“Tolong lepaskan saya, Pak. Biarkan saya pergi,” pinta Erlin membuat Adian mengurai pelukannya. Pelukan yang sempat membuat hati Erlin tak karuan. Namun dia berusaha keras agar tidak terlena dan tetap tegas dengan pendiriannya.“Saya sudah tahu apa yang membuatmu pergi. Saya memang salah tapi saya tidak sadar dengan semua yang terjadi. Termasuk pengakuan dalam video itu, saya juga tidak sadar saat mengatakannya,” kata Adian membuat Erlin tersenyum miring.Dia bukan gadis bodoh yang mau percaya dengan alasan Adian begitu saja. Meski diucapkan secara tidak sadar, namun tetap saja pengakuan itu terucap tanpa paksaan. Adian terus menjelaskan beberapa hal dan Erlin hanya diam. Puncaknya, laki-laki itu mengajak Erlin pulang bersamanya.“Ayo kita pulang ke apartemen!” ajak Adian sembari menggenggam salah satu tangan Erlin. Tapi genggaman tangan Adian itu segera Erlin lepas.“Maaf, Pak. Saya tidak bisa kembali ke sana,” tolak Erlin.“Kenapa?” tanya Adian.“Untuk apa saya kembali jika kehadira
“Ah, sial! Padahal dia berada di hadapanku tapi aku tidak bisa mencegahnya pergi,” keluh Adian membuat Antonio hanya menghela napas dalam. Seperti biasa saat pikirannya sedang gundah, Adian selalu mendatangi Antonio. Dia menceritakan pertemuannya dengan Erlin pada sahabatnya itu.Antonio hanya menepuk pelan pundak Adian. Dia tahu Adian sedang dikepung kebingungan. Pengaruh trauma membuat Adian terombang-ambing dalam membuat keputusan. Tak jarang laki-laki itu kembali meragukan apa yang sudah dia putuskan.Sama halnya yang terjadi dalam hubungannya dengan Erlin. Sebelumnya dia sudah tegas menolak Audrey dan hubungan lama mereka. Dia sudah yakin akan lebih memilih mempertahankan rumah tangganya dengan Erlin. Tapi saat berhadapan langsung dan mendapat pertanyaan menohok dari gadis itu, Adian pun tak bisa menjawabnya dengan tegas. Dia justru kembali meragukan dirinya sendiri.“Tenang. Semua butuh proses. Mungkin kamu bertemu dengan Erlin di waktu yang tidak tepat,” komentar Antonio.“Maks
“Windy, saya tahu kamu juga kecewa karena saya sudah menyakiti hati sahabatmu. Tapi kali ini tolong saya. Saya akan berusaha memperbaiki semuanya. Saya serius akan memulai awal yang baru dengan Erlin,” ujar Adian. Laki-laki itu sedang duduk di ruang tamu rumah Windy dan membujuk mahasiswanya itu.“Apa buktinya kalau Pak Adian serius?” tanya Windy.Bukan tanpa alasan Windy ikut melindungi keberadaan Erlin. Dia tidak tega melihat Erlin terus tersakiti. Sebagai sesama anak tunggal, dia sudah menganggap Erlin sebagai saudaranya sendiri. Apalagi orang tuanya yang selalu pergi ke luar negeri membuat Windy seolah merasa sering menumpang kasih sayang orang tua dari Darman dan Gayatri.“Saya tidak bisa tegas dengan perasaan saya karena sebelumnya saya masih dihantui trauma masa lalu. Tapi sekarang saya sudah melakukan serangkaian pengobatan. Saya berusaha sembuh demi memperbaiki hubungan kami,” ungkap Adian berharap hal itu akan membuat Windy luluh. Hanya Windy yang bisa membuatnya bertemu lag
Adian tergesa-gesa berangkat menuju alamat rumah sakit yang sudah dikirimkan oleh Windy. Dia benar-benar tidak bisa tenang setelah mendapat kabar buruk tentang Erlin. Dia merasa kacau membayangkan bagaimana Erlin yang sedang hamil terjatuh dari tangga.Adian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian dia pun tiba di rumah sakit umum kota itu. Dia kembali menghubungi Windy dan bertanya di mana keberadaan gadis itu. Adian melangkah menuju UGD setelah mendapat kabar dari Windy.Erlin masih dalam penanganan dokter saat Adian datang. Adian yang begitu penasaran dengan kronologi kejadian langsung memberondong Windy dengan pertanyaan.“Bagaimana semua ini bisa terjadi, Win? Kenapa Erlin bisa jatuh dari tangga?” tanya lelaki itu.“Saya juga tidak tahu, Pak. Saya baru membuka ponsel setelah Pak Adian meninggalkan rumah saya. Saya menemukan satu panggilan tak terjawab dari Erlin dan pesan suara yang mengatakan kalau dia jatuh dari tangga. Setelah itu saya langsung pergi ke
