Share

Mengandung Benih Sahabat Kakakku
Mengandung Benih Sahabat Kakakku
Penulis: KhodijahRahman

1. Malam Kelam

Penulis: KhodijahRahman
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-07 21:48:20

"Berapa kali bapak katakan, jangan jeluyuran pulang malam! Kamu itu sudah kelas tiga, beberapa bulan lagi kamu akan ujian! Kamu harus lebih rajin belajar agar bisa mendapatkan nilai yang bagus. Kamu harus contoh Kendra yang bisa mendapatkan beasiswa kuliah," omel Bram saat anak perempuannya pulang setelah magrib.

"Kinan habis kerja kelompok, Pak. Ada tugas dari guru biologi," dalih Kinanti membela diri.

"Sudah, Pak. Ini waktu magrib, tidak enak pada tetangga." Dewi, ibu Kinanti, datang dari dapur melerai suami dan anak perempuannya. "Ini kopinya," ucapnya seraya menyajikan segelas kopi hitam di depan suaminya.

"Kinan beneran habis kerja kelompok, Bu. Kinan enggak bohong," ucap Kinanti.

"Ibu percaya anak ibu enggak bohong. Sekarang kamu mandi, solat lalu makan," ucap Dewi membelai rambut panjang Kinanti. Kinanti berlalu ke kamarnya.

"Kamu selalu membela anak-anakmu. Jangan terlalu percaya pada mereka karena bisa saja mereka sedang berbohong," omel Bram pada istrinya.

"Lalu, kita harus berburuk sangka pada mereka? Gitu, Bang?" Dewi mendesah lelah karena sang suami selalu berburuk sangka pada anak-anak mereka. "Kita harus memberi kepercayaan pada mereka, Bang. Nanti juga mereka bisa bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan."

Bram yang tidak ingin mendengar ceramah dari istrinya, memilih menyeruput kopi. Dia baru pulang narik angkot saat adzan berkumandang. Pria itu tampak lelah setelah seharian bekerja.

***

Kinanti baru pulang setelah mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya. Gadis yang akan genap berusia 18 tahun dua bulan lagi itu masih duduk di kelas 12. Dia sedang sibuk untuk menghadapi pekan ulangan semester gasal.

"Baru pulang, Nan?" tanya Evan saat Kinanti melintas di depannya.

"Iya, Bang. Habis kerja kelompok," jawab Kinanti seraya berlalu. Evan adalah sahabat Kendra.

"Kamu sudah makan, Nan?" tanya Kendra yang datang membawa dua gelas minuman dingin.

"Belum, Bang. Aku mau ganti baju dulu," jawab Kinanti.

Semua gerak-gerik Kinanti tidak lepas dari pengamatan Evan. Pemuda tampan yang sudah kuliah semester tiga itu sudah cukup lama memendam rasa pada adik sahabatnya. Dia masih menyembunyikan rasa itu karena khawatir akan mengganggu persahabatan antara dirinya dan Kendra.

"Dari mana saja kamu? Kenapa pulang terlambat lagi?" tanya Bram dengan nada tinggi disertai tatapan tajamnya.

"Kinan kan sudah bilang kalau mau ngerjain tugas di rumah temen," jawab Kinanti.

"Bukan berarti pulang malam, Kinanti! Kamu itu anak perempuan, harus bisa jaga diri! Jangan suka keluyuran tidak jelas!" bentak Bram.

"Tapi ...."

"Cukup!" Suara Bram semakin tinggi. "Jangan membantah lagi! Sekarang masuk kamar dan bapak tidak izinkan kamu keluar, kecuali untuk sekolah!"

Kinanti setengah berlari ke kamarnya. Gadis remaja itu menangis sesenggukan. Dia tidak pernah membohongi orang tuanya. Dia baru selesai mengerjakan tugas bersama teman-teman. Akhir-akhir ini sering banyak tugas dari guru untuk dikerjakan berkelompok.

***

Kinanti membukakan pintu saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumah orang tuanya. Itu pasti mobil Evan yang mengantar kakaknya pulang. Kinanti berdiri di ambang pintu.

Kendra dan Evan keluar dari mobil. Evan membawa boneka panda yang lucu dan berukuran cukup besar. "Makasih, Van," ucap Kendra pada sahabatnya.

