Pada hari yang sudah dijadwalkan, rombongan mahasiswa KKN mengikuti serangkaian kegiatan sebelum berangkat ke daerah tujuan masing-masing. Mereka akan melakukan tugas pengabdian selama waktu yang sudah ditentukan oleh kampus. Hari itu mereka masih mengikuti acara pelepasan pelepasan bersama rektor. Sebelumnya mereka juga sudah dibagi menjadi beberapa kelompok, mendapat pembekalan dan pembagian Dosen Pengawas Lapangan atau DPL.Erlin berada di antara rombongan mahasiswa itu. Dia benar-benar memutuskan untuk mengikuti KKN. Beruntungnya dia juga bisa satu kelompok dengan Windy meskipun mendaftar lebih akhir. Setidaknya dia sudah memiliki satu teman akrab yang bisa diajak mengobrol.Meski begitu tantangan yang dihadapi Erlin tidak mudah. Dia harus menutup telinga dari semua perkataan buruk teman mahasiswa yang mengetahui masalahnya dengan Adian. Dia berusaha untuk tidak peduli dan mengabaikan celoteh mereka yang menurutnya tak berguna. Dia juga memiliki Windy yang selalu mendukungnya.Seb
Erlin merasa gelisah saat tahu kini Adian yang menjadi DPL untuk kelompoknya. Padahal dia berusaha untuk menjauhi laki-laki itu. Tapi semesta sepertinya justru terus membuat mereka terikat satu sama lain.Malam itu, Adian yang sudah tiba di lokasi KKN meminta seluruh mahasiswa untuk berkumpul di balai desa. Balai desa memang mereka fungsikan sebagai pusat koordinasi seperti rapat atau kegiatan lainnya selama KKN berlangsung. Adian mengatakan akan memberikan pengarahan sebelum esok harinya para mahasiswa harus mulai menjalani hari pertama mereka berbaur dengan masyarakat.Erlin merasa sangat malas untuk mengikuti pengarahan itu. Dia tidak berselera untuk bertatap muka dengan Adian. Dia masih merasa kesal jika teringat video klarifikasi Adian yang sudah mempermalukannya.“Bagaimana bisa dia dengan santainya muncul di sini dan menjadi DPL kelompok kita setelah mempermalukanku. Sementara aku, aku harus menebalkan muka menahan rasa malu dan berpura-pura tuli dari semua sindiran mahasiswa.
“Sial! Ngapain Adian jadi ikut ke desa tempat lokasi KKN Erlin,” ujar Audrey merasa kesal saat mendapatkan kabar terbaru dari mata-mata yang dia sewa.“Menurut informasi, dia datang ke sana untuk menjalankan tugas dari kampus sebagai Dosen Pembimbing Lapangan,” jawab laki-laki memakai jaket hitam yang sedang memberi laporan.“Memangnya tidak ada dosen lain yang bisa dikirim ke sana. Kenapa harus Adian coba? Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Adian tidak boleh punya kesempatan untuk dekat lagi dengan Erlin. Tujuanku tinggal sedikit lagi. Aku tidak mau semua usahaku berantakan,” kata Audrey.Awalnya Audrey merasa senang mengetahui video klarifikasi yang dibuat Adian. Audrey yakin hal itu cukup untuk menghancurkan hati Erlin. Audrey lagi-lagi menjadi dalang di balik kekacauan itu.Audrey yang diam-diam memotret Adian dan Erlin saat berpelukan di parkiran. Dia kemudian meminta salah satu mahasiswa untuk menyebarkan potret itu dan memfitnah Erlin agar namanya tercoreng. Audrey bahkan t
“I...iya, kita berdua udah balikan,” ujar Erlin akhirnya mengiyakan karena terdesak keadaan. Dia terpaksa mendukung kebohongan Ervan dengan mengakui hubungan mereka. Dia tidak punya pilihan lain agar tidak terus disudutkan.Setelah berhasil meredam celotehan dari Riska dan temannya, Ervan pun mengajak Erlin pulang. Dia sudah berjanji untuk mengantarnya. Windy pun ikut pulang dengan diantar Aldo.Sepanjang perjalanan, suasana menjadi lebih canggung karena kepura-puraan yang sebelumnya tidak direncanakan. Erlin merasa tidak nyaman karena mengiyakan kebohongan Ervan tanpa meminta izin terlebih dahulu.“Aku minta maaf ya karena tadi aku mengiyakan pengakuanmu tentang hubungan kita. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara membuat mereka diam dan berhenti mengolok-olokku,” ucap Erlin saat mereka berboncengan.“Seharusnya aku yang minta maaf, Lin. Aku duluan yang membuat pengakuan pura-pura tentang hubungan kita. Sorry kalau kamu kurang berkenan. Aku hanya tidak bisa melihatmu terus direndahkan s
