“Hai...aku ucapkan selamat ya buat kalian berdua,” sapa Audrey dengan wajah ceria. Dia dan Raisa bahkan langsung saling merangkul. Jelas berbeda dari sikap Raisa pada Erlin.Adian masih kaget dengan keberadaan Audrey di acara pernikahan Antonio. Sementara Erlin tak benar-benar mengerti apa yang terjadi. Tidak hanya pada Raisa, Audrey juga menjabat tangan Antonio sebagai ucapan selamat. Setelah selesai menyapa mempelai pengantin, tiba gilirannya perhatian perempuan itu beralih pada Adian.“Kamu apa kabar, Adian? Sudah lama ya kita enggak ketemu,” ujar Audrey menyapa Adian yang sedari tadi sibuk menenangkan dirinya sendiri. Adian masih terlalu bingung dan syok karena pertemuan tiba-tiba dengan sang mantan yang membuatnya trauma.“Ton, bisa ikut aku sebentar,” pinta Adian pada Antonio. Laki-laki itu langsung menarik Antonio tanpa mempedulikan sapaan dari Audrey. Bahkan Erlin juga dia tinggalkan begitu saja.“Kamu harus jelasin semuanya sama aku. Gimana bisa Audrey tiba-tiba muncul di sin
“Brutal juga ya, Bro. Bilangnya enggak suka tapi nyosor istri di tempat umum,” tulis Antonio dalam sebuah pesan yang baru dibuka oleh Adian.“Ini ngapain pengantin baru masih sempat chat aku? Temenin aja tuh istrimu,” balas Adian.“Sumpah aku lihat semuanya ya, Adian. Kamu enggak usah mengalihkan topik pembicaraan. Aku lihat apa yang kamu lakukan sama Erlin di acara pernikahan tadi.”“Ya emang kenapa? Sah-sah aja dong. Erlin itu istriku. Kalau kamu mau, kamu juga bisa melakukannya sama Raisa.”“Ternyata enggak cuma aku doang ya yang punya pikiran gak beres. Kamu juga sama. Tapi wait...segamblang itu sekarang kamu mengakui hubungan kamu sama Erlin. Berarti kamu udah bisa menerima pernikahan kalian sepenuh hati? Sorry, Bro. Belakangan ini aku terlalu sibuk dengan segala persiapan pernikahan sampai aku enggak tahu gimana perkembangan hubungan kalian,” kata Antonio.“Ya emang kamu pikir ini rumah tangga apaan sampai setiap perkembangannya harus selalu dilaporkan ke kamu,” balas Adian.“Bu
“Sayang, kamu yakin enggak mau ambil libur walau cuma sehari? Kita baru menikah lho ini,” ujar Antonio yang masih berbaring santai di tempat tidur dan memperhatikan Raisa yang sedang bersiap diri. Antonio sedikit keberatan karena Raisa hendak masuk kerja di hari pertama setelah mereka menjadi suami istri.“Kita bukan ABG lagi, Anton. Enggak perlu ambil libur untuk hal yang tidak benar-benar penting. Memang apa bedanya kalau aku masuk kerja? Nanti juga sepulang kerja kita akan bertemu lagi. Kita sudah tinggal dalam satu atap sekarang,” balas Raisa menganggap sikap suaminya yang menurutnya terlalu berlebihan. Setelah mereka menikah, Raisa memang ikut tinggal di rumah Antonio.“Tapi katanya kamu capek setelah seharian acara kemarin,” kata Antonio.Dia mengulang perkataan yang sama yang dijadikan alasan oleh Raisa saat semalamnya menolak memberikan hak batin Antonio sebagai suami. Antonio merasa sangsi. Tadi malam Raisa menolak ajakannya dengan alasan lelah dan dia memahami, tapi keesokan