Evan hanya tersenyum mengangguk. Pemuda itu mendekati Kinanti yang masih berdiri di ambang pintu. "Buat kamu," ucap Evan seraya memberikan boneka panda pada Kinanti.

Untuk beberapa detik Kinanti terkejut dengan pemberian Evan. Gadis itu menatap boneka dan wajah tampan Evan bergantian. Dia tidak menyangka jika Evan akan memberinya hadiah. "Ini ... buat aku?"

"Iya. Semoga kamu suka."

Kinanti tersenyum lebar. "Makasih, Bang," ucapnya senang. Dia tidak memiliki boneka untuk menghiasi kamarnya. Penghasilan Bram dari menarik angkot tidak seberapa karena orang lebih suka mengendarai ojol daripada angkot.

"Aku pulang, Ken, Nan," pamit Evan.

"Makasih, Van," balas Kendra.

Evan melajukan mobilnya pergi dari depan rumah Kinanti. Kinanti dan Kendra memasuki rumah. "Bang Kendra bawa apa?" tanya Kinanti saat melihat Kendra membawa sebuah kantong plastik besar.

"Tadi Evan memaksa membelikan perlengkapan kuliah yang perlu dibeli lagi."

"Bang Evan baik banget ya."

"Iya."

***

"Sudah berapa kali mama katakan jangan bermain dengan anak sopir angkot itu!" bentak Sita saat Evan memasuki rumah besar keluarganya.

"Apa salahnya sih, Ma? Kendra teman yang baik dan juga pintar," ucap Evan seraya berlalu dari hadapan ibunya. Dia sudah lelah karena Sita tidak menyukai Kendra yang berasal dari keluarga pas-pasan.

"Dia minta dibelikan apalagi sama kamu?" tanya Sita. Wanita itu hanya ingin anaknya bergaul dengan anak orang kaya.

"Dia enggak minta dibelikan apa pun."

"Jangan bohong, Evan!" bentak Sita lagi. "Kalian habis dari toko buku yang ada di pusat perbelanjaan, tidak mungkin kalian tidak membeli apa pun."

Evan yang sudah berada di tengah tangga menghentikan langkahnya. Dia menoleh pada sang ibu yang berdiri di dekat tangga. "Mama memata-mataiku?"

"Mama akan melakukan apa pun untuk mengawasi kamu baik tindakan maupun pergaulan." Sita menjawab angkuh dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Aku sudah 20 tahun, Ma. Aku sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk," geram Evan.

"Huh! Buktinya kamu masih bisa dimanfaatkan oleh anak sopir angkot itu," decih Sita.

"Kendra tidak pernah memanfaatkan aku, Ma. Dia tidak pernah meminta dibelikan apa pun. Aku yang memaksanya menerima pemberianku." Evan yang kesal dengan sikap ibunya pun melanjutkan langkah ke kamarnya.

"April tadi ke sini! Dia nyari kamu dan nunggu kamu sampai sore! Kamu ditelepon tidak diangkat gara-gara anak sopir angkot itu!" seru Sita dari bawah tangga.

Evan mengabaikan seruan ibunya. Dia sengaja tidak menjawab telepon April karena tidak suka dengan gadis itu. April adalah anak dari sahabat Sita yang diharapkan Sita menjadi pendamping hidup Evan.

***

Evan menuruni tangga untuk sarapan. Dia ada mata kuliah pagi. Selain itu, dia juga ingin menjemput Kendra sekalian mengantar Kinanti ke sekolah. Dia sudah membayangkan untuk kembali bertemu dengan adik sahabatnya itu. Alisnya mengerut tajam saat mendapati seorang gadis di meja makan bersama kedua orang tuanya.

"Pagi, Van," sapa April.

"Hmm." Evan hanya membalas dengan sebuah gumaman kecil. Dia duduk dan langsung menyantap sarapannya cepat.

"Makannya jangan buru-buru dong, Van. Nanti kamu keselek," tegur April sok perhatian.

Evan tidak menanggapi perhatian April. Dia melanjutkan makannya dan segera minum setelah selesai. "Evan berangkat dulu, Ma, Pa," ucap Evan seraya berdiri.

