Beranda / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 14. Anak itu mirip sekali denganku

Share

Bab. 14. Anak itu mirip sekali denganku

Penulis: My_ndrati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 08:00:54

Adelia terhentak kaget, kini di hadapannya adalah Arsenio. Arsenio tersenyum miris sambil memperhatikan wajah cantik Adelia.

"Pak Arsenio." Vino langsung menundukkan kepalanya kepada Arsenio.

Adelia lalu menoleh ke arah Vino lalu kembali menoleh ke arah Arsenio.

"Terima kasih sudah menyempatkan datang ke pernikahan saya." Vino mengulurkan tangan kepada Arsenio lalu menoleh ke arah Adelia. "Sayang ini Pak Arsenio, CEO di perusahaanku bekerja."

Arsenio merasakan panas di dadanya ketika mendengar Vino memanggil Adelia dengan kata sayang. "Selamat, manajer Vino atas pernikahanmu." Terpaksa Arsenio berucap sambil berjabatan tangan dengan Vino.

"Iya, Terima kasih, Pak." Vino mempererat jabatan tangannya dengan sang CEO.

Arsenio kemudian mengulurkan tangan kepada Adelia sambil menatap wajah cantik Adelia. "Selamat, Adelia."

Belum saja Adelia mengulurkan tangannya kepada Arsenio. Arsenio sudah menjatuhkan tangannya. Dia sam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 15. Jangan pernah meninggalkanku

    "Maafkan saya, Pak Arsenio." Bagas menundukkan kepalanya. Arsenio kemudian menaiki mobil lalu Bagas pun ikut naik ke mobil. Di sepanjang perjalanan Arsenio hanya terdiam. Dia malah mengingat ketika Adelia hamil dan datang ke rumahnya."Adelia maafkan aku. Aku benar-benar menyesali perbuatanku. Dengan gampangnya aku berkata seperti itu. Kamu pasti sakit hati atas perkataanku. kamu pun wanita dan ibu yang sangat hebat, kamu bisa merawat Giovanni tanpa ada aku di sampingmu. Hari-hari yang kamu lalui pasti tidak gampang dan sangat berat." Arsenio berbicara dalam hati dengan kedua matanya sudah berkaca-kaca. "Penyesalanku tidak ada gunanya. Tapi aku ingin memperbaiki semuanya dan kamu malah menjadi milik orang lain," lanjut Arsenio. Bagas yang sedang fokus menyetir sekilas melihat kaca spion dan melihat Arsenio. "Maafkan saya, Pak Arsenio. Seandainya waktu itu saya tidak menuruti keinginan Nona Adelia semuanya tidak akan seperti ini. Tapi melihat keadaan Nona

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 16. Apa tidak berlebihan?

    Arsenio menggelengkan kepalanya beberapa kali. Hatinya hancur berkeping-keping melihat Adelia berbahagia dengan lelaki lain. Perasaan di dalam hatinya campur aduk, ada rasa kesal, marah dan juga sedih. Dia kemudian mengambil botol minumam dan menuangkannya ke dalam gelas. "Adelia aku harap kamu tidak akan menjauhkan Giovanni dariku. Aku juga ingin memilikimu Adelia. Kenapa kamu menghilang seperti ditelan bumi. Aku sungguh-sungguh mencarimu dan sekarang pencarianku sudah terlambat. Kamu sudah dimiliki oleh manajer Vino. Aku tidak rela, aku benar-benar tidak rela Adelia!" monolog Arsenio lalu meyesap minumannya. Dia kembali terdiam dan hanya bisa menyesali perbuatannya dan wajahnya terlihat sendu.***Vino sudah kembali bekerja. Setelah diberikan cuti selama tiga hari. Begitu pun Adelia, dia mengikuti sang suami cuti selama tiga hari. "Ayo, Sayang kita ke sekolahan kamu dulu." Adelia memegang tangan Giovanni lalu diikuti baby sitter. Ade

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 17. Saya yang menjadi pemenangnya

    Ketika Vino bertanya kepada Giovanni tentang Arsenio. Adelia membelalakkan matanya. Kenapa tiba-tiba sang suami menanyakan hal itu kepada sang anak. "Memangnya kenapa, Pa? Adelia merasa bingung. " Itu bos Papa nitip salam sama Gio," jawab Vino, "Pak Arsenio juga bilang katanya Gio itu lucu dan tampan.""Bos ... bos, Papa bilang begitu?" "Iya, Ma. Kenapa memangnya?" "Tidak apa-apa. Cuma bertanya saja." Adelia tersenyum dipaksakan. "Jarang-jarang loh, Sayang, Pak Arsenio seperti itu. Bukan jarang lagi, tapi tidak pernah. Selama aku kerja di sana belum pernah Pak Arsenio mendatangiku di tempat parkir. Tiba-tiba Pak Arsenio seperti akrab gitu sama Papa."Adelia mendengarkan ucapan Vino sambil melamun dan berbicara dalam hati. "Mau apa dia kaya begitu? Sok-sokan dekatin suamiku. Awas saja kamu, dia anakku bukan anakmu Arsenio."Vino mengerutkan keningnya karena melihat sang istri melamun. "Kamu kenapa, Sayang?