“Hah? Dari lidah turun ke hati? Ini bener enggak sih tipsnya? Terus maksudnya aku harus masak buat Pak Adian gitu?” kata Erlin bermonolog sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Semangat untuk memperjuangkan hubungan dengan Adian membuat gadis itu mulai mencari cara yang harus dia lakukan. Bahkan sepagi itu dia sudah berselancar di internet dan membaca artikel-artikel tentang tips meluluhkan hati suami. Setelah membaca dari beberapa sumber, Erlin menyimpulkan bahwa cara yang bisa dia lakukan adalah dengan mulai menunjukkan perhatian lebih. Salah satunya dengan memasak. Erlin tidak meragukan kemampuannya sendiri dalam hal masak-memasak. Selama ini walaupun berstatus sebagai anak tunggal tapi sang ibu selalu mengajarinya urusan dapur. Tapi masalahnya adalah dia bingung harus memasak apa karena tidak tahu makanan kesukaan Adian. Erlin sadar betapa dia tidak mengenal dengan baik laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu. Bahkan hal sederhana seperti warna, makanan dan tempat favor
Erlin yang tersadar akan kecerobohannya langsung secepat kilat meninggalkan cucian piring dan pergi untuk merebut ponsel dari tangan Adian. Bahkan salah satu tangannya yang masih berbusa tidak sempat ia bilas. Erlin benar-benar panik saat itu. Dia akan sangat malu jika Adian sampai tahu apa yang sebenarnya ia lakukan.“Pak, kembalikan ponsel saya,” pinta Erlin.“Kamu sendiri yang menyuruh saya mengambilnya tadi,” bantah Adian.“Iya tapi sekarang kembalikan. Nanti saya kirimkan via chat deh nomor rekeningnya,” bujuk Erlin.“Saya akan kembalikan tapi jawab dulu pertanyaan saya tadi,” kata Adian. Erlin jelas tidak bisa menjawabnya.“Enggak ada apa-apa, Pak. Saya cuma pengen baca aja. Membaca itu sebuah kebiasaan yang bagus ‘kan. Membaca bisa membuat wawasan saya menjadi lebih luas,” jawab Erlin sekenanya.“Ya tapi enggak bacaan yang seperti ini. Maksudnya untuk apa kamu membaca tips meluluhkan hati suami,” kata Adian terus mengungkit hal itu membuat Erlin semakin merasa malu.Erlin tahu
“Kamu apa-apaan sih? Lepas! Tolong jaga sikap kamu,” tegas Adian sembari menjauhkan dirinya dari Audrey. Dia benar-benar tidak nyaman dengan sikap perempuan itu.“Oke...oke...aku minta maaf. Aku enggak bisa menahan diri. Aku bersikap seperti itu karena aku kangen banget sama kamu, Adian” kata Audrey yang terdengar seperti bualan sampah di telinga Adian.Adian malas menghadapi perempuan itu. Entah apa keinginan Audrey dengan datang menemuinya ke kampus. Lagi pula pengucapan kata rindu seharusnya sudah tidak berlaku di antara mereka. Mereka sama-sama tahu bahwa hubungan mereka tidak cukup baik sehingga tidak harus merindukan satu sama lain.“Aku tidak senang diganggu di saat jam kerja. Katakan apa keperluanmu datang kemari,” ujar Adian langsung pada intinya. Dia sama sekali tidak berminat menunjukkan sikap ramah tamah pada mantan kekasihnya itu.“Adian, aku tahu hubungan kita berakhir dengan sangat buruk hingga sampai saat ini sepertinya kamu belum bisa memaafkan aku. Aku tahu aku meman
“Halo. Pak Adian bisa tolong ke Bridge Cafe dekat kampus? Ini soal Erlin,” ujar Windy panik menghubungi Adian.“Kenapa dengan Erlin? Apa terjadi sesuatu padanya?” balas Adian tak kalah ikut panik. Dia sudah berpikir terjadi hal yang buruk pada gadis itu.“Saya juga enggak ngerti, Pak. Dia terus menangis dan enggak mau berhenti. Saya sampai bingung bagaimana menghadapinya.”“Tapi dia baik-baik saja ‘kan?” tanya Adian memastikan.“Ya gimana ngomongnya ya, Pak? Masa’ orang sedang menangis begini saya katakan baik-baik saja,” ujar Windy menjadi semakin bingung sendiri.“Maksudnya dia tidak terluka ‘kan?”“Oh, kalau itu sih enggak,” tutur Windy membuat Adian menghembuskan napas lega.“Ya sudah tolong jaga Erlin dulu ya. Saya segera ke sana,” pesan Adian yang kemudian langsung mengakhiri panggilan.Windy kembali mengantongi ponselnya setelah selesai berbicara dengan Adian. Dia masih terus berusaha menenangkan Erlin agar berhenti menangis. Untung saja suasana cafe itu sedang sepi. Kalau tida