"Evan tunggu! Aku kan belum selesai sarapan!" seru April yang tidak mau ditinggal. "Iiih!" Gadis itu tampak kesal karena Evan tidak menghentikan langkahnya. Dia berjalan tergesa menyusul Evan setelah berpamitan pada orang tua Evan.

"Evan jahat! Ngeselin!" teriak April karena mobil Evan sudah keluar gerbang saat dia sampai di pintu depan.

"Ada apa, Sayang?" tanya Sita yang keluar saat mendengar teriakan April.

"Evan ninggalin aku, Tante," jawab April kesal seraya menghentakkan kaki.

"Dasar anak keras kepala," gerutu Sita. "Kamu ke sini bawa mobil?"

"Enggak, Tan. Aku ke sini naik taksi karena ingin berangkat bareng dengan Evan." April kuliah di kampus yang sama dengan Evan. Dia baru semester satu.

"Papa berangkat dulu, Ma," ucap Deni berpamitan pada istrinya.

"Papa bisa antar April dulu gak?" tanya Sita. "Soalnya mama berangkat agak siangan, Pa."

Deni melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Papa ada rapat pagi ini, Ma. Lagipula arah kantor papa berbeda dengan kampus Evan dan April." Deni yang terburu-buru pun segera berangkat ke kantor.

"Terus aku gimana, Tante?" rengek April.

"Kamu bisa berangkat naik taksi," jawab Sita.

'Ini sih dua kali ongkos dong,' gerutu April dalam hati.

***

Evan sangat marah pada ibunya. Sita melarangnya ikut kegiatan kampus bermalam dua hari di Bogor. Siang tadi juga dia bertengkar hebat dengan sang ibu. Sita memaksanya untuk bertunangan dengan April. Wanita itu juga memaksa Evan pindah kuliah ke luar negeri agar menjauh dari Kendra.

Sebuah klab malam, di sinilah Evan duduk seorang diri. Sebenarnya banyak pengunjung lain, hanya saja dia datang sendiri ke tempat itu tanpa teman. Ini juga pertama kalinya dia mengunjungi tempat itu. Dia masih sangat emosi dengan ibunya dan memilih mabuk karena Kendra yang menjadi teman curhat tidak ada.

Evan melajukan mobilnya menuju sebuah rumah. Mobil itu berjalan oleng karena sang pengemudi mabuk berat. Dia berhenti di depan rumah sederhana milik orang tua sahabatnya. Dengan langkah sempoyongan dia mendekati pintu lalu mengetuknya.

"Bang Evan!" kejut Kinanti yang melihat Evan berada di depan pintu.

Kinanti mengira jika Evan mengantar kakaknya. Namun, dia tidak melihat sosok Kendra. Apalagi dia mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut sahabat kakaknya itu.

"Kinan, kamu cantik banget," ucap Evan tidak jelas.

"Kenapa Bang Evan mabuk?"

Evan tidak menjawab pertanyaan Kinanti. Dia mendorong tubuh gadis itu hingga masuk lalu mengunci pintu. Kinanti tampak ketakutan, pasalnya dia sedang sendiri di rumah karena kedua orang tuanya sedang pergi ke rumah orang tua Bram yang sakit keras.

"Bang Evan mau ngapain? Jangan, Bang."

Kinanti berusaha mendorong tubuh Evan yang memeluknya. Pria itu mencium paksa adik sahabatnya. Kinanti berhasil mendorong tubuh Evan lalu berlari ke kamar. Namun, belum sempat menutup rapat pintu kamarnya, Evan sudah mendorong pintu itu lalu masuk.

"Jangan, Bang. Kinan mohon," mohon Kinanti seraya terus mundur.

Evan menerkam tubuh Kinanti yang sudah berada di samping ranjang. Keduanya jatuh di atas ranjang saling tumpang-tindih. Evan yang berada di bawah pengaruh alkohol segera memangsa gadis itu.

"Aaa!"

