“Ya ampun...bumil labil. Ganggu orang tidur deh. Lagian ngapain sih sampai kabur-kaburan tengah malam begini? Drama rumah tangga ternyata horor banget ya, Bun” sapa Windy saat Erlin masuk ke dalam mobilnya.Erlin hanya diam tak menanggapi celotehan temannya. Windy pun mengerti bahwa itu bukan saatnya untuk bercanda. Dia punya insting bahwa masalah yang dihadapi Erlin kali ini cukup serius. Buktinya Erlin terus bungkam sepanjang perjalanan.Tanpa perlu bertanya, Windy langsung membawa Erlin ke rumahnya. Entah ke mana sebenarnya tujuan perempuan itu. Tapi untuk saat ini Windy merasa rumahnya adalah tempat paling aman.Windy membantu membawakan koper Erlin. Bahkan sesampainya di kamar Windy, Erlin langsung terduduk lemah di tepi ranjang. Windy benar-benar tidak tega melihat ekspresi menyedihkan yang ditunjukkan Erlin. Dia juga sangat penasaran dengan alasan kepergian Erlin.“Kamu tenang ya, Lin. Sekarang kita bicarakan baik-baik. Sebenarnya kamu kenapa sampai pergi tengah malam begini da
“Baguslah kalau dia sudah pergi dengan sendirinya. Aku enggak perlu repot-repot lagi berusaha mengusir dia dari kehidupan Adian,” ucap Audrey saat mendapat laporan langsung dari narasumber terpercayanya yaitu Raisa.Pagi itu mereka mengisi waktu dengan merumpi di apotek. Raisa juga penasaran sebenarnya apa saja yang sudah dilakukan Audrey saat menyusul Adian ke cafe semalam. Audrey jelas menceritakannya dengan senang hati. Tak lupa dengan ekspresi membanggakan diri yang sangat kentara.Audrey semakin besar kepala saat mendengar berita dari Raisa tentang kepergian Erlin dari apartemen Adian. Raisa mengetahuinya karena Adian menghubungi Antonio pagi tadi. Audrey sangat berbahagia mendengarnya. Dia sendiri tidak menyangka pengaruh perbuatannya akan sampai membuat gadis itu angkat kaki.Tapi memang itu yang dia inginkan. Dia ingin Erlin pergi sejauh mungkin dari kehidupan Adian. Bahkan kalau perlu tidak usah kembali lagi untuk selamanya sehingga dia bisa leluasa mendekati Adian lagi. Audr
“Astaga! Bagaimana bisa ini terjadi,” ujar Adian sesaat setelah melihat rekaman video yang ditunjukkan Windy di ponselnya.Windy memang sempat meminta video Adian dari Erlin. Sebelumnya Adian tidak mengetahui apa-apa. Tapi sekarang semakin jelas sebab apa yang membuat Erlin pergi.Adian hanya diam. Dia tidak bisa menyalahkan Erlin. Dia bisa memaklumi keputusan perempuan itu.“Untuk sementara waktu biarkan Erlin menenangkan diri dan hatinya terlebih dahulu. Tidak perlu Pak Adian mencarinya kalau hanya untuk menambah luka. Kasihan dia. Dia sudah cukup banyak masalah semenjak memiliki hubungan dengan Pak Adian,” kata Windy dengan berani. Kalimatnya sekaligus mengisyaratkan bahwa dia tidak akan memberitahu Adian tentang keberadaan Erlin.“Satu hal lagi, sebaiknya Pak Adian pikir-pikir lagi dan tanyakan pada diri Pak Adian sendiri. Seberapa penting posisi Erlin dalam hidup Pak Adian dan sebagai apa. Jangan menabuh pada dua sisi sekaligus. Jika bapak masih mencintai Audrey dan ada niatan u
Musim belum berganti. Matahari juga masih setia terbit setiap pagi. Namun entah mengapa Adian merasakan hal berbeda dalam menjalani hari-harinya beberapa waktu belakangan. Suasana apartemennya terasa sepi setelah Erlin pergi. Padahal sebelumnya dia sudah terbiasa tinggal sendiri.Tempat itu seolah kehilangan warna kehidupan bersama Erlin yang belum juga ditemukan. Sudah beberapa minggu gadis itu pergi. Semakin hari Adian semakin merasakan perbedaannya.Adian akui dirinya memang pengecut. Dia tidak bisa tegas terhadap perasaannya sendiri. Dia tidak tahu rasa apa yang dia miliki entah untuk Erlin atau pun Audrey.Awalnya dia mengira dia memang belum bisa melupakan Audrey karena kedatangan perempuan itu masih mampu mengusiknya. Dia juga takut mengakui perasaan berlebih pada Erlin yang menurutnya hanya orang baru. Trauma Adian tentang cinta membuatnya merasa takut untuk melabuhkan hati.Bahkan beberapa waktu belakangan, Adian juga tak lagi mencari keberadaan Erlin. Tidak hanya Windy yang