Sorot mata marah dan kecewa terpancar di wajah Darman dan Gayatri. Mereka tak sengaja mendengar perdebatan Adian dengan Erlin. Mereka tak menyangka Adian akan menyalahkan Erlin dalam kondisi seperti itu.Sementara Adian dan Erlin terkejut dengan kedatangan pasangan suami istri itu. Sebenarnya tak hanya mereka berdua saja, Windy juga ikut muncul dari balik pintu. Kedatangan tiga orang itu membuat perdebatan Adian dan Erlin terhenti begitu saja.Mereka menghampiri Adian dan Erlin. Gayatri langsung menghambur memeluk erat putrinya. Sesekali dia melayangkan tatapan tak terima ke arah Adian.Darman dan Gayatri memang belum tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi dalam rumah tangga putri mereka. Tapi sekilas mendengar kata-kata Adian saat marah membuat mereka merasa kecewa. Apalagi Darman, dia sungguh tak menyangka memiliki seorang menantu yang egois.“Bagaimana keadaanmu, Sayang?” tanya Gayatri sembari mengelus puncak kepala Erlin.“Aku keguguran, Ma. Aku kehilangan calon anakku,” tutur E
“Katakan untuk apa kamu datang ke sini?” tanya Adian dengan tegas pada Audrey. Sebenarnya dia sedang tidak berselera menghadapi perempuan itu.“Aku datang untukmu, Adian” jawab Audrey sembari bergelayut manja pada pundak laki-laki itu. Tapi Adian segera menepisnya sebagai isyarat tak ingin diganggu. Pikirannya benar-benar berantakan sekarang.“Aku tahu sekarang kamu sedang kesal, marah dan kecewa, Adian. Tapi lihatlah di saat mereka mengabaikanmu, membiarkanmu sendirian, dan tidak ada yang mau memahami perasaanmu, hanya aku yang ada untuk menemanimu di sini. Seharusnya kamu sadar harus memilih siapa,” kata Audrey tak ingin melewatkan kesempatan untuk menghasud dan mempengaruhi pikiran Adian.Audrey tahu benar celah yang bisa dia manfaatkan. Situasi itu adalah peluang emas bagi dirinya agar bisa mendekati Adian lagi. Tak peduli walau dia akan dianggap tidak tahu malu karena masih terus mengejar setelah ditolak. Sebelumnya dia bahkan sudah merasakan yang lebih memalukan dari pada rasa m
“Kebanyakan menghayal,” ujar Erlin sembari menjitak pelan kepala Windy.“Tapi hal seperti itu sering terjadi di film. Di dunia nyata pun tak menutup kemungkinan memang ada yang serupa,” bantah Windy.“Sudah kuduga pasti pengaruh film. Kamu kebanyakan nonton deh,” ucap Erlin tak menganggap serius kecurigaan Windy.“Bagaimana kalau dugaanku benar?” balas Windy masih tak mau kalah.“Tidak logis dan tidak berdasar. Tidak ada siapa-siapa di villa dan tidak ada hal aneh yang patut dicurigai. Lagi pula kamu juga tidak punya bukti jadi hentikan hayalanmu itu,” kata Erlin membuat Windy memutar bola mata malas. Erlin sama sekali tidak mengindahkan sudut pandangnya.Tak lama kemudian, obrolan mereka terhenti karena kedatangan dokter. Sudah waktunya pemeriksaan. Bahkan orang tua Erlin ikut masuk ke dalam untuk mendengarkan hasilnya.“Bagaimana kondisi putri saya, Dok?” tanya Gayatri. Sejak tadi dia yang tampak paling mencemaskan Erlin.“Kondisinya semakin stabil. Tapi masih harus rawat inap ya. P
Pikiran Adian benar-benar kacau. Dia seperti sedang meminum obat dan racun sekaligus. Audrey selalu berusaha menghasut Adian. Sementara di lain sisi Antonio selalu berusaha memberikan nasihat baik. Suara-suara itu semakin membuat Adian kebingungan.Audrey terus membuat citra Erlin menjadi buruk di mata Adian. Dengan begitu dia juga membuat ruang yang lebih besar untuk dirinya dalam kehidupan Adian. Sedangkan Antonio mengambil peran sebagai penasihat yang bijak.Antonio juga sudah tahu tentang musibah yang dialami Erlin hingga Adian harus kehilangan calon anaknya. Antonio tahu benar bagaimana kecewanya Adian. Calon anak itu sudah lama diimpikan dan menjadi obsesi Adian. Tapi sayang semuanya harus berakhir dengan kehilangan.Meski begitu, Antonio tidak membenarkan tindakan Adian yang memarahi Erlin di rumah sakit. Antonio bahkan dengan tegas menyuruh Adian untuk meminta maaf. Bahkan kalau bisa mengajak Erlin kembali ke apartemen.“Apa kamu tidak sadar bahwa sikap kamu itu sangat egois?