Bab terkait

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   2. Ternoda

    Kinanti meringkuk di atas ranjang kecilnya. Gadis itu menangis tanpa suara. Bagian inti tubuhnya terasa sakit, tetapi hatinya jauh lebih sakit. Dia tidak menyangka, jika Evan tega berbuat keji padanya.Dia sudah menganggap Evan seperti kakaknya sendiri. Namun, pemuda itu sudah merenggut harta yang dia jaga selama ini. Harta yang selalu dia banggakan karena tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk melakukan hal itu sebelum menikah. Bagaimana nasibnya nanti? Apakah akan ada yang mau menikah dengan dirinya yang sudah tidak perawan?"Aku berjanji aku akan kembali setelah menyelesaikan kuliahku. Aku akan melamarmu dan menikahimu. Aku mencintaimu. Aku minta maaf karena sudah melakukannya, tapi percahalah jika aku akan kembali untukmu."Perkataan Evan sebelum keluar dari kamarnya masih terngiang di telinga. Kinanti tidak bisa memejamkan mata lagi setelah petaka itu. Suara kokok ayam sudah menyapa indera pendengarannya. Semburat kemerahan pun sudah tampak di ufuk timur."Kinan, kok belum b

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   3. Hamil

    "Wi, kamu kenapa? Masuk angin?" tanya Bram di depan pintu kamar mandi. "Dewi!""Ada apa, Bang? Kenapa kamu manggil aku di kamar mandi?" Bram berbalik saat mendengar suara isterinya dari belakang tubuh. Pria itu mengerutkan kening melihat istrinya mengambil gelas di rak. Dia lalu menoleh kembali ke kamar mandi. "Kamu dari mana?" tanyanya heran."Kehabisan gula pas mau bikin kopi buat Abang. Jadi, aku ke warung beli gula," jawab Dewi."Lalu, siapa yang di kamar mandi? Kinan?""Kinan tadi sudah ke kamar mandi.""Tapi ....""Huek! Huek! Huek!"Bram dan Dewi saling pandang. Suara yang didengar Bram kembali berbunyi. "Kinan?" Bram dan Dewi saling melempar tanya dengan tatapan heran. Kinanti keluar dari kamar mandi dengan wajah sembab. Gadis itu baru saja memuntahkan isi perutnya yang belum sarapan. Wajahnya pucat melihat kedua orang tuanya berada di depan pintu kamar mandi."Kamu kenapa, Nan?" tanya Dewi. Bram tidak mengajukan tanya, tetapi sorot matanya sangat tajam pada Kinanti."Sepert

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   4. Terusir

    Kinanti menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Gadis itu tidak berani menatap sang ibu yang tengah menatap tajam padanya. Air mata sudah tidak mampu dia bendung lagi. Bahu gadis itu berguncang dengan napas yang terasa sesak.Dewi berdiri dengan tatapan tajam pada putrinya. Bukan kemarahan yang sarat pada sorot mata wanita itu. Namun, kekecewaan dan rasa tidak percaya membuat hatinya terluka. Sebuah kalender meja berada dalam genggamannya.Kecurigaan Dewi membuat wanita itu memasuki kamar Kinanti saat putrinya sedang muntah di kamar mandi. Dia sangat terpukul melihat kalender meja di kamar Kinanti yang tidak ada lingkaran merah di bulan itu. Tanggal yang dilingkar merah bulan sebelumnya sudah terlewat dua minggu yang lalu."Apa artinya ini, Kinan?" tanya Dewi dengan suara bergetar seraya mengangkat tangan yang memegang kalender.Kinanti menjatuhkan diri di depan ibunya. Dia bersimpuh di kaki wanita yang sudah melahirkannya itu. Tangis penyesalan tidak berhenti meski dia tahu tidak ada ar

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   5. Terlunta di Jalanan

    "Atau kau tidak akan bisa melihatnya lagi," desis Bram pada Dewi."Apa maksud kamu, Bang?" tanya Dewi dengan suara bergetar."Aku lebih suka melihat Kinanti mati daripada menerima aib ini," geram Bram."Bang! Istighfar, Bang!" seru Dewi."Daripada menanggung malu. Jika bukan dia yang mati, aku yang akan mati!"Mata Dewi membulat sempurna. Wanita itu tidak menyangka sang suami akan mengatakan hal itu. Hal yang seharusnya tidak boleh diucapkan oleh orang tua untuk anak mereka.***Evan beranjak dari ranjang menuju pintu apartemen saat mendengar bel pintu berbunyi. Dia membukakan pintu untuk tamunya. Seorang gadis berdiri di depan pintu dan langsung masuk ke apartemennya."Keluar, yuk!" ajak April."Aku gak bisa," tolak Evan."Kenapa? Kamu sering banget nolak ajakanku, Van." April mengerucutkan bibirnya. "Aku sedang gak enak badan, perutku mual dan kepalaku pusing," dalih Evan."Perasaan kamu belakangan ini sering banget pusing dan mual.""Namanya juga sakit.""Periksa dong, Van.""Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   6. Kegusaran Evan

