Share

Bab 30. Penjelasan Papa

Penulis: Kiaria Ann
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sheyra tidak tahu apa yang harus dia lakukan ketika takdir kembali mempertemukannya dengan sang Papa di restoran tempat dia dan Arya akan makan siang. Dia tidak tahu harus mengatakan apa saat perjumpaan itu akhirnya kembali terjadi setelah tragedi pengusiran dan tidak dianggapnya Sheyra sebagai anak.

Sheyra yang jadi bingung sendiri, apakah dia harus mengiyakan permintaan Papa yang ingin berbicara kepadanya atau lebih baik menolaknya demi menjaga kewarasan jiwa dan raga. Sebenarnya, dia hanya takut akan mendapatkan umpatan atau kata-kata kasar lagi dari pria yang telah membuat Sheyra ada di dunia ini.

"Boleh Papa bicara sama kamu?" tanya sang Papa yang kembali mengulang pertanyaannya, setelah pertanyaan pertamanya tak mendapatkan jawaban.

"Iya," jawab Sheyra mengangguk ragu.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Sheyra, sang Papa pun mengambil posisi duduk pada kursi yang tadinya Arya tempati sambil kedua tangan beliau diletakkan di atas meja—dengan posisi saling menggenggam.

"Rad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 31. Setuju

    Setelah pamit untuk pergi ke toilet, tidak berapa lama Arya telah kembali. Namun, ketika melihat ada orang lain di tempat duduk yang dia pesan bersama Sheyra, seketika itu juga Arya mengurungkan niatnya untuk mendekati Sheyra. Diamatinya dengan seksama siapa pemilik wajah yang sudah tidak asing lagi di ingatannya itu. Ketika sadar bahwa sosok itu merupakan ayah Sheyra, Arya pun menegang dan sudah bersiap untuk mendekat. Namun ketika menyaksikan Sheyra yang tersenyum, seperti terlihat baik-baik saja, seketika itu juga Arya memilih untuk menunggu Sheyra selesai berbicara dengan papanya. Dia memutuskan duduk di salah satu kursi yang tak berpenghuni. Bahkan, saat seorang pramusaji berniat mengantarkan makanan ke mejanya, saat itu juga Arya mencegah. "Mas? Mau antar pesanan ke meja nomor lima ya?" tanya Arya memastikan. Ketika sang Pramusaji itu mengangguk, Arya pun kembali berkata. "Kalau antarnya ditunda dulu boleh nggak? Soalnya, lagi ada pembicaraan penting. Takutnya ganggu. Kebetul

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 32. Pernah bertemu

    Matahari di Minggu pagi itu begitu terasa hangat menyentuh kulit Sheyra yang saat ini sedang berjemur di balkon kamarnya. Hal itu pun membuat Sheyra memejamkan mata, merasakan fenomena alam yang telah Tuhan suguhkan untuknya. Kelopak matanya baru terbuka saat mendengar obrolan di bawah sana, tepatnya di jalanan kompleks perumahan tempatnya tinggal. Ada beberapa ibu-ibu yang sedang berjalan ke arah yang sama, mungkin untuk berbelanja di warung sayur langganannya. Sheyra bisa menebak demikian sebab dia selalu mengamati hal tersebut. Dan sudah bisa Sheyra pastikan, tidak berapa lama ibu-ibu kompleks itu akan kembali dengan membawa barang belanjaan. Tidak hanya itu, ibu-ibu itu pun pasti akan mengobrol lagi di pinggir jalan sekembalinya dari berbelanja. Mengingat hal itu pun, Sheyra seketika tersenyum sambil menggelengkan kepala. Saat Sheyra berniat mengamati lagi pemandangan di bawah sana, tiba-tiba saja dua lengan besar melewati pinggangnya, kemudian berlabuh di depan perutnya, mende

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 33. Marah?

