Home / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 17. Saya yang menjadi pemenangnya

Share

Bab. 17. Saya yang menjadi pemenangnya

Author: My_ndrati
last update Last Updated: 2024-05-12 08:00:37

Ketika Vino bertanya kepada Giovanni tentang Arsenio. Adelia membelalakkan matanya. Kenapa tiba-tiba sang suami menanyakan hal itu kepada sang anak.

"Memangnya kenapa, Pa? Adelia merasa bingung.

" Itu bos Papa nitip salam sama Gio," jawab Vino, "Pak Arsenio juga bilang katanya Gio itu lucu dan tampan."

"Bos ... bos, Papa bilang begitu?"

"Iya, Ma. Kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa. Cuma bertanya saja." Adelia tersenyum dipaksakan.

"Jarang-jarang loh, Sayang, Pak Arsenio seperti itu. Bukan jarang lagi, tapi tidak pernah. Selama aku kerja di sana belum pernah Pak Arsenio mendatangiku di tempat parkir. Tiba-tiba Pak Arsenio seperti akrab gitu sama Papa."

Adelia mendengarkan ucapan Vino sambil melamun dan berbicara dalam hati. "Mau apa dia kaya begitu? Sok-sokan dekatin suamiku. Awas saja kamu, dia anakku bukan anakmu Arsenio."

Vino mengerutkan keningnya karena melihat sang istri melamun. "Kamu kenapa, Sayang?
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 18. Sebegitunya dia membenciku

    "Aku harus membeli banyak mainan. Ingat Adelia, Giovanni adalah anakku. Ada darahku yang mengalir di tubuh Giovanni. Kamu tidak bisa memisahkanku begitu saja. Giovanni akan menjadi penerus perusahaanku karena dia anakku," monolog Arsenio. ***"Pak Arsenio yakin mau memberikan mainan ini?" Bagas berjalan ke arah parkiran bersama Arsenio. "Kalau aku tidak yakin tidak mungkin aku menyuruhmu untuk membelinya. Kamu ini ada-ada saja," kesal Arsenio. "Aku cuma bertanya saja." Bagas berbicara sambil menahan tawa. "Pertanyaanmu tidak berbobot. Bisa-bisanya kamu bertanya begitu." Arsenio menggelengkan kepalanya sambil menatap sinis ke arah Bagas. "Kita tunggu manajer Vino." Arsenio masuk ke mobilnya. "Baik, Pak."Beberapa menit kemudian Vino datang. "Maaf, Pak sudah membuat menunggu." Vino menundukkan kepalanya. "Sudah tidak apa-apa," jawab Arsenio lalu tersenyum. Sang asisten merasa heran m

    Last Updated : 2024-05-13
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 19. Tidak ada ayah yang lain

    Adelia langsung menoleh ke arah Vino yang sedang memperhatikan wajah Giovanni. "Apa! Maksud kamu? Wajah anakku ...." Adelia menyunggingkan senyumnya. "Giovanni itu mirip aku bukan mirip ay ... bukan mirip bos kamu yang sok, akrab itu."Vino tertawa, tetapi sambil berpikir dengan jawaban Adelia. "Memangnya kenapa? Pak Arsenio itu tampan. Masa kamu tidak mau anakmu disamakan tampannya dengan bosku. Kamu juga pernah lihat, 'kan tampannya bosku kaya gimana?" 'Ya, aku tidak maulah. Masa anakku disamain sama bosmu. Pokoknya aku tidak mau, enak saja. Lebih tampan anakku, jauh ke mana-mana. Bos kamu itu tidak ada apa-apanya," kesal Adelia, "justru kamu lebih tampan.""Iya, iya, Sayang. Kok, kamu sensi banget sih kalau ngomongin bosku." "Ya, aku tidak suka saja sama bosmu. Sudah sok, akrab ngasih-ngasih mainan. Eh, kamu malah bilang wajahnya mirip sama anakku." Adelia geleng-geleng kepala. Vino tertawa mendengar ucapan sang istri. ***

    Last Updated : 2024-05-14
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 20 Jangan harap kamu bisa mengambil anakku

    "Emm, tidak, Pak ...." Vino Mengusap-usap sikunya, dia benar-benar bingung harus menjawab apa. Arsenio memperhatikan Vino. "Aku yakin istrimu yang melarang, 'kan?" kesal Arsenio. "Em, ...." Vino masih bingung sendiri. "Sudahlah! Tanpa kamu jawab aku sudah tahu jawabannya. Bilang sama istrimu, aku akan tetap memberikan mainan untuk Giovanni. Tidak ada yang bisa melarangku!" ucap Arsenio lalu meninggalkan Vino begitu saja. Vino menggelengkan kepalanya, dia menjadi bingung sendiri. "Gimana urusannya kalau begini? Walaupun tadi aku mengatakan terus terang. Pak Arsenio pasti tetap akan melakukannya. Perkataan Pak Arsenio tidak bisa di bantah." Vino berjalan lesu sambil berbicara dalam hati. *** Arsenio sedang berada di ruang televisi. Dia mengingat Adelia ketika dia, Adelia, dan sang mama berkumpul di ruangan ini. "Adelia aku benar-benar menyesal. Aku mohon jangan jauhkan aku dari anakku. Aku ingin bicara denganmu, tapi bagaimana caranya?" Arsenio geleng-geleng kepala sambil me