    Kinanti merasakan sakit di perutnya. Namun, tidak ada darah yang keluar dari organ intimnya yang menandakan terjadinya keguguran. Dia mengerang kesakitan seorang diri. Kebenciannya pada Evan semakin bertambah sejalan dengan kebenciannya pada janinnya."Kamu dan ayah kamu itu sama-sama jahat! Kalian sudah membuatku menderita!" teriak Kinanti lalu menangis. Semua penderitaan yang dialaminya membuat dia sangat membenci janin itu dan juga Evan. Akibat perbuatan sahabat kakaknya itu dia sekarang harus menanggung malu karena hamil di luar nikah. Dia juga harus meninggalkan sekolahnya karena tidak ingin mendapat malu jika sampai ketahuan oleh pihak sekolah dan teman-temannya.***"Bangun! Bangun! Jangan tidur di depan tokoku!"Suara bentakan itu membangunkan Kinanti dari tidurnya. Bukan tidur nyaman dengan mimpi indah. Melainkan tidur meringkuk karena kedinginan. Gadis itu tidur beralaskan kardus yang keras."Cepat bangun! Jangan tidur di sini nanti daganganku tidak laku!" Ibu pemilik toko

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   7. Aku Tidak Ingin Bayi Ini

    "Kenapa Ibu menolong saya?" tanya Kinanti pada wanita yang menolongnya.Saat Kinanti akan terjun dari besi pembatas jembatan, seorang wanita yang baru pulang dari bekerja sebagai petugas kebersihan hotel menolongnya. Kinanti kini berada di rumah petak yang dikontrak wanita itu. Dia melihat ada tiga orang anak antara usia 2 sampai 6 tahun."Karena saya manusia, dan sesama manusia harus saling tolong menolong. Jangankan terhadap manusia lain, pada hewan pun kita sebaiknya menolong jika hewan itu sedang kesulitan," jawab wanita itu. "Siapa namamu?""Kinanti, Bu.""Kenapa kamu ingin melakukan perbuatan dosa itu? Kamu tau 'kan jika bunuh diri itu dosa?""Aku sudah berdosa karena hamil di luar nikah. Apa bedanya jika aku melakukan dosa lagi dengan bunuh diri?" Tersirat nada kebencian dalam suara Kinanti."Istighfar, Neng. Ingat sama Tuhan. Jika kamu sudah melakukan dosa, jangan menambah dosa lagi dengan perbuatan dosa yang lain.""Tapi bayi ini sudah membuatku menderita, Bu. Dia membuatku d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   8. Kembali Ke Jalanan

    "Kau sembunyi di sana!" perintah April mendorong Frank ke kamar mandi."Kenapa aku harus sembunyi?" protes Frank."Kau tidak akan mengerti. Yang penting jangan sampai Evan melihatmu bermalam di sini."April segera memakai pakaiannya. Dia merapikan rambut yang acak-acakan. Gadis itu hanya memakai dress tanpa lengan. Saking terburu-burunya, April sampai lupa tidak memakai pakaian dalam."Ada apa, Van?" tanya April berusaha menyembunyikan napasnya yang memburu.Evan melihat April dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia melihat lelehan keringat pada pelipis dan leher gadis di depannya. Dia juga mengetahui jika tidak ada kain lain yang melapisi tubuh April selain dress yang dikenakan gadis itu."Aku ke kampus duluan," ucap Evan seraya berlalu dari depan apartemen April."Kenapa kamu gak nunggu aku?" tanya April ragu."Aku gak mau jadi orang bodoh yang menunggu orang yang sedang bercinta," tukas Evan tanpa menoleh."Apa maksud kamu, Evan?" April tidak berani mengejar Evan karena sadar kead

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   9. Siapa Laki-Laki Itu?