    Sekarang Sheyra mulai ingat kalau dulu, dia memang pernah bertemu kakak iparnya. Itu pun sudah terjadi sejak lama sekali sampai Sheyra sudah lupa tepatnya kapan. Namun yang membuat Sheyra tidak menyangka ialah, saat kakak ipar Arya itu mengenalinya sebagai kekasih Kafka, bukan sebagai teman Arya—pada saat itu. "Bener nggak sih? Atau aku yang salah sangka?" ucap Disa mengulang pertanyaannya karena pertanyaan yang pertama belum menemui jawaban. Sheyra ingin berbohong, tetapi untuk apa? Semua orang juga tahu kalau dulunya Sheyra adalah kekasih Kafka dan hidupnya seperti hanya seputar dari lelaki itu. "Iya. Tapi, itu dulu, Kak," jawab Sheyra setelah mengumpulkan keberaniannya yang sempat menghilang dari jangkauan. "Iya sih. Setiap orang pasti punya masa lalu begitu juga dengan Arya." Kakak iparnya itu pun mengangguk-angguk maklum, tetapi bukan itu yang menjadi sorotan bagi Sheyra, melainkan karena tentang kata 'masa lalu' yang sempat kakak iparnya itu katakan. "Masa lalu? Apa selama

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 34. Anu

    Di Melbourne."Papa ke mana, Ma?" tanya Kafka ketika dia baru bergabung dengan sang Mama di meja makan. Saat dia tidak menemukan keberadaan papanya untuk yang kesekian kali saat makan malam, saat itu juga dia merasa heran. "Biasa ... Lembur," jawab sang Mama sambil bergerak mengambil nasi, kemudian mengisinya ke atas piring kosong di depan Kafka. "Lembur lagi?" tanya Kafka setengah tak percaya. Bu Diana hanya mengangguk sebagai jawaban sebab fokusnya sedang tertuju pada menu makanan di depan beliau. "Makan, Ka." Sambil mengetuk piring Kafka pelan. Jika mamanya sudah seperti itu, maka Kafka sudah tidak diizinkan lagi untuk bertanya. Yang bisa dia lakukan hanyalah menurut dan segera mengabiskan makanan yang telah makannya ambilkan. Ya. Kafka memang sudah pulang lagi ke apartemen orang tuanya. Selain karena tak punya uang yang cukup untuk menyewa apartemen sendiri, dia juga tidak mungkin merepotkan Richelle setiap hari. Akhirnya, atas bujukan dari Bu Diana, Kafka pun setuju untuk pu

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 35. Aku ayahnya

    Beberapa bulan kemudian.. Oek.. oek.. Suara tangis bayi itu terdengar menggema di ruangan bersalin—yang berada di rumah sakit ibu dan anak— yang telah keluarga Arya pilihkan untuk Sheyra. Suara bayi mungil itu berhasil menggetarkan perasaan orang-orang yang kini berada di dalam ruangan, termasuk para tenaga medis yang menangani proses melahirkan tersebut. "Selamat, Pak, Bu, anaknya lahir dengan sehat dengan jenis kelamin laki-laki," ucap Dokter Alin, yang menangani proses melahirkan Sheyra. Sheyra mengangguk saja sebab kini perhatiannya sedang tertuju pada Arya. Pria itu tengah mengambil alih bayinya dari sang Perawat untuk kemudian dipindahkan pada lengannya. Dari jarak pandangnya saat ini, Sheyra bisa melihat bagaimana kedua mata tegas itu menitikkan air mata, tetapi dengan kedua sudut bibirnya yang tertarik ke atas dengan saling berlawanan arah. "Namanya Aksara Airlangga," ujar Arya yang membuat Sheyra pun tak kuasa menahan laju air matanya. Mendadak Sheyra menangis

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 36. 'Bermain'

    Entah mengapa, akhir-akhir ini perasaan Sheyra menjadi sangat sensitif dan gampang menangis. Bahkan, dia sampai menangisi Arya sebab merasa terharu setiap kali melihat suaminya itu yang rela ikut begadang saat Aksa terbangun tengah malam. Tak jarang, Arya lah yang kembali menidurkan Aksan setelah Sheyra selesai menyusui. Bagai anak dan ayah yang terikat darah, Aksa tampak begitu nyaman dalam gendongan Arya dan tak perlu menunggu lama, mata bulat dan kecilnya itu kembali terpejam dan terlelap. Seperti sekarang ini. Sheyra masih begitu betah memandangi punggung Arya yang kini sedang membelakanginya. Punggung itu tampak bergerak pelan karena kedua lengan Arya sedang menimang-nimang Aksa. Menyaksikan hal itu, Sheyra pun tersenyum dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca. Dia bahagia melihat hal itu, tetapi di sisi lain dia juga merasa khawatir pada masa yang akan datang. Khawatir bahwa apa yang saat ini sedang dimiliki dan dinikmatinya itu hanyalah sementara sebab badai bernama Kaf

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 37. 'Main'