“Sialan! Kenapa gadis ingusan itu harus datang tiba-tiba. Mengganggu saja kesempatanku bersama Adian,” gerutu Audrey yang baru tiba di apotek.Audrey menunjukkan sikap kesal dengan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Raisa yang juga ada di sana hanya mengamati semua adegan itu sambil geleng-geleng kepala. Raisa memilih untuk bersikap seolah tak mau ikut campur. Niatnya tak ingin mencari urusan dengan Audrey.Namun ternyata harapan Raisa tidak terkabul. Bahkan sekalipun dia diam di tempatnya, Audrey tetap menjadikannya sebagai sasaran. Kalau sudah seperti itu, Raisa tidak bisa menghindar dari tekanan Audrey. Terkadang dia merasa ternyata masih ada perempuan yang lebih jahat dibanding dirinya.“Eh kamu jangan diam aja, Raisa” tegur Audrey masih menunjukkan ekspresi kesalnya.“Lho, emangnya saya harus apa?” balas Raisa seolah tak mengerti apa-apa.“Ya kamu harus bantuin aku. Enggak usah terlalu formal deh kalau sama aku. Ingat ya! Kita sudah kerja sama buat misahin Adian sama gadis it
“Papa.”Suara panggilan seseorang mengalihkan perhatian Darman. Pria itu sontak menguraikan rangkulannya dari Adian dan melihat ke arah pintu. Darman merasa syok melihat sosok yang berdiri di sana.“Erlin?” ucapnya tak percaya. Perlahan Darman melangkah ragu mendekati sosok yang dilihatnya. Dia tidak tahu apakah itu benar Erlin atau hanya halusinasinya saja.Setelah berada dalam jarak dekat, tangan Darman bergetar memegang lengan putrinya. Dia benar-benar merasakan bisa menyentuh sosok itu. Darman bahkan memeriksa dari ujung kepala sampai ujung kaki.“Ini benar Erlin putriku? Kamu...kamu masih hidup, Sayang?” ujar Darman dengan nada tak percaya.“Iya, Pa. Ini Erlin,” jawab perempuan itu membuat Darman langsung memeluk erat perempuan di hadapannya.“Ya Tuhan...bagaimana ini mungkin?” tanya Darman masih kebingungan. Padahal tadinya dia sendiri melihat dengan jelas putrinya berada di dalam mobil yang dijatuhkan ke jurang.“Aku selamat karena Pak Adian. Kalau tidak ada dia, aku benar-bena
“Sekarang kalian semua sudah tahu kebenaranku. Tapi semua itu tidak membuatku takut dan lantas mengurungkan niat untuk membalas kalian,” kata Ardan tak merasa gentar walau kejahatannya sudah terbuka di hadapan banyak orang.“Aku kasihan pada Erlin. Sejak awal dia menolak hubungan ini. Tapi kalian terlalu mempercayaiku dan terus memaksanya menerima perjodohan palsu. Terutama dirimu, Tante Gayatri. Kamu begitu bodoh dan mudah ditipu. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Erlin hari ini, maka itu semua karena kesalahanmu. Kamu yang sudah mendorong putrimu pada celaka,” imbuh Ardan semakin menakuti pihak keluarga.“Tidak. Jangan lakukan hal buruk apa pun pada Erlin. Setidaknya pikirkan bahwa saat ini dia sedang hamil. Kalau kamu berbuat buruk padanya, sama saja kamu juga menyakiti anak tak berdosa itu,” pinta Gayatri memelas.Sekarang dia sadar sudah melakukan kesalahan besar dengan mempercayai Ardan. Jika sampai putrinya benar-benar menikah dengan pria seperti Ardan, dia akan semakin meny