    "Aku ....""Ini tempatku! Kalau kamu ingin tidur, cari tempat lain! Jangan menempati tempatku!" bentak seorang wanita berusia awal 40-an. "Maaf, Bu."Kinanti segera bangkit dari duduknya. Dia mengambil tas, kemudian melangkah tertatih mencari tempat lain. Perutnya terasa sakit setelah dia pukul beberapa kali. Gadis itu meringis memegangi perutnya. Kinanti memasuki pasar itu lebih dalam. Ternyata ada banyak orang yang bernasib sama seperti dirinya, gelandangan. Dia melihat lorong antar-ruko yang kosong. Gadis itupun menggelar kardus yang dibawanya. Kinanti meringkuk di atas kardus. Dia menangis seraya memegangi perutnya. Gadis itu masih tetap menyalahkan janin yang ada di rahimnya atas apa yang dialaminya saat ini. Segala derita dan hinaan yang dia terima karena keberadaan janin itu.***"Van, gimana kalo nanti sore kita nonton?" tanya April. Mereka sedang duduk di kursi taman kampus."Aku gak bisa," tolak Evan."Kenapa sih, Van? Kamu selalu nolak tiap aku ajak?" April tampak kesal

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   12. Gara-Gara Kamu!

    Seorang ibu menarik bahu Kinanti kasar. Wajah ibu itu tampak sangat membenci Kinanti. Kinanti hanya diam, tidak menyahuti ibu itu."Kamu lagi bunting, ya?" tanya ibu yang menarik bahu Kinanti. "Kayaknya iya. Liat aja perutnya! Masa iya perutnya buncit, tapi badannya kurus kering kayak orang cacingan!" tuding ibu yang lain. "Cacingnya laki-laki kalau buncitnya begitu, Bu," sahut yang lainnya."Tapi kayaknya dia masih ingusan, kok bunting?" tanya ibu pertama."Ya mungkin kayak anak-anak jaman sekarang itu loh, Bu. Gara-gara suka nonton film," sahut ibu kedua. Ibu pertama mendekati Kinanti. "Kamu sudah nikah?" tanyanya."Nikah kayane belum, Bu. Tapi kawine uwes," cibir ibu kedua dengan dialek Jawa yang sangat khas. "Loh, loh, loh! Anak muda jaman saiki, wong tuone piye, toh?" tanya ibu ketiga yang juga berdialek Jawa."Mungkin orang tuanya sibuk kerja. Jadi kagak sempet merhatiin anaknya," sahut ibu keempat. "Kamu itu masih bocah! Belum waktunya bikin anak! Mau dikasih makan apa ana

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   11. Menjadi Bahan Gunjingan

    Amarah di hati Bram kembali menguar mengingat aib yang sudah ditorehkan putrinya. Dia hampir menangis karena rasa marah dan rindu bercampur menjadi satu. Putri yang sangat disayanginya pergi karena dia usir.Salah satu sudut hati Bram juga merasa bersalah. Dia tidak bisa menjaga putrinya dengan baik, sehingga dia harus menanggung aib. Dia merasa lalai saat diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk menjaga seorang putri."Ayo, Pak, jalan!"Seruan dari penumpang menyadarkan Bram. Dia segera memasukkan dompet ke saku celananya. Saat menoleh ke belakang, ternyata penumpang sudah penuh.Bram mulai melajukan angkotnya meninggalkan terminal. Dia harus fokus bekerja karena tidak hanya membawa nyawanya saja, tetapi juga nyawa banyak orang yang menjadi penumpangnya.***Kinanti memasak di kamar kos Kayla. Dia membuat oseng kangkung dan dadar telur untuk makan mereka berdua. Gadis itu sudah berpesan pada kekasih kakaknya untuk tidak membeli makan di luar.Selesai memasak, dia teringat jika belum me