    Kafka berjalan cepat menuju lift dan saat dua bilah pintunya terbuka, Kafka segera masuk ke dalam ruang sempit itu sampai benda kotak itu membawanya ke lantai paling dasar. Kedai kopi di seberang jalan adalah tujuan utamanya saat ini. Mungkin dengan menikmati secangkir Espresso dan asap nikotin, bisa membuat riuh dan penuh di kepalanya sedikit berkurang. Sehingga, dia memiliki sela untuk berpikir mengenai bagaimana caranya dia memberitahu sang Mama tentang kelakuan Papa. Ketika sudah masuk ke dalam kedai yang hanya di buka malam hari itu pun, Kafka langsung mengatakan pesanannya. Setelah barista yang berjaga mencatat, Kafka pun langsung berlalu untuk mencari tempat duduk, dan meja di sudut ruangan merupakan incarannya. Sayangnya, ketika dia baru mendudukkan diri di kursi tersebut, justru hal yang pertama kali Kafka ingat ialah sosok Sheyra. Harusnya tidak boleh seperti itu karena Sheyra bisa dia urus lain waktu. Akhirnya, dia mencoba kembali fokus pada permasalahan kedua orang tua

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 38. Ketahuan

    Di hari Minggu siang itu, suasana rumah cukup sibuk sebab orang-orang sedang turut mempersiapkan acara aqiqah untuk Aksa. Ada Disa dan suaminya, bahkan Pak Anjasmara dan Radit pun ikut membantu persiapan acara untuk nanti malam tersebut. Ya. Semenjak hari di mana Sheyra bertemu tidak sengaja dengan papanya, semenjak itu juga hubungannya dengan sang Papa membaik. Tak jarang, saat beliau mengajak Sheyra bertemu, Raditya jug ikut sehingga hubungan yang telah ada itu pun kembali terjalin dengan sangat baik. "Udah, kamu duduk aja. Baru lahiran tuh nggak boleh sampai kecapekan," suruh Disa ketika melihat Sheyra yang terlihat mondar-mandir membawa piring dan gelas yang akan digunakan nanti malam. "Cuma piring sama gelas doang kok, Kak. Nggak bikin capek juga," jawab Sheyra tidak merasa keberatan. "Ya tapi tetep aja, Shey. Kamu masih nggak boleh angkat yang berat-berat dulu," keluh Disa tampak menunjukkan raut kesalnya. "Kenapa sih, ribut-ribut." Arya yang entah datang dari mana itu pun

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 46. Mulai mencintai

    "Pumping ASI-nya yang banyak sekalian, Shey."Mendengar itu, Sheyra pun sontak menggelengkan kepala sambil terkekeh pelan. "Aku nggak lama kok, Ma. Habis dari makam rencananya mau langsung pulang. Sekalian biar Arya bisa istirahat di rumah. Mumpung lagi hari Minggu," ujarnya menjelaskan. Bu Hanum yang sedang menimang-nimang Aksa di dekat pintu balkon kamarnya pun sontak berjalan mendekat dengan bibir beliau yang terlihat mencebik. "Lama juga nggak papa, Shey. Udah lama juga kamu nggak pergi jalan sama Arya. Soal Aksa, kamu tenang aja. Mama akan jaga cucu Mama dengan baik. Makanya, Mama suruh kamu untuk pumping ASI lebih banyak, takutnya Aksa lahap banget minumnya." Sheyra mendongak kaget. Kedua matanya pun berkedip-kedip lama dengan kondisi bibir yang terbuka. Dalam benaknya pun bertanya-tanya mengenai, hal baik apa yang sudah dia lakukan di masa lalu hingga di masa kini dia mendapatkan seorang ibu dan ayah mertua yang selayaknya orang tua kandung? "Mama ... Nggak papa aku titipin

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 45. Menawan

    Sheyra baru keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang lebih segar. Dia masih mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuhnya serta sebuah handuk kecil yang melilit di atas kepala, guna mengeringkan rambutnya yang basah karena baru saja keramas. Ketika melirik pada ranjang bayi, putranya itu masih terlelap. Mungkin karena pukul tiga pagi tadi Aksa terbangun dan sempat bermain sebentar dengan Arya. Setelah itu, baik Aksa maupun Arya, keduanya sama-sama kembali tidur hingga membuat keduanya belum juga bangun padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Pandangannya pun beralih pada Arya yang masih bergelung fi bawah selimut tebalnya. Bibirnya seketika mengulas senyum manis sedangkan kakinya memutuskan berjalan mendekat dan berakhir duduk di pinggiran ranjang. "Arya? Bangun. Udah siang. Nanti kamu telat ke kantor loh," pinta Sheyra dengan suara lembutnya. Namun, hal itu tidak sedikit pun mengganggu tidur nyenyak suaminya karena dia hanya menggeliat sambil membalik