“Kamu yakin enggak mau ikut KKN periode ini? Masih ada waktu sekitar dua minggu buat daftar,” ujar Windy mempertanyakan keputusan Erlin.“Aku kayaknya ikut periode selanjutnya aja deh, Win. Aku enggak mungkin ikut dalam kondisiku yang seperti ini. Aku juga masih sering mengalami morning sickness. Teman-teman mahasiswa pasti akan curiga apalagi mereka tidak tahu kalau aku sudah menikah,” jawab Erlin.“Iya juga sih. Repot emang,” komentar singkat Windy membenarkan.Windy merasa kasihan pada Erlin. Kehamilan itu sudah menjadi kendala untuk menjalani perkuliahan. Padahal suaminya sendiri menurutnya tidak peduli.Ya. Windy bukan tak melihat gerak-gerik Adian beberapa waktu belakangan ini. Dia juga tahu bahwa Adian sepertinya sudah berhenti mencari keberadaan Erlin.Meski dirinya tak lagi harus tutup mulut rapat-rapat demi menyembunyikan rahasia, tapi tetap saja dia ikut merasa kecewa. Dia tak masalah terus diburu Adian untuk bertanya informasi tentang Erlin. Sekarang dia hanya bisa membant
“Tolong lepaskan saya, Pak. Biarkan saya pergi,” pinta Erlin membuat Adian mengurai pelukannya. Pelukan yang sempat membuat hati Erlin tak karuan. Namun dia berusaha keras agar tidak terlena dan tetap tegas dengan pendiriannya.“Saya sudah tahu apa yang membuatmu pergi. Saya memang salah tapi saya tidak sadar dengan semua yang terjadi. Termasuk pengakuan dalam video itu, saya juga tidak sadar saat mengatakannya,” kata Adian membuat Erlin tersenyum miring.Dia bukan gadis bodoh yang mau percaya dengan alasan Adian begitu saja. Meski diucapkan secara tidak sadar, namun tetap saja pengakuan itu terucap tanpa paksaan. Adian terus menjelaskan beberapa hal dan Erlin hanya diam. Puncaknya, laki-laki itu mengajak Erlin pulang bersamanya.“Ayo kita pulang ke apartemen!” ajak Adian sembari menggenggam salah satu tangan Erlin. Tapi genggaman tangan Adian itu segera Erlin lepas.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa kembali ke sana,” tolak Erlin.“Kenapa?” tanya Adian.“Untuk apa saya kembali jika kehadira
“Ah, sial! Padahal dia berada di hadapanku tapi aku tidak bisa mencegahnya pergi,” keluh Adian membuat Antonio hanya menghela napas dalam. Seperti biasa saat pikirannya sedang gundah, Adian selalu mendatangi Antonio. Dia menceritakan pertemuannya dengan Erlin pada sahabatnya itu.Antonio hanya menepuk pelan pundak Adian. Dia tahu Adian sedang dikepung kebingungan. Pengaruh trauma membuat Adian terombang-ambing dalam membuat keputusan. Tak jarang laki-laki itu kembali meragukan apa yang sudah dia putuskan.Sama halnya yang terjadi dalam hubungannya dengan Erlin. Sebelumnya dia sudah tegas menolak Audrey dan hubungan lama mereka. Dia sudah yakin akan lebih memilih mempertahankan rumah tangganya dengan Erlin. Tapi saat berhadapan langsung dan mendapat pertanyaan menohok dari gadis itu, Adian pun tak bisa menjawabnya dengan tegas. Dia justru kembali meragukan dirinya sendiri.“Tenang. Semua butuh proses. Mungkin kamu bertemu dengan Erlin di waktu yang tidak tepat,” komentar Antonio.“Maks
“Windy, saya tahu kamu juga kecewa karena saya sudah menyakiti hati sahabatmu. Tapi kali ini tolong saya. Saya akan berusaha memperbaiki semuanya. Saya serius akan memulai awal yang baru dengan Erlin,” ujar Adian. Laki-laki itu sedang duduk di ruang tamu rumah Windy dan membujuk mahasiswanya itu.“Apa buktinya kalau Pak Adian serius?” tanya Windy.Bukan tanpa alasan Windy ikut melindungi keberadaan Erlin. Dia tidak tega melihat Erlin terus tersakiti. Sebagai sesama anak tunggal, dia sudah menganggap Erlin sebagai saudaranya sendiri. Apalagi orang tuanya yang selalu pergi ke luar negeri membuat Windy seolah merasa sering menumpang kasih sayang orang tua dari Darman dan Gayatri.“Saya tidak bisa tegas dengan perasaan saya karena sebelumnya saya masih dihantui trauma masa lalu. Tapi sekarang saya sudah melakukan serangkaian pengobatan. Saya berusaha sembuh demi memperbaiki hubungan kami,” ungkap Adian berharap hal itu akan membuat Windy luluh. Hanya Windy yang bisa membuatnya bertemu lag
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…