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   10. Rindu

    Kinanti hanya bisa menangis. Tidak mungkin baginya mengatakan kepada sang kakak siapa yang sudah menghamilinya. Kendra mungkin saja tidak percaya karena yang sudah melakukannya adalah sahabat baiknya. "Nan, kalau kamu diam terus seperti ini, Abang gak akan tau harus meminta pertanggungjawaban siapa," desak Kendra."Aku ingin istirahat, Bang," ucap Kinanti pelan.Kendra hanya bisa menarik napas dalam. Dia mengerti, pasti selama ini Kinanti sangat kurang istirahat. Tidur di tempat terbuka dan hanya beralaskan kardus."Ya sudah, kamu istirahat, ya. Tidur yang nyenyak dan makan yang banyak. Abang sudah membeli beberapa makanan dan pakaian buat kamu. Jika ada apa-apa, kamu bisa minta bantuan Mbak Kayla," ucap Kendra.Kendra pergi dari kos-kosan Kayla dan Kinanti. Dia pulang larut malam. Dia harus berbohong pada kedua orang tuanya tentang kepergiannya.***Kinanti terbangun saat matahari sudah mengintip dari balik tirai jendela. Selama tiga bulan dia tidur di jalanan dan hanya beralaskan k

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   9. Siapa Laki-Laki Itu?

    "Aku ....""Ini tempatku! Kalau kamu ingin tidur, cari tempat lain! Jangan menempati tempatku!" bentak seorang wanita berusia awal 40-an. "Maaf, Bu."Kinanti segera bangkit dari duduknya. Dia mengambil tas, kemudian melangkah tertatih mencari tempat lain. Perutnya terasa sakit setelah dia pukul beberapa kali. Gadis itu meringis memegangi perutnya. Kinanti memasuki pasar itu lebih dalam. Ternyata ada banyak orang yang bernasib sama seperti dirinya, gelandangan. Dia melihat lorong antar-ruko yang kosong. Gadis itupun menggelar kardus yang dibawanya. Kinanti meringkuk di atas kardus. Dia menangis seraya memegangi perutnya. Gadis itu masih tetap menyalahkan janin yang ada di rahimnya atas apa yang dialaminya saat ini. Segala derita dan hinaan yang dia terima karena keberadaan janin itu.***"Van, gimana kalo nanti sore kita nonton?" tanya April. Mereka sedang duduk di kursi taman kampus."Aku gak bisa," tolak Evan."Kenapa sih, Van? Kamu selalu nolak tiap aku ajak?" April tampak kesal

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   8. Kembali Ke Jalanan

    "Kau sembunyi di sana!" perintah April mendorong Frank ke kamar mandi."Kenapa aku harus sembunyi?" protes Frank."Kau tidak akan mengerti. Yang penting jangan sampai Evan melihatmu bermalam di sini."April segera memakai pakaiannya. Dia merapikan rambut yang acak-acakan. Gadis itu hanya memakai dress tanpa lengan. Saking terburu-burunya, April sampai lupa tidak memakai pakaian dalam."Ada apa, Van?" tanya April berusaha menyembunyikan napasnya yang memburu.Evan melihat April dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia melihat lelehan keringat pada pelipis dan leher gadis di depannya. Dia juga mengetahui jika tidak ada kain lain yang melapisi tubuh April selain dress yang dikenakan gadis itu."Aku ke kampus duluan," ucap Evan seraya berlalu dari depan apartemen April."Kenapa kamu gak nunggu aku?" tanya April ragu."Aku gak mau jadi orang bodoh yang menunggu orang yang sedang bercinta," tukas Evan tanpa menoleh."Apa maksud kamu, Evan?" April tidak berani mengejar Evan karena sadar kead

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   7. Aku Tidak Ingin Bayi Ini

    "Kenapa Ibu menolong saya?" tanya Kinanti pada wanita yang menolongnya.Saat Kinanti akan terjun dari besi pembatas jembatan, seorang wanita yang baru pulang dari bekerja sebagai petugas kebersihan hotel menolongnya. Kinanti kini berada di rumah petak yang dikontrak wanita itu. Dia melihat ada tiga orang anak antara usia 2 sampai 6 tahun."Karena saya manusia, dan sesama manusia harus saling tolong menolong. Jangankan terhadap manusia lain, pada hewan pun kita sebaiknya menolong jika hewan itu sedang kesulitan," jawab wanita itu. "Siapa namamu?""Kinanti, Bu.""Kenapa kamu ingin melakukan perbuatan dosa itu? Kamu tau 'kan jika bunuh diri itu dosa?""Aku sudah berdosa karena hamil di luar nikah. Apa bedanya jika aku melakukan dosa lagi dengan bunuh diri?" Tersirat nada kebencian dalam suara Kinanti."Istighfar, Neng. Ingat sama Tuhan. Jika kamu sudah melakukan dosa, jangan menambah dosa lagi dengan perbuatan dosa yang lain.""Tapi bayi ini sudah membuatku menderita, Bu. Dia membuatku d