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   BB 44. Seberapa jauh

    Sudah tiga hari ini Arya masih mendiamkan Sheyra. Bahkan, selama tiga hari itu juga Arya tidur di kamar yang berbeda. Dia hanya akan masuk ke kamarnya ketika butuh mengambil pakaian ganti dan barang-barang pribadi yang dibutuhkan untuk bekerja. Atau, sesekali akan masuk ketika mendengar Aksa menangis karena Arya selalu berhasil menenangkan sang Putra dan membuatnya kembali tertidur pulas. Malam ini, Sheyra tidak akan membiarkan Arya tidur di kamar lain lagi. Dia akan berusaha untuk membujuk suaminya itu agar mau berbaikan lagi. Karena mendapati sikap Arya yang seperti itu, justru sangat tidak nyaman dan membuat Sheyra ketakutan. Entahlah. Semenjak Arya bersikap cuek dan tak peduli padanya, sejak itu juga Sheyra merasa telah kehilangan sosok yang selalu menjaganya. Namun karena hal itu juga, Sheyra menjadi sadar bahwa kehadiran Arya di sisinya yang akan selalu memberikan dukungan serta mau mendengar segala keluh kesahnya itu adalah hal yang sangat dirinya butuhkan. Dan bisa dikataka

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 43. Hanya orang luar

    Dua minggu kemudian, kondisi kesehatan Bu Diana sudah semakin membaik, dan saat Kafka berkonsultasi pada dokter mengenai kepulangan mamanya ke Indonesia, dokter pun mengizinkan. Dengan catatan, mamanya itu harus tetap meminum obat yang sudah diresepkan tanpa boleh terlambat satu jam pun. "Segera pesankan tiket, Ka. Mama udah nggak mau tinggal di negara ini lagi," pinta Bu Diana sambil menatap kosong pada pemandangan di luar jendela. Setelah kepulangan Bu Diana dari rumah sakit itu, Pak Hardy belum menemui beliau lagi yang saat ini memilih tinggal di apartemen Richelle untuk sementara waktu. Entahlah. Mengapa suaminya itu bisa melupakan dirinya dengan cepat. Padahal, Bu Diana tidak berharap demikian. Setidaknya, suaminya itu menemui beliau dan meminta maaf atas segala kesalahan serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Namun pada kenyataannya, sang Suami sepertinya benar-benar sudah melupakan cinta dan perjuangan Bu Diana selama lebih dari dua puluh tahun ini. Kafka yang menden

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 42. Marahnya Arya

    Setelah memungut buket bunga dan kotak beludru yang sudah terlanjur jatuh ke lantai, Arya pun langsung berjalan cepat meninggalkan kamar Aksa—untuk kemudian pergi dari rumah dan memutuskan untuk kembali ke kantor. Dia sudah menyempatkan waktu di saat pekerjaannya sedang menumpuk hanya demi memberikan kejutan pada Sheyra. Namun yang dia dapat setelahnya justru hanya perasaan kecewa. "Harusnya, aku nggak perlu sekecewa ini 'kan? Bukankah aku sudah tahu sejak awal lalu Sheyra memang nggak pernah cinta aku?" monolog Arya yang kemudian memukul stir mobilnya kencang sebagai bentuk pelampiasan. Berbeda halnya dengan Sheyra, perempatan itu justru malah mematung sambil memandangi ambang pintu kamar yang masih dalam kondisi terbuka. "Apa itu tadi? Apakah Arya berniat memberiku buket bunga dan..." Ucapannya tak selesai karena terlalu terkejut akan kehadiran Arya yang datang tiba-tiba, lalu pergi dengan tindakan yang sama. "Kenapa aku lihat ada kotak beludru yang jatuh?" gumamnya lagi yang k

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 41. Penyesalan?

    Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, Bu Diana pun di vonis mengalami serangan jantung ringan. Mendengar itu, Kafka tentu saja terkejut sebab mamanya itu tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Ketika Kafka bertanya dengan lebih lanjut, dokter pun menjelaskan bahwa hal itu bisa saja terjadi mengingat usia mamanya yang semakin bertambah tua. Sehingga ketika jantungnya mengalami kejutan, maka sistem kerjanya bisa terhenti secara mendadak. Beruntung, mamanya itu lekas siuman dan dokter bisa memeriksa lebih lanjut mengenai keadaan tubuh sang Mama saat ini. Katanya, tidak ada komplikasi apapun. Hanya gejala serangan jantung biasa. Namun, dokter tetap menyarankan agar mamanya itu selalu menjaga pola hidup sehat dan kurangi aktifitas berat. "Ma?" sapa Kafka ketika dokter dan perawat yang menangani Bu Diana sudah keluar dari ruangan. "Kenapa kamu sembunyikan hal sebesar itu dari Mama?" tanya Bu Diana dengan tatapan yang kosong dan lurus ke depan. "Kafka nggak bermaksud begitu, Ma. A

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 40. CCTV

    Beberapa hari yang lalu saat Kafka mengatakan bahwa suaminya bersama Aster telah bermain kuda-kudaan, saat itu juga Bu Diana tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. Walaupun, setelah itu Kafka menjelaskannya bahwa 'kuda-kudaan' yang putranya itu maksud ialah bermain catur di dalam ponsel milik suaminya. Namun tetap saja, sebagai seseorang yang sudah memiliki pengalaman hidup selama hampir lima puluh tahun, tentunya tidak akan mudah dibodohi dan langsung menelan ucapan Kafka mentah-mentah. Jujur saja, Bu Diana merasa memang ada yang tidak beres di antara suaminya itu dengan Aster karena keduanya sempat berada di dalam apartemen hanya berdua, bahkan dalam waktu yang cukup lama. Kecurigaan beliau pun semakin bertambah kala Bu Diana melihat wajah suaminya itu yang terlihat membiru, seperti baru mendapatkan pukulan di tulang pipinya. Saat Bu Diana bertanya mengenai penyebab wajah suaminya itu tampak membiru, Pak Hardy pun memberikan alasan bahwa itu terjadi karena beliau tidak sengaja t

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 39. Pakai ini, misalnya

    Sebenarnya, Sheyra tidak berniat menguping pembicaraan sang Papa dengan ibu tirinya. Dia hanya ingin menghampiri beliau untuk meminta papanya bergabung dalam kegiatan makan bersama siang itu. Ketika dia tiba di meja makan dan tidak menemukan keberadaan papanya di sana, dengan segera Sheyra pun mencari beliau, lalu menemukannya di teras samping rumah. "Papa?" panggil Sheyra melirih saat melihat sang Papa tampak sedang berbincang dengan seseorang di dalam ponselnya. Mungkin, panggilannya itu tidak didengar karena papanya itu tak menoleh. Namun, biarkan saja. Sheyra ingin memberikan waktu pada papanya untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana yang bisa Sheyra duga jika itu merupakan ibu tirinya—terbukti dari panggilan 'Mama dan Papa' yang tersemat dalam percakapan tersebut. Karena posisi Sheyra yang sedang berdiri tidak jauh dari tempat papanya saat ini, dia pun samar-samar mendengar topik pembicaraan yang ada. Dan ketika papanya itu berkata bahwa beliau sedang bermain golf be

  • Mendadak Jadi Istri Sahabat Kekasihku   Bab 38. Ketahuan

    Di hari Minggu siang itu, suasana rumah cukup sibuk sebab orang-orang sedang turut mempersiapkan acara aqiqah untuk Aksa. Ada Disa dan suaminya, bahkan Pak Anjasmara dan Radit pun ikut membantu persiapan acara untuk nanti malam tersebut. Ya. Semenjak hari di mana Sheyra bertemu tidak sengaja dengan papanya, semenjak itu juga hubungannya dengan sang Papa membaik. Tak jarang, saat beliau mengajak Sheyra bertemu, Raditya jug ikut sehingga hubungan yang telah ada itu pun kembali terjalin dengan sangat baik. "Udah, kamu duduk aja. Baru lahiran tuh nggak boleh sampai kecapekan," suruh Disa ketika melihat Sheyra yang terlihat mondar-mandir membawa piring dan gelas yang akan digunakan nanti malam. "Cuma piring sama gelas doang kok, Kak. Nggak bikin capek juga," jawab Sheyra tidak merasa keberatan. "Ya tapi tetep aja, Shey. Kamu masih nggak boleh angkat yang berat-berat dulu," keluh Disa tampak menunjukkan raut kesalnya. "Kenapa sih, ribut-ribut." Arya yang entah datang dari mana itu pun

DMCA.com Protection Status