    Last Updated : 2024-05-16
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 21. Kamu tidak ada hak

    "Adelia aku mohon jangan seperti itu. Oke, kamu boleh membenciku, tapi aku mohon jangan menjauhkanku dengan anakku." "Menjauhkan? Bukannya kamu yang menjauhi anakku? Kenapa kamu sekarang menyalahkanku? Tidak ingat dengan ucapanmu sendiri?" desis Adelia lalu menyunggingkan senyumnya, "kamu tahu, Arsenio Arfandra. Aku berjuang sendiri merawat anakku! Dan ibu yang selalu menemaniku dan menyemangatiku. Kalau bukan karena ibu yang memberikan semangat untukku. Aku tidak tahu akan seperti apa lalu apa pantas sekarang kamu ingin memilikinya? Enak sekali kamu!" "Aku, 'kan sudah bilang. Aku mencarimu, Adelia!" "Oke! Kamu memang mencariku, tetapi yang aku permasalahkan bukan itu. Aku datang ke rumahmu untuk minta pertanggung Jawaban dari kamu. Apa yang kamu jawab? Begitu mudahnya kamu mengatakan gugurkan kandunganmu. Sakit, Arsen! Itu yang membuatku tidak terima, itu yang membuatku benci sama kamu!" jerit Adelia dan suaranya pun terdengar ke ruang depan.

    Last Updated : 2024-05-20
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 22. Kesabaran Anda hanya setipis tissue

    Adelia lalu tersadar. "Oh, iya ada yang harus aku sampaikan sama kamu. Kamu jangan pernah mengakui kepada suamiku bahwa kamu adalah ayah kandung dari Giovanni karena Vino sudah sangat menyayangi anakku seperti anak kandungnya sendiri dan kamu pun jangan berkata kepada Giovanni bahwa kamu adalah ayahnya. Ayahnya Giovanni adalah Vino sampai kapan pun!" desis Adelia, "Silakan Anda keluar!" Adelia menggerakkan tangannya ke arah pintu. Arsenio menghela napas berat setelah mendengar ucapan Adelia. "Adelia aku mohon! Kamu jangan ...." "Sudahlah, Arsenio! Sampai kapan kita akan membahas ini? Tidak pernah akan ada habisnya karena aku tetap pada pendirianku! Mau kamu memohon beribu kali pun aku tetap tidak akan mendengarkan! Sana keluar!" Adelia menggerakkan kepalanya ke arah pintu sambil bertolak pinggang dan dadanya kembang kempis. "Baiklah, Adelia. Aku akan keluar!" kesal Arsenio lalu berjalan meninggalkan Adelia. Dia sebena

    Last Updated : 2024-05-21
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 23. Kenapa kamu tidak mau cerita sama aku?

    "Iya juga sih, Bu. Tapi Adel belum siap untuk mengatakan semuanya sama Vino. Adel belum bisa menerima dan tidak mau mengakui kalau Arsenio adalah ayah Giovanni. Adel masih sakit hati sama perkataan Arsen, Bu. Sampai sekarang pun kalau aku ingat penolakannya hati ini kembali sakit." Adelia mengusap-usap dadanya. "Iya, Ibu mengerti dengan sakit hatimu. Ikhlaskan semuanya. Kalau kamu sudah mengikhlaskan semuanya pasti akan terasa lega. Semua ini mungkin berat buatmu karena kamu yang merasakan dan mengalaminya dan kamu masih tidak rela dan tidak ikhlas untuk menerima kenyataan bahwa Arsenio adalah ayah dari Giovanni. Tapi tetap saja Arsenio adalah ayah biologis dari Giovanni. Kamu tidak mungkin mengelaknya. Bagaimana pun juga suamimu harus tahu kebenarannya. Kecuali suamimu tidak ada hubungannya dengan Arsenio. Ataupun Arsenio tidak menemuimu. Mungkin itu beda lagi ceritanya. Ibu tidak minta untuk kamu buru-buru mengatakannya. Ingat, Adel sekali lagi jangan sampai

    Last Updated : 2024-05-22
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 24. Kenapa kamu selalu marah?

    Arsenio langsung membelalakkan matanya ketika mendengar pertanyaan dari Vino. Dia pun bingung harus menjawab apa. Dia malah menatap tajam wajah Vino. Vino menyadari Arsenio seperti marah terhadapnya. "Maaf, Pak jika pertanyaan saya sangat lancang. Saya hanya penasaran saja. Kenapa, Pak ...." "Karena anakmu sangat lucu dan tampan," jawab Arsenio lalu tersenyum. Vino merasa tidak puas dengan jawaban Arsenio. Dia menghela napas pelan dan lagi-lagi memperhatikan wajah Arsenio dengan seksama. "Wajahnya benar-benar mirip dengan Giovanni," batin Vino lalu menggelengkan kepalanya dan malah melamun. Arsenio mengerutkan keningnya karena melihat Vino malah melamun sambil memperhatikan wajahnya. "Kamu kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?" Suara Arsenio mengagetkan lamunannya. "Maaf, maaf, Pak Arsenio saya jadi melamun." "Hhhmm ...."