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   6. Kegusaran Evan

    Kinanti merasakan sakit di perutnya. Namun, tidak ada darah yang keluar dari organ intimnya yang menandakan terjadinya keguguran. Dia mengerang kesakitan seorang diri. Kebenciannya pada Evan semakin bertambah sejalan dengan kebenciannya pada janinnya."Kamu dan ayah kamu itu sama-sama jahat! Kalian sudah membuatku menderita!" teriak Kinanti lalu menangis. Semua penderitaan yang dialaminya membuat dia sangat membenci janin itu dan juga Evan. Akibat perbuatan sahabat kakaknya itu dia sekarang harus menanggung malu karena hamil di luar nikah. Dia juga harus meninggalkan sekolahnya karena tidak ingin mendapat malu jika sampai ketahuan oleh pihak sekolah dan teman-temannya.***"Bangun! Bangun! Jangan tidur di depan tokoku!"Suara bentakan itu membangunkan Kinanti dari tidurnya. Bukan tidur nyaman dengan mimpi indah. Melainkan tidur meringkuk karena kedinginan. Gadis itu tidur beralaskan kardus yang keras."Cepat bangun! Jangan tidur di sini nanti daganganku tidak laku!" Ibu pemilik toko

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   5. Terlunta di Jalanan

    "Atau kau tidak akan bisa melihatnya lagi," desis Bram pada Dewi."Apa maksud kamu, Bang?" tanya Dewi dengan suara bergetar."Aku lebih suka melihat Kinanti mati daripada menerima aib ini," geram Bram."Bang! Istighfar, Bang!" seru Dewi."Daripada menanggung malu. Jika bukan dia yang mati, aku yang akan mati!"Mata Dewi membulat sempurna. Wanita itu tidak menyangka sang suami akan mengatakan hal itu. Hal yang seharusnya tidak boleh diucapkan oleh orang tua untuk anak mereka.***Evan beranjak dari ranjang menuju pintu apartemen saat mendengar bel pintu berbunyi. Dia membukakan pintu untuk tamunya. Seorang gadis berdiri di depan pintu dan langsung masuk ke apartemennya."Keluar, yuk!" ajak April."Aku gak bisa," tolak Evan."Kenapa? Kamu sering banget nolak ajakanku, Van." April mengerucutkan bibirnya. "Aku sedang gak enak badan, perutku mual dan kepalaku pusing," dalih Evan."Perasaan kamu belakangan ini sering banget pusing dan mual.""Namanya juga sakit.""Periksa dong, Van.""Kamu

  • Mengandung Benih Sahabat Kakakku   4. Terusir

    Kinanti menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Gadis itu tidak berani menatap sang ibu yang tengah menatap tajam padanya. Air mata sudah tidak mampu dia bendung lagi. Bahu gadis itu berguncang dengan napas yang terasa sesak.Dewi berdiri dengan tatapan tajam pada putrinya. Bukan kemarahan yang sarat pada sorot mata wanita itu. Namun, kekecewaan dan rasa tidak percaya membuat hatinya terluka. Sebuah kalender meja berada dalam genggamannya.Kecurigaan Dewi membuat wanita itu memasuki kamar Kinanti saat putrinya sedang muntah di kamar mandi. Dia sangat terpukul melihat kalender meja di kamar Kinanti yang tidak ada lingkaran merah di bulan itu. Tanggal yang dilingkar merah bulan sebelumnya sudah terlewat dua minggu yang lalu."Apa artinya ini, Kinan?" tanya Dewi dengan suara bergetar seraya mengangkat tangan yang memegang kalender.Kinanti menjatuhkan diri di depan ibunya. Dia bersimpuh di kaki wanita yang sudah melahirkannya itu. Tangis penyesalan tidak berhenti meski dia tahu tidak ada ar

DMCA.com Protection Status