“Kamu apa-apaan sih? Lepas! Tolong jaga sikap kamu,” tegas Adian sembari menjauhkan dirinya dari Audrey. Dia benar-benar tidak nyaman dengan sikap perempuan itu.“Oke...oke...aku minta maaf. Aku enggak bisa menahan diri. Aku bersikap seperti itu karena aku kangen banget sama kamu, Adian” kata Audrey yang terdengar seperti bualan sampah di telinga Adian.Adian malas menghadapi perempuan itu. Entah apa keinginan Audrey dengan datang menemuinya ke kampus. Lagi pula pengucapan kata rindu seharusnya sudah tidak berlaku di antara mereka. Mereka sama-sama tahu bahwa hubungan mereka tidak cukup baik sehingga tidak harus merindukan satu sama lain.“Aku tidak senang diganggu di saat jam kerja. Katakan apa keperluanmu datang kemari,” ujar Adian langsung pada intinya. Dia sama sekali tidak berminat menunjukkan sikap ramah tamah pada mantan kekasihnya itu.“Adian, aku tahu hubungan kita berakhir dengan sangat buruk hingga sampai saat ini sepertinya kamu belum bisa memaafkan aku. Aku tahu aku meman
“Halo. Pak Adian bisa tolong ke Bridge Cafe dekat kampus? Ini soal Erlin,” ujar Windy panik menghubungi Adian.“Kenapa dengan Erlin? Apa terjadi sesuatu padanya?” balas Adian tak kalah ikut panik. Dia sudah berpikir terjadi hal yang buruk pada gadis itu.“Saya juga enggak ngerti, Pak. Dia terus menangis dan enggak mau berhenti. Saya sampai bingung bagaimana menghadapinya.”“Tapi dia baik-baik saja ‘kan?” tanya Adian memastikan.“Ya gimana ngomongnya ya, Pak? Masa’ orang sedang menangis begini saya katakan baik-baik saja,” ujar Windy menjadi semakin bingung sendiri.“Maksudnya dia tidak terluka ‘kan?”“Oh, kalau itu sih enggak,” tutur Windy membuat Adian menghembuskan napas lega.“Ya sudah tolong jaga Erlin dulu ya. Saya segera ke sana,” pesan Adian yang kemudian langsung mengakhiri panggilan.Windy kembali mengantongi ponselnya setelah selesai berbicara dengan Adian. Dia masih terus berusaha menenangkan Erlin agar berhenti menangis. Untung saja suasana cafe itu sedang sepi. Kalau tida
“Sialan! Kenapa gadis ingusan itu harus datang tiba-tiba. Mengganggu saja kesempatanku bersama Adian,” gerutu Audrey yang baru tiba di apotek.Audrey menunjukkan sikap kesal dengan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Raisa yang juga ada di sana hanya mengamati semua adegan itu sambil geleng-geleng kepala. Raisa memilih untuk bersikap seolah tak mau ikut campur. Niatnya tak ingin mencari urusan dengan Audrey.Namun ternyata harapan Raisa tidak terkabul. Bahkan sekalipun dia diam di tempatnya, Audrey tetap menjadikannya sebagai sasaran. Kalau sudah seperti itu, Raisa tidak bisa menghindar dari tekanan Audrey. Terkadang dia merasa ternyata masih ada perempuan yang lebih jahat dibanding dirinya.“Eh kamu jangan diam aja, Raisa” tegur Audrey masih menunjukkan ekspresi kesalnya.“Lho, emangnya saya harus apa?” balas Raisa seolah tak mengerti apa-apa.“Ya kamu harus bantuin aku. Enggak usah terlalu formal deh kalau sama aku. Ingat ya! Kita sudah kerja sama buat misahin Adian sama gadis it
“Istri durhaka!” ujar Adian sembari menyentil kepala Erlin dengan jarinya. Perlakuan Adian membuat Erlin terpekik kecil.“Apa sih, Pak?” ucap Erlin dengan nada protes. Dia tidak terima dicap istri durhaka.“Ya habisnya sembarangan nuduh suami terkena gangguan bipolar.”“Sikap Pak Adian aja yang aneh dan selalu berubah-ubah. Wajar dong kalau saya berpikiran seperti itu,” kata Erlin membela diri.“Terserah kau saja lah,” balas Adian tak ingin memperpanjang perdebatan.“Oh ya, besok malam kita akan dinner. Saya sudah reservasi di tempat makan favorit kamu seperti yang kamu inginkan,” imbuh Adian memberitahu Erlin. Jelas saja Erlin gembira mendengarnya. Walau Erlin juga tahu Adian melakukan hal itu karena menebus kesalahannya.“Pak Adian tahu dari mana tempat makan favorit saya? Jangan sampai salah tempat lho, Pak” ujar Erlin dengan sengaja.“Kalau sampai salah, teman kamu itu yang akan mendapat hukumannya,” jawab Adian ketus sembari melenggang masuk ke kamar mandi.Sekarang Erlin tahu ba
