“Kebanyakan menghayal,” ujar Erlin sembari menjitak pelan kepala Windy.“Tapi hal seperti itu sering terjadi di film. Di dunia nyata pun tak menutup kemungkinan memang ada yang serupa,” bantah Windy.“Sudah kuduga pasti pengaruh film. Kamu kebanyakan nonton deh,” ucap Erlin tak menganggap serius kecurigaan Windy.“Bagaimana kalau dugaanku benar?” balas Windy masih tak mau kalah.“Tidak logis dan tidak berdasar. Tidak ada siapa-siapa di villa dan tidak ada hal aneh yang patut dicurigai. Lagi pula kamu juga tidak punya bukti jadi hentikan hayalanmu itu,” kata Erlin membuat Windy memutar bola mata malas. Erlin sama sekali tidak mengindahkan sudut pandangnya.Tak lama kemudian, obrolan mereka terhenti karena kedatangan dokter. Sudah waktunya pemeriksaan. Bahkan orang tua Erlin ikut masuk ke dalam untuk mendengarkan hasilnya.“Bagaimana kondisi putri saya, Dok?” tanya Gayatri. Sejak tadi dia yang tampak paling mencemaskan Erlin.“Kondisinya semakin stabil. Tapi masih harus rawat inap ya. P
Pikiran Adian benar-benar kacau. Dia seperti sedang meminum obat dan racun sekaligus. Audrey selalu berusaha menghasut Adian. Sementara di lain sisi Antonio selalu berusaha memberikan nasihat baik. Suara-suara itu semakin membuat Adian kebingungan.Audrey terus membuat citra Erlin menjadi buruk di mata Adian. Dengan begitu dia juga membuat ruang yang lebih besar untuk dirinya dalam kehidupan Adian. Sedangkan Antonio mengambil peran sebagai penasihat yang bijak.Antonio juga sudah tahu tentang musibah yang dialami Erlin hingga Adian harus kehilangan calon anaknya. Antonio tahu benar bagaimana kecewanya Adian. Calon anak itu sudah lama diimpikan dan menjadi obsesi Adian. Tapi sayang semuanya harus berakhir dengan kehilangan.Meski begitu, Antonio tidak membenarkan tindakan Adian yang memarahi Erlin di rumah sakit. Antonio bahkan dengan tegas menyuruh Adian untuk meminta maaf. Bahkan kalau bisa mengajak Erlin kembali ke apartemen.“Apa kamu tidak sadar bahwa sikap kamu itu sangat egois?
“Kamu tuh apa-apaan sih, Win. Kenapa kamu kasih tahu semuanya ke Ervan? Sekarang semuanya jadi semakin kacau,” protes Erlin sembari marah-marah dan mondar-mandir di kamarnya. Dia sedang menumpahkan kekesalahan pada Windy yang hari itu datang untuk menjenguknya.Erlin sedang gelisah bukan main. Kini masalah yang ia hadapi semakin rumit. Kembalinya Ervan dengan permintaan maaf dan tawaran untuk mengulang kisah lama sudah membuat hubungannya dengan Adian semakin meruncing.“Apa kamu tahu? Tadi Ervan datang menemuiku. Pada saat yang bersamaan ternyata Pak Adian juga kemari. Lebih parahnya lagi, Pak Adian melihatku sedang berpelukan dengan Ervan. Dia tampak kesal dan menyindirku dengan perkataannya,” tutur Erlin cemas. Namun respon Windy justru sangat santai.“Ya justru bagus dong kalau Pak Adian melihat itu supaya dia tahu bahwa kamu juga bisa bersama laki-laki lain. Jadi bukan hanya dia yang bisa bermain-main dengan mantan pacarnya,” balas Windy.“Aku tidak menginginkan hal seperti itu,
“Kau sudah gila ya, Adian. Aku menyuruhmu datang ke rumah Erlin untuk meminta maaf dan mencari jalan keluar yang baik. Tapi kamu justru semakin memperburuk keadaan,” keluh Antonio.Antonio sampai meninggalkan rumah sakit untuk menemui Adian secara langsung. Dia tidak bisa menahan diri saat mendengar Adian mengatakan akan berpisah dengan Erlin. Antonio berharap hal itu tidak benar-benar terjadi.“Aku sudah pergi ke sana dan perpisahan adalah jalan terbaik yang aku pilih untuk menyelesaikan semua masalah ini. Dengan perpisahan maka keterpaksaan kami berdua akan berakhir. Kami bisa bebas menjalani kehidupan masing-masing seperti dulu,” ujar Adian.“Tidak, Adian. Bukan jalan terbaik seperti ini yang aku harapkan darimu. Kamu benar-benar akan menjadi seorang pengecut jika sampai menceraikan Erlin dalam situasi kalian baru kehilangan seperti ini,” kata Antonio. Dia berharap Adian akan berubah pikiran.“Aku tidak peduli pada apa yang akan dikatakan orang lain. Kami tak punya alasan lagi untu