    Last Updated : 2024-05-23
  • Mengandung Benih CEO   Bab. 25. Ada apa di antara mereka?

    "Apa! Menghadiri ulang tahun Giovanni? Bos kamu terlalu ikut campur, buat apa mau menghadiri ulang tahun anakku?" Adelia menggelengkan kepalanya. "Ya, mana aku tahu, Sayang. Ya, sudah biarkan saja. Harusnya kamu senang dong, bos aku mau menghadiri ulang tahun Giovanni. Itu tandanya Pak Arsenio perhatian. Walaupun aku juga bingung sama Pak Arsenio. Pak Arsenio sepertinya kepincut sama Giovanni," ujar Vino lalu memperhatikan wajah Adelia secara intens. "Kamu kenapa? Kok, jadi murung begitu, sih?" tanya Vino. "Tidak apa-apa, Sayang," jawab Adelia lalu tersenyum dipaksakan, padahal di dalam hatinya merasa kesal terhadap Arsenio. Vino pun tersenyum dipaksakan setelah mendengar jawaban dari Adelia. Dia bingung dengan tingkah sang istri. Kenapa Adelia selalu kesal dan marah jika semuanya berhubungan dengan Arsenio. Namun, Vino lebih memilih untuk tidak membahasnya.

    Last Updated : 2024-05-24

Latest chapter

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 57. Mama sudah buat malu

    Adelia langsung memperhatikan Arsenio yang sudah berada di hadapannya. "Ada apa?" bingung Arsenio. "Papa bawa apa?" Giovanni tiba-tiba bertanya kepada Arsenio. "Ini, Papa bawa oleh-oleh buat kalian." Arsenio menyerahkan papper bag kepada Gio. "Makasih, Pa." Giovanni langsung membukanya. "Iya, Sayang," jawab Arsenio lalu menoleh kepada Adelia yang masih terpaku memperhatikannya. "Kita akan menikah. Jadi tidak apa-apa Gio memanggilku seperti itu." "Tapi kita belum menikah." Adelia memelankan suaranya. "Tapi aku ayahnya," bisik Arsenio kepada kuping Adelia. Adelia hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau Arsenio sudah begitu. *** Bu Martha dan Vlora sedang duduk di kursi taman belakang. "besok kita harus pulang, Vlora,

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 56. Seandainya Om Arsen jadi Papamu

    Arsenio sedang berdiam diri balkon. Dia menatap langit malam. "Kenapa tiba-tiba aku teringat Adelia?" monolog Arsenio lalu melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam waktu Singapura. "Di Jakarta masih pukul sembilan. Aku harap Adelia belum tidur." Arsenio mengambil benda pipih yang tersimpan di atas meja kemudian menghubungi Adelia. Sementara Adelia. Dia baru saja akan memejamkan matanya. Ponselnya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. "Arsen!" ucap Adelia dan tanpa sadar dia tersenyum lalu mengangkatnya, "Hallo, Arsen. Ada apa?" tanya Adelia. "Hallo, Adelia. Aku tidak mengganggumu, 'kan? Maaf malam-malam begini aku menghubungimu," kata Arsenio. "Iya. Tidak apa-apa kok, Arsen. Kebetulan aku belum tidur."

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 55. Kamu tolak keinginan anak Tante!

    Adelia langsung membelalakkan matanya ketika melihat Bu Martha tiba-tiba masuk ke ruangannya. Begitu pula dengan Bu Wulan."Saya boleh duduk, 'kan?" Bu Martha langsung duduk di sofa. "Silakan, Tante." Adelia menatap Bu Martha dengan penuh pertanyaan. "Oh, iya, Tante. Perkenalkan ini ibu saya." Adelia menoleh kepada sang bunda. Bu Wulan langsung menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada Bu Martha. Bu Martha pun membalas menundukkan kepalanya kepada Bu Wulan dengan wajah angkuhnya. "Adel. Ibu keluar dulu, ya." Bu Wulan menghampiri Adelia lalu menoleh kepada Bu Martha. "Silakan berbicara dengan anak saya," ucap Bu Wulan lalu meninggalkan mereka berdua. "Ada apa, Tante?" tanya Adelia setelah sang bunda sudah tidak terlihat lalu duduk di sofa besebrangangan dengan Bu Martha. "Kamu mencintai anak Tante?" tanya Bu Martha tanpa basa-basi, "kamu jangan coba-coba menggoda anak Tante!" lanjut Bu Martha. "Memangnya kenapa

DMCA.com Protection Status