Perkataan Ardan membuat semua orang semakin dilanda kepanikan. Terutama bagi Darman dan Gayatri, mereka tidak bisa diam saja mengetahui Erlin sedang berada dalam bahaya. Tapi mereka juga tidak tahu di mana keberadaan putrinya. Satu hal yang bisa mereka lakukan hanya memohon pada Ardan agar menghentikan rencana gilanya.Mereka menyesal karena sudah salah menilai Ardan selama ini. Ternyata pria itu hanya berpura-pura baik di hadapan mereka. Mereka menyesal sudah mengenalkan Erlin pada Ardan apalagi memaksa menjodohkan mereka. Padahal sejak awal Erlin sudah menolak hubungan itu.“Tolong katakan di mana putri kami. Jangan sakiti dia. Kenapa kamu tega melakukan semua ini?” ujar Gayatri dengan nada putus asa.“Benar, Ardan. Apa kesalahan kami sampai kamu memiliki niat yang begitu buruk?” sambung Darman ikut angkat bicara.“Sebenarnya ini bukan kesalahan kalian semua. Hanya Om Darman yang bersalah di sini. Om Darman begitu egois dan hanya mementingkan kebahagiaan Om Darman sendiri hingga Mam
“Bagaimana? Apa kalian sudah melakukan sesuai yang aku perintahkan?” ujar Ardan berbicara dengan seseorang di telepon.“Sudah, Bos. Sekarang perempuan itu ada bersama kami,” jawab seseorang dari seberang.“Bagus kalau begitu. Pastikan rencana ini tidak akan gagal. Jangan biarkan ada seorang pun yang mengganggu atau kalian singkirkan saja mereka. Tetap siaga karena sewaktu-waktu aku bisa merubah rencana dan menjalankan opsi kedua,” titah Ardan ditutup dengan senyum licik. Ardan begitu bangga karena sebentar lagi tujuannya akan segera tercapai.Para tamu sudah memenuhi ballroom hotel tempat dilangsungkannya acara pertunangan antara Erlin dengan Ardan. Gayatri, Darman, Windy dan Ardan sendiri juga sudah ada di tempat. Bahkan Adian turut terlihat di antara para tamu.Adian sengaja diundang agar bisa menyaksikan langsung pertunangan antara mantan istrinya dengan Ardan. Mereka berpikir harus melihatnya sendiri agar sadar dan tidak lagi mengganggu Erlin. Dengan pertunangan itu mereka bermaks
Sambungan telepon terputus beberapa saat setelah Adian mendengar pertengkaran antara Erlin dan Gayatri. Adian bisa menebak dengan mudah bahwa Erlin sedang tertangkap basah oleh Gayatri. Adian yakin masalahnya akan semakin bertambah parah sekarang.Adian masih syok mendengar tentang rencana pertunangan yang dikabarkan Erlin. Dia belum tahu duduk perkaranya seperti apa hingga Erlin tiba-tiba didesak untuk bertunangan. Demi mendapatkan kejelasan, dia pun menghubungi Windy.Windy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Erlin saat malam pesta pertunangannya. Tentang Ardan yang justru datang ke kamar dan mengadukan rencana mereka pada orang tua Erlin. Adian pun mengerti mengapa Erlin marah kepadanya.Adian kemudian berusaha untuk menghubungi kembali nomor Erlin. Namun sayangnya sudah tidak aktif. Adian yakin pasti Gayatri sudah menyita ponsel Erlin lagi.Adian yang masih berada di rumah sakit akhirnya kembali ke kamar rawat Antonio dengan wajah frustasi. Antonio bukan orang baru sehing
“Saya minta maaf tidak bisa menemuimu tadi malam. Saya tiba-tiba mendapat kabar bahwa Antonio mengalami kecelakaan dan saya langsung pergi ke lokasinya.”Erlin begitu kesal membaca pesan dari Adian dan memilih tidak membalasnya. Perasaannya campur aduk jika mengingat kejadian malam sebelumnya. Adian tidak datang menemuinya dan dia justru terjebak dalam satu kamar dengan Ardan.Sungguh sekarang Erlin merasa malu setiap kali harus bertemu dengan dokter itu. Masalah yang harus ia hadapi juga bertambah karena Gayatri sudah tahu. Ardan mengadukan tentang rencana pertemuan Erlin dan Adian secara diam-diam saat pesta pertunangan Windy.Gayatri jelas marah. Dia menegaskan pada Erlin agar tidak mencoba melakukan cara lain lagi untuk dekat dengan Adian. Bahkan karena kejadian itu, Gayatri mendesak Ardan dan Erlin agar segera bertunangan.Malam itu setelah pulang dari rumah Windy, Gayatri dan Erlin kembali terlibat perdebatan panjang. Erlin tidak bisa menerima keputusan Gayatri yang memintanya