Malam terasa lebih gelap dari biasanya. Suasana sendu terasa mencekam bagi Erlin yang hatinya diliputi kesedihan. Ia merasa sesak memikirkan tentang perpisahan dengan Adian. Dia sudah gagal merubah keputusan laki-laki itu. Dia hanya tinggal menunggu waktu sampai ada panggilan dari pengadilan dan orang tuanya akan tahu.Di tengah pikirannya yang sedang kacau, dering ponsel tiba-tiba membuat lamunan Erlin buyar. Ada panggilan masuk dari Windy. Beberapa kali Erlin mengabaikannya.Dia merasa malas untuk berdebat dengan Windy lagi. Dia berpikir Windy kembali akan memberinya ceramah panjang tentang Adian. Namun setelah berkali-kali tetap memanggil ulang, Erlin akhirnya menjawab telepon dari Windy.“Kamu ke mana aja sih kok lama jawabnya,” ujar Windy langsung melayangkan protes.“Memangnya ada apa kamu menghubungiku malam-malam begini? Tolong jangan memberiku ceramah lagi karena pikiranku benar-benar kacau sekarang,” balas Erlin.“Makanya lain kali berpikir dulu sebelum bertindak. Jadi apa s
“Saya membuat video ini untuk menanggapi isu yang sedang beredar tentang saya dengan salah seorang mahasiswi Akuntansi bernama Erlinda Safara. Saya ingin meluruskan bahwa saya dan Erlin tidak memiliki hubungan spesial apa pun. Foto yang beredar hanya sebuah kesalah pahaman. Memang benar saudari Erlin sering menghubungi saya untuk mengajak bertemu. Tapi semua itu tidak ada kaitannya dengan perkuliahan. Saya pastikan semua proses belajar mengajar tetap berjalan secara profesional. Kalian sudah salah jika mengira saya dan Erlin memiliki hubungan spesial. Saya sudah memiliki calon pasangan. Dia adalah perempuan yang waktu itu pernah terlihat bersama di depan fakultas ekonomi. Namanya Audrey. Saya harap klarifikasi saya sudah cukup dan setelah ini tidak ada lagi kabar miring yang beredar. Sekian terima kasih.”Hati Erlin benar-benar terasa perih setelah memutar video klarifikasi yang dikirimkan Adian. Berbeda jauh dengan yang dia harapkan, Adian justru mengelak hubungan mereka dan lebih me
Pada hari yang sudah dijadwalkan, rombongan mahasiswa KKN mengikuti serangkaian kegiatan sebelum berangkat ke daerah tujuan masing-masing. Mereka akan melakukan tugas pengabdian selama waktu yang sudah ditentukan oleh kampus. Hari itu mereka masih mengikuti acara pelepasan pelepasan bersama rektor. Sebelumnya mereka juga sudah dibagi menjadi beberapa kelompok, mendapat pembekalan dan pembagian Dosen Pengawas Lapangan atau DPL.Erlin berada di antara rombongan mahasiswa itu. Dia benar-benar memutuskan untuk mengikuti KKN. Beruntungnya dia juga bisa satu kelompok dengan Windy meskipun mendaftar lebih akhir. Setidaknya dia sudah memiliki satu teman akrab yang bisa diajak mengobrol.Meski begitu tantangan yang dihadapi Erlin tidak mudah. Dia harus menutup telinga dari semua perkataan buruk teman mahasiswa yang mengetahui masalahnya dengan Adian. Dia berusaha untuk tidak peduli dan mengabaikan celoteh mereka yang menurutnya tak berguna. Dia juga memiliki Windy yang selalu mendukungnya.Seb
Erlin merasa gelisah saat tahu kini Adian yang menjadi DPL untuk kelompoknya. Padahal dia berusaha untuk menjauhi laki-laki itu. Tapi semesta sepertinya justru terus membuat mereka terikat satu sama lain.Malam itu, Adian yang sudah tiba di lokasi KKN meminta seluruh mahasiswa untuk berkumpul di balai desa. Balai desa memang mereka fungsikan sebagai pusat koordinasi seperti rapat atau kegiatan lainnya selama KKN berlangsung. Adian mengatakan akan memberikan pengarahan sebelum esok harinya para mahasiswa harus mulai menjalani hari pertama mereka berbaur dengan masyarakat.Erlin merasa sangat malas untuk mengikuti pengarahan itu. Dia tidak berselera untuk bertatap muka dengan Adian. Dia masih merasa kesal jika teringat video klarifikasi Adian yang sudah mempermalukannya.“Bagaimana bisa dia dengan santainya muncul di sini dan menjadi DPL kelompok kita setelah mempermalukanku. Sementara aku, aku harus menebalkan muka menahan rasa malu dan berpura-pura tuli dari semua sindiran mahasiswa.