"Aku harus membeli banyak mainan. Ingat Adelia, Giovanni adalah anakku. Ada darahku yang mengalir di tubuh Giovanni. Kamu tidak bisa memisahkanku begitu saja. Giovanni akan menjadi penerus perusahaanku karena dia anakku," monolog Arsenio.
***"Pak Arsenio yakin mau memberikan mainan ini?" Bagas berjalan ke arah parkiran bersama Arsenio."Kalau aku tidak yakin tidak mungkin aku menyuruhmu untuk membelinya. Kamu ini ada-ada saja," kesal Arsenio."Aku cuma bertanya saja." Bagas berbicara sambil menahan tawa."Pertanyaanmu tidak berbobot. Bisa-bisanya kamu bertanya begitu." Arsenio menggelengkan kepalanya sambil menatap sinis ke arah Bagas."Kita tunggu manajer Vino." Arsenio masuk ke mobilnya."Baik, Pak."Beberapa menit kemudian Vino datang. "Maaf, Pak sudah membuat menunggu." Vino menundukkan kepalanya."Sudah tidak apa-apa," jawab Arsenio lalu tersenyum.Sang asisten merasa heran mAdelia langsung menoleh ke arah Vino yang sedang memperhatikan wajah Giovanni. "Apa! Maksud kamu? Wajah anakku ...." Adelia menyunggingkan senyumnya. "Giovanni itu mirip aku bukan mirip ay ... bukan mirip bos kamu yang sok, akrab itu."Vino tertawa, tetapi sambil berpikir dengan jawaban Adelia. "Memangnya kenapa? Pak Arsenio itu tampan. Masa kamu tidak mau anakmu disamakan tampannya dengan bosku. Kamu juga pernah lihat, 'kan tampannya bosku kaya gimana?" 'Ya, aku tidak maulah. Masa anakku disamain sama bosmu. Pokoknya aku tidak mau, enak saja. Lebih tampan anakku, jauh ke mana-mana. Bos kamu itu tidak ada apa-apanya," kesal Adelia, "justru kamu lebih tampan.""Iya, iya, Sayang. Kok, kamu sensi banget sih kalau ngomongin bosku." "Ya, aku tidak suka saja sama bosmu. Sudah sok, akrab ngasih-ngasih mainan. Eh, kamu malah bilang wajahnya mirip sama anakku." Adelia geleng-geleng kepala. Vino tertawa mendengar ucapan sang istri. ***
"Emm, tidak, Pak ...." Vino Mengusap-usap sikunya, dia benar-benar bingung harus menjawab apa. Arsenio memperhatikan Vino. "Aku yakin istrimu yang melarang, 'kan?" kesal Arsenio. "Em, ...." Vino masih bingung sendiri. "Sudahlah! Tanpa kamu jawab aku sudah tahu jawabannya. Bilang sama istrimu, aku akan tetap memberikan mainan untuk Giovanni. Tidak ada yang bisa melarangku!" ucap Arsenio lalu meninggalkan Vino begitu saja. Vino menggelengkan kepalanya, dia menjadi bingung sendiri. "Gimana urusannya kalau begini? Walaupun tadi aku mengatakan terus terang. Pak Arsenio pasti tetap akan melakukannya. Perkataan Pak Arsenio tidak bisa di bantah." Vino berjalan lesu sambil berbicara dalam hati. *** Arsenio sedang berada di ruang televisi. Dia mengingat Adelia ketika dia, Adelia, dan sang mama berkumpul di ruangan ini. "Adelia aku benar-benar menyesal. Aku mohon jangan jauhkan aku dari anakku. Aku ingin bicara denganmu, tapi bagaimana caranya?" Arsenio geleng-geleng kepala sambil me
"Adelia aku mohon jangan seperti itu. Oke, kamu boleh membenciku, tapi aku mohon jangan menjauhkanku dengan anakku." "Menjauhkan? Bukannya kamu yang menjauhi anakku? Kenapa kamu sekarang menyalahkanku? Tidak ingat dengan ucapanmu sendiri?" desis Adelia lalu menyunggingkan senyumnya, "kamu tahu, Arsenio Arfandra. Aku berjuang sendiri merawat anakku! Dan ibu yang selalu menemaniku dan menyemangatiku. Kalau bukan karena ibu yang memberikan semangat untukku. Aku tidak tahu akan seperti apa lalu apa pantas sekarang kamu ingin memilikinya? Enak sekali kamu!" "Aku, 'kan sudah bilang. Aku mencarimu, Adelia!" "Oke! Kamu memang mencariku, tetapi yang aku permasalahkan bukan itu. Aku datang ke rumahmu untuk minta pertanggung Jawaban dari kamu. Apa yang kamu jawab? Begitu mudahnya kamu mengatakan gugurkan kandunganmu. Sakit, Arsen! Itu yang membuatku tidak terima, itu yang membuatku benci sama kamu!" jerit Adelia dan suaranya pun terdengar ke ruang depan.