Selama mengemban tugas sebagai Dosen Pengawas Lapangan, Adian menjadi sering berkunjung ke lokasi KKN mahasiswanya. Bahkan bisa dikatakan kunjungan Adian terbilang cukup sering. Terkadang dia juga menginap di sana.Sebenarnya tidak hanya tentang tugas dan tanggung jawabnya, Adian juga melakukan itu demi bisa terus mengawasi Erlin dan Ervan. Dia merasa tidak tenang semenjak melihat keduanya tampak kembali dekat. Adian selalu merasa terusik jika berada jauh dan tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan Erlin dan Ervan di luar sana.Sikap tidak suka Adian melihat kedekatan Erlin dan Ervan selalu dia lampiaskan dengan cara mempersulit Erlin. Adian seperti orang yang sengaja mencari-cari kesalahan Erlin dalam setiap kesempatan. Termasuk untuk program pemberdayaan UMKM yang melibatkan Erlin juga. Adian sengaja memberikan tugas yang berat.Di desa itu terdapat kelompok ibu rumah tangga yang memiliki usaha mikro sebagai sampingan. Kebanyakan dari ibu-ibu tersebut hanya sekedar menjalankan usaha
“Iya. Kamu seperti perempuan murahan.”Penegasan Adian langsung dibalas dengan tamparan keras oleh Erlin. Gadis itu sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan sikap Adian yang seenaknya. Sebelumnya Adian sudah merendahkan Erlin melalui video klarifikasi itu. Tapi sekarang laki-laki itu bahkan langsung mengucapkan dengan jelas di hadapan Erlin. Siapa yang akan terima dengan tuduhan seburuk itu.Erlin benar-benar emosi. Dia tidak peduli lagi pada respon Adian atas tamparannya. Dia hanya tidak bisa tinggal diam jika harga dirinya diinjak-injak. Menurut Erlin, Adian tidak pantas melakukan itu.“Tolong dijaga bicaranya ya, Pak. Saya tidak serendah yang bapak pikirkan. Saya masih bisa diam ketika bapak mempermalukan saya di hadapan seluruh mahasiswa dengan video itu. Tapi hari ini saya benar-benar sudah tidak tahan lagi,” ujar Erlin dengan bahu naik turun karena amarah. Sementara Adian tampak mengusap sebelah pipinya yang merupakan bekas tamparan.Adian kemudian menarik tangan Erlin dan memb
Erlin begitu panik menyadari apa yang dia lakukan dengan Adian sudah terlalu jauh. Mereka sama-sama diam setelah semua itu. Pakaian sudah kembali rapi tapi hati yang justru berantakan.Erlin tidak tahu harus marah atau tidak karena Adian sedikit memaksanya. Dia lebih sibuk membenahi penampilan agar tidak ada yang curiga. Bahkan saat bercermin pada kaca spion dan mendapati bekas kemerahan di lehernya, Erlin sibuk memutar otak untuk menutupinya. Akhirnya dia menyembunyikan bekas itu dengan jas almamaternya.Baik Adian maupun Erlin sama-sama tak bersuara. Suasana menjadi begitu canggung. Tidak tahu apa yang harus diucapkan setelah saling mereguk kenikmatan untuk pertama kalinya.“Tolong antar saya pulang sekarang juga. Kasihan teman-teman sudah mencari,” ujar Erlin akhirnya memecah keheningan. Dia menyadari telepon Windy yang sempat ia abaikan dan ia akhiri begitu saja.Tanpa banyak komentar, Adian langsung melajukan mobilnya sesuai permintaan. Laki-laki itu mendadak juga menjadi bisu. E
“Windy? Sejak kapan kamu di sini?” tanya Erlin sedikit gugup. Dia cukup panik karena tak menyadari keberadaan temannya sedari tadi. Dia tidak ingin semua rahasianya diketahui orang lain bahkan Windy sekalipun. Bukan tanpa alasan, Erlin belum siap menerima respon orang-orang di sekitarnya jika sampai mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pasalnya, kejadian itu berlangsung di saat hubungan Adian dan Erlin sedang berada di ujung tanduk. Mereka pasti akan menganggap bodoh tindakan Erlin. Dia tidak ingin disalahkan di saat dirinya sendiri sangat kebingungan.“Kamu sedang berbicara dengan siapa di telepon sampai marah-marah begitu?” tanya Windy penasaran. Tidak biasanya dia melihat Erlin dengan ekspresi sangat kesal seperti itu. Pada saat yang sama, Erlin sudah memutuskan sambungan telepon begitu saja.“Emm...itu Audrey,” jawab Erlin singkat.“Oh, perempuan itu. Pantas saja kamu marah-marah begitu. Dia cari gara-gara lagi? Aku heran kenapa dia terus mengganggumu. Apa dia belum puas jug