Erlin tak bisa bertanya dan memastikan langsung pada Adian terkait keberadaan Audrey di tengah-tengah mereka. Dia hanya bisa memendam kekesalannya dalam hati. Meski begitu dia sudah berniat akan menghakimi Adian setelah pulang nanti.Selera makan Erlin sudah benar-benar rusak. Jelas acara makan malam itu sangat jauh dari yang ia harapkan. Bahkan semua persiapan yang dia lakukan seolah menjadi sia-sia. Awalnya dia masih bisa sedikit memaklumi dengan bergabungnya Antonio dan Raisa. Tapi kehadiran Audrey tidak bisa dia toleransi.Apalagi yang lebih menyebalkan ketika Audrey menunjukkan sikap mendominasi obrolan. Perempuan itu sangat lihai mengakrabkan diri dan banyak bercerita tentang kisahnya bersama Antonio dan Adian ketika masih kuliah di satu kampus yang sama. Bahkan Audrey juga terang-terangan menceritakan kebersamaannya dengan Adian saat masih menjalin hubungan.“Aku inget banget dulu aku sama Adian sering mampir di toko martabak dekat kampus. Itu adalah makanan favorit kami berdua
Suasana begitu canggung di dalam mobil. Perjalanan pulang itu menjadi ajang peperangan batin bagi mereka bertiga terlebih Adian. Dia menempatkan istri dan mantan kekasihnya bersamaan dalam satu tumpangan.Adian terpaksa harus mengantar Audrey pulang dulu. Audrey begitu cerdik menggunakan alasan yang tidak bisa ditolak oleh Adian. Benar-benar pandai memanfaatkan kesempatan.Erlin tak mau kalah. Dia tidak setuju saat Adian mengatakan hendak mengantar Audrey lebih dulu, sementara dirinya diminta menunggu dulu di sana. Erlin memaksa ikut karena tidak mau suaminya hanya berduaan dengan Audrey. Akhirnya jadilah mereka bertiga berada dalam satu mobil dengan suasana yang mencekam.Tak ada pembicaraan yang berarti selama dalam perjalanan pulang. Setibanya di depan rumah Audrey, perempuan itu masih berani berbasa-basi menawari Adian untuk mampir. Dia tidak sungkan melakukan hal itu terang-terangan di hadapan Erlin.Adian tentu saja menolak tawaran Audrey. Setelah menurunkan mantan kekasihnya it
“Kurang ajar! Beraninya gadis itu mengungkit masa laluku,” ujar Audrey saat berbicara dengan Raisa lewat telepon. Audrey masih ingat betul perkataan Erlin saat mereka di toilet.“Bukan kamu saja yang sedang kesal. Aku juga terlibat perdebatan dengan Antonio gara-gara kalian. Untung saja dia tidak curiga kalau kita bekerja sama. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati ke depannya,” keluh Raisa imerasa ikut dirugikan karena membantu Audrey.“Gadis itu benar-benar harus diberi pelajaran,” kata Audrey merasa geram.“Jangan hanya bicara. Setidaknya lakukan sesuatu kalau kamu memang ingin membalasnya. Sekarang Antonio sedang pergi bertemu dengan Adian. Entah apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan,” tutur Raisa. Dia sebenarnya sangat kesal karena Antonio meninggalkannya tengah malam hanya demi menemani Adian.“Ke mana mereka pergi?” tanya Audrey antusias.Raisa pun memberitahu nama cafe yang sempat disebutkan Antonio sebelum pergi. Sementara itu di tempatnya, Audrey sedang menyeringai l
Setetes air mata jatuh di wajah gadis itu sesaat setelah melihat rekaman video yang menampilkan kondisi suaminya. Hatinya kecewa mendengar pengakuan Adian. Walau Adian mengatakannya dalam kondisi tidak sadar, tapi Erlin memaknainya sebagai sebuah kebenaran. Pengakuan itu adalah kejujuran yang selama ini terpendam dalam hati Adian.Erlin merasa kini dirinya tak punya kekuatan. Bersama dengan pengakuan Adian, kekuatannya untuk memperjuangkan hubungan mereka ikut hilang. Bagaimana mungkin dia akan memperjuangkan hubungan dengan laki-laki yang masih mencintai mantan kekasihnya.Awalnya Erlin siap untuk menentang kehadiran Audrey. Tapi satu kalimat pengakuan Adian itu seolah telah memukul mundur langkahnya. Erlin merasa sudah kalah sebelum berperang. Dia tidak akan turun ke lapangan jika bahkan pemenangnya saja sudah ditentukan sejak awal.Gadis itu tergugu perlahan. Entah mengapa hatinya terasa perih. Meski tak ada cinta pada awalnya, tapi hari demi hari yang terlewati bersama sedikit ban