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 18. Sebegitunya dia membenciku

    "Aku harus membeli banyak mainan. Ingat Adelia, Giovanni adalah anakku. Ada darahku yang mengalir di tubuh Giovanni. Kamu tidak bisa memisahkanku begitu saja. Giovanni akan menjadi penerus perusahaanku karena dia anakku," monolog Arsenio. ***"Pak Arsenio yakin mau memberikan mainan ini?" Bagas berjalan ke arah parkiran bersama Arsenio. "Kalau aku tidak yakin tidak mungkin aku menyuruhmu untuk membelinya. Kamu ini ada-ada saja," kesal Arsenio. "Aku cuma bertanya saja." Bagas berbicara sambil menahan tawa. "Pertanyaanmu tidak berbobot. Bisa-bisanya kamu bertanya begitu." Arsenio menggelengkan kepalanya sambil menatap sinis ke arah Bagas. "Kita tunggu manajer Vino." Arsenio masuk ke mobilnya. "Baik, Pak."Beberapa menit kemudian Vino datang. "Maaf, Pak sudah membuat menunggu." Vino menundukkan kepalanya. "Sudah tidak apa-apa," jawab Arsenio lalu tersenyum. Sang asisten merasa heran m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 19. Tidak ada ayah yang lain

    Adelia langsung menoleh ke arah Vino yang sedang memperhatikan wajah Giovanni. "Apa! Maksud kamu? Wajah anakku ...." Adelia menyunggingkan senyumnya. "Giovanni itu mirip aku bukan mirip ay ... bukan mirip bos kamu yang sok, akrab itu."Vino tertawa, tetapi sambil berpikir dengan jawaban Adelia. "Memangnya kenapa? Pak Arsenio itu tampan. Masa kamu tidak mau anakmu disamakan tampannya dengan bosku. Kamu juga pernah lihat, 'kan tampannya bosku kaya gimana?" 'Ya, aku tidak maulah. Masa anakku disamain sama bosmu. Pokoknya aku tidak mau, enak saja. Lebih tampan anakku, jauh ke mana-mana. Bos kamu itu tidak ada apa-apanya," kesal Adelia, "justru kamu lebih tampan.""Iya, iya, Sayang. Kok, kamu sensi banget sih kalau ngomongin bosku." "Ya, aku tidak suka saja sama bosmu. Sudah sok, akrab ngasih-ngasih mainan. Eh, kamu malah bilang wajahnya mirip sama anakku." Adelia geleng-geleng kepala. Vino tertawa mendengar ucapan sang istri. ***

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 20 Jangan harap kamu bisa mengambil anakku

    "Emm, tidak, Pak ...." Vino Mengusap-usap sikunya, dia benar-benar bingung harus menjawab apa. Arsenio memperhatikan Vino. "Aku yakin istrimu yang melarang, 'kan?" kesal Arsenio. "Em, ...." Vino masih bingung sendiri. "Sudahlah! Tanpa kamu jawab aku sudah tahu jawabannya. Bilang sama istrimu, aku akan tetap memberikan mainan untuk Giovanni. Tidak ada yang bisa melarangku!" ucap Arsenio lalu meninggalkan Vino begitu saja. Vino menggelengkan kepalanya, dia menjadi bingung sendiri. "Gimana urusannya kalau begini? Walaupun tadi aku mengatakan terus terang. Pak Arsenio pasti tetap akan melakukannya. Perkataan Pak Arsenio tidak bisa di bantah." Vino berjalan lesu sambil berbicara dalam hati. *** Arsenio sedang berada di ruang televisi. Dia mengingat Adelia ketika dia, Adelia, dan sang mama berkumpul di ruangan ini. "Adelia aku benar-benar menyesal. Aku mohon jangan jauhkan aku dari anakku. Aku ingin bicara denganmu, tapi bagaimana caranya?" Arsenio geleng-geleng kepala sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 21. Kamu tidak ada hak

    "Adelia aku mohon jangan seperti itu. Oke, kamu boleh membenciku, tapi aku mohon jangan menjauhkanku dengan anakku." "Menjauhkan? Bukannya kamu yang menjauhi anakku? Kenapa kamu sekarang menyalahkanku? Tidak ingat dengan ucapanmu sendiri?" desis Adelia lalu menyunggingkan senyumnya, "kamu tahu, Arsenio Arfandra. Aku berjuang sendiri merawat anakku! Dan ibu yang selalu menemaniku dan menyemangatiku. Kalau bukan karena ibu yang memberikan semangat untukku. Aku tidak tahu akan seperti apa lalu apa pantas sekarang kamu ingin memilikinya? Enak sekali kamu!" "Aku, 'kan sudah bilang. Aku mencarimu, Adelia!" "Oke! Kamu memang mencariku, tetapi yang aku permasalahkan bukan itu. Aku datang ke rumahmu untuk minta pertanggung Jawaban dari kamu. Apa yang kamu jawab? Begitu mudahnya kamu mengatakan gugurkan kandunganmu. Sakit, Arsen! Itu yang membuatku tidak terima, itu yang membuatku benci sama kamu!" jerit Adelia dan suaranya pun terdengar ke ruang depan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 22. Kesabaran Anda hanya setipis tissue