“Erlin pergi ke mana? Kenapa lama sekali? Aku juga tidak melihat Adian lagi di antara para tamu. Apa jangan-jangan mereka berdua...”Ardan gelisah memikirkan kemungkinan yang dia simpulkan sendiri. Setelah kepergian Windy, dia menyadari Erlin telah lama pergi. Perempuan itu tak kunjung kembali. Ardan mulai merasa curiga apalagi ia tak mendapati keberadaan Adian di tengah acara.“Aku tidak bisa membiarkan ini. Aku harus mencari mereka berdua,” batin Ardan.Laki-laki itu kemudian pergi untuk mencari keberadaan Erlin. Tadi dia sempat mendengar dari Windy bahwa Erlin pergi ke kamar mandi. Adian tidak tahu kamar mandi mana yang dimaksud oleh Windy.Ardan bertanya pada seorang pelayan yang dia temui. Ardan ditunjukkan untuk masuk ke rumah jika ingin pergi ke kamar mandi.“Ada kamar mandi di lantai bawah yang memang disiapkan untuk para tamu. Anda bisa menggunakannya,” tutur salah satu pekerja rumah yang ditemui Ardan.Ardan kemudian masuk ke dalam rumah itu dan mencari keberadaan kamar mand
“Gila! Rakus banget kamu ya, Lin. Datang ke acara pertunanganku dengan dua pangeran sekaligus,” cibir Windy setelah mendengar cerita Erlin tetang situasi menegangkan yang sempat terjadi antara dirinya, Adian dan Ardan. Saat itu mereka sedang berbicara berdua setelah acara tukar cincin selesai. Windy telah resmi bertunangan dengan Regan.“Enak saja! Kamu pikir aku senang berada di antara Pak Adian dan Dokter Ardan? Aku justru pusing tahu,” keluh Erlin.“Iya juga sih. Bagaimana caranya agar kamu bisa berdua dengan Pak Adian sementara ada Ardan juga yang mengawasi?”“Itu juga yang sedang mengganggu pikiranku sekarang,” ujar Erlin.Tak mudah punya kesempatan untuk berdua dengan Adian seperti sekarang. Itu sebabnya dia tidak ingin kehilangan kesempatan. Namun sekarang mereka harus memutar otak agar bisa menjauhkan Ardan dari Erlin untuk sementara waktu.Ardan sudah seperti bodyguard khusus yang dikirim Gayatri untuk menjaga Erlin. Jika Ardan sampai tahu tentang rencana mereka, Erlin pasti
Semenjak dipertemukan dipertemukan di restoran, Ardan menjadi lebih sering berkunjung secara terang-terangan ke rumah Erlin. Bahkan kini Gayatri mempercayakan Erlin pada pria itu. Erlin tidak boleh pergi ke mana-mana jika bukan bersama Ardan.Bahkan untuk menghadiri acara pertunangan Windy dengan Regan, Gayatri juga menyuruh Ardan ikut membersamai Erlin. Sejujurnya Erlin merasa tidak nyaman tapi dia juga tidak punya pilihan lain. Dia merasa risih untuk datang bersama Ardan karena dia yakin di sana pasti akan bertemu juga dengan Adian.“Ini acara teman dekatku, Ma. Aku tidak enak kalau datang bersama Ardan yang masih orang asing,” kata Erlin berusaha membujuk Gayatri agar dirinya tak perlu pergi bersama dokter itu.“Justru karena Ardan masih orang asing. Itu sebabnya kamu harus sering pergi bersama dia supaya dia lebih tahu tentang sisi kehidupanmu. Tentang siapa teman-temanmu, bagaimana pergaulanmu dan lainnya. Itu baik bagi kalian untuk proses penyesuaian,” bantah Gayatri.“Tapi, Ma…