benar-benar terjadi.“Aku sudah pergi ke sana dan perpisahan adalah jalan terbaik yang aku pilih untuk menyelesaikan semua masalah ini. Dengan perpisahan maka keterpaksaan kami berdua akan berakhir. Kami bisa bebas menjalani kehidupan masing-masing seperti dulu,” ujar Adian.“Tidak, Adian. Bukan jalan terbaik seperti ini yang aku harapkan darimu. Kamu benar-benar akan menjadi seorang pengecut jika sampai menceraikan Erlin dalam situasi kalian baru kehilangan seperti ini,” kata Antonio. Dia berharap Adian akan berubah pikiran.“Aku tidak peduli pada apa yang akan dikatakan orang lain. Kami tak punya alasan lagi untu
Malam terasa lebih gelap dari biasanya. Suasana sendu terasa mencekam bagi Erlin yang hatinya diliputi kesedihan. Ia merasa sesak memikirkan tentang perpisahan dengan Adian. Dia sudah gagal merubah keputusan laki-laki itu. Dia hanya tinggal menunggu waktu sampai ada panggilan dari pengadilan dan orang tuanya akan tahu.Di tengah pikirannya yang sedang kacau, dering ponsel tiba-tiba membuat lamunan Erlin buyar. Ada panggilan masuk dari Windy. Beberapa kali Erlin mengabaikannya.Dia merasa malas untuk berdebat dengan Windy lagi. Dia berpikir Windy kembali akan memberinya ceramah panjang tentang Adian. Namun setelah berkali-kali tetap memanggil ulang, Erlin akhirnya menjawab telepon dari Windy.“Kamu ke mana aja sih kok lama jawabnya,” ujar Windy langsung melayangkan protes.“Memangnya ada apa kamu menghubungiku malam-malam begini? Tolong jangan memberiku ceramah lagi karena pikiranku benar-benar kacau sekarang,” balas Erlin.“Makanya lain kali berpikir dulu sebelum bertindak. Jadi apa s