Adelia lalu tersadar. "Oh, iya ada yang harus aku sampaikan sama kamu. Kamu jangan pernah mengakui kepada suamiku bahwa kamu adalah ayah kandung dari Giovanni karena Vino sudah sangat menyayangi anakku seperti anak kandungnya sendiri dan kamu pun jangan berkata kepada Giovanni bahwa kamu adalah ayahnya. Ayahnya Giovanni adalah Vino sampai kapan pun!" desis Adelia, "Silakan Anda keluar!" Adelia menggerakkan tangannya ke arah pintu. Arsenio menghela napas berat setelah mendengar ucapan Adelia. "Adelia aku mohon! Kamu jangan ...." "Sudahlah, Arsenio! Sampai kapan kita akan membahas ini? Tidak pernah akan ada habisnya karena aku tetap pada pendirianku! Mau kamu memohon beribu kali pun aku tetap tidak akan mendengarkan! Sana keluar!" Adelia menggerakkan kepalanya ke arah pintu sambil bertolak pinggang dan dadanya kembang kempis. "Baiklah, Adelia. Aku akan keluar!" kesal Arsenio lalu berjalan meninggalkan Adelia. Dia sebena
"Iya juga sih, Bu. Tapi Adel belum siap untuk mengatakan semuanya sama Vino. Adel belum bisa menerima dan tidak mau mengakui kalau Arsenio adalah ayah Giovanni. Adel masih sakit hati sama perkataan Arsen, Bu. Sampai sekarang pun kalau aku ingat penolakannya hati ini kembali sakit." Adelia mengusap-usap dadanya. "Iya, Ibu mengerti dengan sakit hatimu. Ikhlaskan semuanya. Kalau kamu sudah mengikhlaskan semuanya pasti akan terasa lega. Semua ini mungkin berat buatmu karena kamu yang merasakan dan mengalaminya dan kamu masih tidak rela dan tidak ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa Arsenio adalah ayah dari Giovanni. Tapi tetap saja Arsenio adalah ayah biologis dari Giovanni. Kamu tidak mungkin mengelaknya. Bagaimana pun juga suamimu harus tahu kebenarannya. Kecuali suamimu tidak ada hubungannya dengan Arsenio. Ataupun Arsenio tidak menemuimu. Mungkin itu beda lagi ceritanya. Ibu tidak minta untuk kamu buru-buru mengatakannya. Ingat, Adel sekali lagi jangan sampai
Arsenio langsung membelalakkan matanya ketika mendengar pertanyaan dari Vino. Dia pun bingung harus menjawab apa. Dia malah menatap tajam wajah Vino. Vino menyadari Arsenio seperti marah terhadapnya. "Maaf, Pak jika pertanyaan saya sangat lancang. Saya hanya penasaran saja. Kenapa, Pak ...." "Karena anakmu sangat lucu dan tampan," jawab Arsenio lalu tersenyum. Vino merasa tidak puas dengan jawaban Arsenio. Dia menghela napas pelan dan lagi-lagi memperhatikan wajah Arsenio dengan seksama. "Wajahnya benar-benar mirip dengan Giovanni," batin Vino lalu menggelengkan kepalanya dan malah melamun. Arsenio mengerutkan keningnya karena melihat Vino malah melamun sambil memperhatikan wajahnya. "Kamu kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?" Suara Arsenio mengagetkan lamunannya. "Maaf, maaf, Pak Arsenio saya jadi melamun." "Hhhmm ...."
"Apa! Menghadiri ulang tahun Giovanni? Bos kamu terlalu ikut campur, buat apa mau menghadiri ulang tahun anakku?" Adelia menggelengkan kepalanya. "Ya, mana aku tahu, Sayang. Ya, sudah biarkan saja. Harusnya kamu senang dong, bos aku mau menghadiri ulang tahun Giovanni. Itu tandanya Pak Arsenio perhatian. Walaupun aku juga bingung sama Pak Arsenio. Pak Arsenio sepertinya kepincut sama Giovanni," ujar Vino lalu memperhatikan wajah Adelia secara intens. "Kamu kenapa? Kok, jadi murung begitu, sih?" tanya Vino. "Tidak apa-apa, Sayang," jawab Adelia lalu tersenyum dipaksakan, padahal di dalam hatinya merasa kesal terhadap Arsenio. Vino pun tersenyum dipaksakan setelah mendengar jawaban dari Adelia. Dia bingung dengan tingkah sang istri. Kenapa Adelia selalu kesal dan marah jika semuanya berhubungan dengan Arsenio. Namun, Vino lebih memilih untuk tidak membahasnya.
"Harusnya aku yang ada di sana. Bukan kamu manajer Vino," umpat Arsenio lalu menghela napas berat. Bagas langsung melirik ke arah Arsenio yang ada di sampingnya. "Sudahlah, Pak Arsenio terima dengan lapang dada. Lihat mereka sangat bahagia. Yang terpenting Giovanni berada pada orang yang tepat yaitu manajer Vino." Bagas berucap sambil melihat lurus ke depan memperhatikan keluarga kecil bahagia. "Tapi Giovanni anakku!" Arsenio mendekatkan wajahnya ke kuping Bagas. "Iya, saya tahu, Pak. Tapi kenyataannya takdir seperti ini, 'kan? Ini juga salah, Pak ...." Bagas menghentikan ucapannya karena Arsenio sedang meliriknya tajam. "Maaf, Pak Arsenio. Setidaknya Anda bisa ambil kesimpulan dan hikmah dari kejadian ini," kata Bagas lalu tersenyum. "Seandainya waktu dapat kuputar, aku tidak akan berbuat kesalahan y