    Adelia lalu tersadar. "Oh, iya ada yang harus aku sampaikan sama kamu. Kamu jangan pernah mengakui kepada suamiku bahwa kamu adalah ayah kandung dari Giovanni karena Vino sudah sangat menyayangi anakku seperti anak kandungnya sendiri dan kamu pun jangan berkata kepada Giovanni bahwa kamu adalah ayahnya. Ayahnya Giovanni adalah Vino sampai kapan pun!" desis Adelia, "Silakan Anda keluar!" Adelia menggerakkan tangannya ke arah pintu. Arsenio menghela napas berat setelah mendengar ucapan Adelia. "Adelia aku mohon! Kamu jangan ...." "Sudahlah, Arsenio! Sampai kapan kita akan membahas ini? Tidak pernah akan ada habisnya karena aku tetap pada pendirianku! Mau kamu memohon beribu kali pun aku tetap tidak akan mendengarkan! Sana keluar!" Adelia menggerakkan kepalanya ke arah pintu sambil bertolak pinggang dan dadanya kembang kempis. "Baiklah, Adelia. Aku akan keluar!" kesal Arsenio lalu berjalan meninggalkan Adelia. Dia sebena

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-21

Bab terbaru

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 57. Mama sudah buat malu

    Adelia langsung memperhatikan Arsenio yang sudah berada di hadapannya. "Ada apa?" bingung Arsenio. "Papa bawa apa?" Giovanni tiba-tiba bertanya kepada Arsenio. "Ini, Papa bawa oleh-oleh buat kalian." Arsenio menyerahkan papper bag kepada Gio. "Makasih, Pa." Giovanni langsung membukanya. "Iya, Sayang," jawab Arsenio lalu menoleh kepada Adelia yang masih terpaku memperhatikannya. "Kita akan menikah. Jadi tidak apa-apa Gio memanggilku seperti itu." "Tapi kita belum menikah." Adelia memelankan suaranya. "Tapi aku ayahnya," bisik Arsenio kepada kuping Adelia. Adelia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Arsenio sudah begitu. *** Bu Martha dan Vlora sedang duduk di kursi taman belakang. "besok kita harus pulang, Vlora,

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 56. Seandainya Om Arsen jadi Papamu

    Arsenio sedang berdiam diri balkon. Dia menatap langit malam. "Kenapa tiba-tiba aku teringat Adelia?" monolog Arsenio lalu melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Singapura. "Di Jakarta masih pukul sembilan. Aku harap Adelia belum tidur." Arsenio mengambil benda pipih yang tersimpan di atas meja kemudian menghubungi Adelia. Sementara Adelia. Dia baru saja akan memejamkan matanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. "Arsen!" ucap Adelia dan tanpa sadar dia tersenyum lalu mengangkatnya, "Hallo, Arsen. Ada apa?" tanya Adelia. "Hallo, Adelia. Aku tidak mengganggumu, 'kan? Maaf malam-malam begini aku menghubungimu," kata Arsenio. "Iya. Tidak apa-apa kok, Arsen. Kebetulan aku belum tidur."

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 55. Kamu tolak keinginan anak Tante!

    Adelia langsung membelalakkan matanya ketika melihat Bu Martha tiba-tiba masuk ke ruangannya. Begitu pula dengan Bu Wulan."Saya boleh duduk, 'kan?" Bu Martha langsung duduk di sofa. "Silakan, Tante." Adelia menatap Bu Martha dengan penuh pertanyaan. "Oh, iya, Tante. Perkenalkan ini ibu saya." Adelia menoleh kepada sang bunda. Bu Wulan langsung menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Bu Martha. Bu Martha pun membalas menundukkan kepalanya kepada Bu Wulan dengan wajah angkuhnya. "Adel. Ibu keluar dulu, ya." Bu Wulan menghampiri Adelia lalu menoleh kepada Bu Martha. "Silakan berbicara dengan anak saya," ucap Bu Wulan lalu meninggalkan mereka berdua. "Ada apa, Tante?" tanya Adelia setelah sang bunda sudah tidak terlihat lalu duduk di sofa besebrangangan dengan Bu Martha. "Kamu mencintai anak Tante?" tanya Bu Martha tanpa basa-basi, "kamu jangan coba-coba menggoda anak Tante!" lanjut Bu Martha. "Memangnya kenapa

DMCA.com Protection Status