Beranda / CEO / Mendadak Jadi Istri Presdir / Bab 3 - Tidur Satu Ranjang

Share

Bab 3 - Tidur Satu Ranjang

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 15:16:58

Tubuh Aruna mematung, tetapi otaknya berputar cepat demi mencerna suatu fakta bahaya yang baru saja ia terima. 

‘Jadi, dia akan tidur satu ranjang dengan… Pak Rafael?’

Aruna rasanya ingin pingsan.

Pertama, Rafael adalah bosnya sendiri. Walau beberapa menit yang lalu pria itu sudah tercatat resmi menjadi suaminya, tapi tetap saja pria itu adalah bosnya di kantor! Hubungan mereka bahkan tidak sedekat itu!

Kedua, Rafael itu pria dan Aruna adalah wanita. Dua orang berbeda jenis kelamin dan tidur bersama dalam satu tempat tidur tentu sangat membahayakan. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?!

Dan parahnya, Rafael masih bertanya “kenapa”?

Aruna tersentak oleh pikirannya sendiri dan buru-buru menggeleng. “Oh, nggak apa-apa, Pak,” sahutnya dengan air muka pucat pasi.

Melihat itu, Rafael mengangkat bahu dan memilih untuk tak peduli. Setelah mengambil handuk, dia beranjak ke arah kamar mandi. 

Sepeninggal Rafael, sekujur tubuh Aruna langsung melemas. Dengan lunglai ia melempar tubuh ke sofa kecil yang terletak di ujung kamar dan merosot dari sandarannya. 

Aruna memejamkan mata erat sembari menggigit bibirnya secara frustasi. Ia lalu menutup wajahnya menggunakan dua tangan sementara sepasang kakinya dihentak-hentakkan di lantai.

Kalau satu jam lalu dia dan bosnya itu telah menikah, bukannya itu berarti malam ini adalah malam pernikahannya?

“Aku harus bagaimana nanti?!” Aruna meraung putus asa. Rasanya, ia ingin sekali menghilang dari muka bumi.

Malamnya, Aruna bergeming dan tak berpindah dari duduknya sejak beberapa jam lalu. Ia duduk tegak, seakan sibuk menggulir ponselnya. Padahal, matanya sesekali melirik Rafael secara berkala.

Perasaannya kalang kabut tiap menyaksikan Rafael yang tengah berbaring di salah satu sisi tempat tidur, dengan kepala dan sebagian bahu menyandar pada bantal. 

Pria itu juga sedang sibuk menekuri tab sambil memasang tampang serius.

Dengan samar Aruna mengernyitkan wajah. Jantungnya seakan mencelos membayangkan situasi di mana ia akan tidur bersama Rafael di sana.

“Kamu tidak tidur?” Suara bariton tegas milik Rafael langsung membuat Aruna tergagap.

Sontak ia menegakkan badan dan siaga memasang ekspresi netral untuk menjawab pertanyaan Rafael. “Oh, tidak. Maksud saya─belum. Anda tidur duluan saja, Pak.”

Tak ada respons apa pun dari Rafael membuat Aruna lekas menyandarkan badannya agar terlihat lebih rileks.

Sementara di mata Rafael, ia jelas dapat menangkap kegugupan perempuan itu. Bagaimana tidak, ujung kaki Aruna dari tadi terus-menerus bergerak cepat tanpa henti. 

Apalagi dalam waktu satu menit, gadis itu sudah mengganti posisi duduknya beberapa kali.

“Kamu tidur di sini saja. Saya di sofa,” cetus Rafael yang langsung bangkit dari posisinya.

Seketika Aruna terperangah. Mau tak mau ia segera berdiri saat pantat Rafael mulai menyentuh kulit sofa. 

Dengan canggung, Aruna mengikuti kata hatinya untuk berderap ke arah tempat tidur dan membaringkan diri di sana. 

Tak lupa ia menarik selimut sehingga sebagian badannya tertutupi.

Tanpa diketahui perempuan itu, ujung bibir Rafael tertarik ke atas mendapati Aruna memutuskan untuk segera tidur setelah ia berpindah tempat. 

Terlihat jelas sekali kalau sekretarisnya tersebut keberatan tidur dengannya dalam satu ranjang.

Sebisa mungkin Aruna memejamkan mata agar cepat tertidur, tapi percuma. Setiap matanya tertutup, isi kepalanya selalu dipenuhi oleh rasa tak tega karena telah membiarkan bosnya tidur di sofa yang kecil.

‘Bagaimana kalau punggung Pak Rafael sakit? Terus, apa jadinya kalau besok Pak Rafael jadi tidak bisa bekerja maksimal gara-gara ia tidur tidak nyaman di sofa?’ Pikiran Aruna berperang sendiri.

Perlahan Aruna mengangkat pandangannya ke arah Rafael yang sesekali bergerak tak nyaman di sofa. Melihat itu, Aruna mulai mengeratkan cengkeraman jemarinya pada serat selimut.

“Pak?” Aruna berkata dengan lirih.

“Hmm?”

“Saya nggak keberatan kalau Anda tidur di sini. Sofa itu terlalu kecil. Takutnya Anda merasa tidak nyaman”. 

Setelah Aruna berkata demikian, Rafael segera bangkit dan berpindah. Tepat saat pria tersebut hendak merebahkan tubuhnya di ranjang, Aruna secepat kilat menarik sebuah guling dan menaruhnya di tengah.

Dalam kondisi canggung seperti itu, Aruna lebih memilih memunggungi Rafael dan berharap bisa terlelap lebih cepat. 

Keesokan harinya, Aruna menggeliat dan berniat untuk bangun. Namun, sebelum ia membuka mata, dia menyadari kalau sesuatu yang berat melingkari pinggangnya dan hembusan napas seseorang terasa jelas di puncak kepalanya.

Detik berikutnya, Aruna terpekik halus dan refleks menjauhkan kepalanya dari dada Rafael dan wajah tampan pria itu yang kini tepat di hadapannya saat ia mendongak. 

Samar-samar Aruna dapat menghidu aroma maskulin dari tubuh Rafael yang kini berada tanpa batas dengan tubuhnya. Pantas saja tidurnya terasa hangat dan nyaman!

Perlahan Aruna beringsut serta memindahkan tangan Rafael dengan was-was. Jangan sampai bosnya menyadari kejadian ini!

Namun, nahas. Tepat ketika tangan Aruna memegang lengan Rafael, pria itu turut  menggeliat dan membuka mata. Pandangan keduanya saling bertubrukan secara kikuk. 

Hal itu membuat Aruna langsung menarik tangan Rafael dari pinggulnya dan segera menyambar ponselnya yang terus-menerus berbunyi.

Rupanya Raka sudah meneleponnya beberapa kali sejak tengah malam. Aruna kemudian tak punya pilihan lagi selain menjauh dari Rafael dan menerima panggilan abangnya itu.

“Halo, Bang?” sahut Aruna ragu.

“Ke mana saja kamu?! Kenapa telepon dari abang nggak kamu angkat?”

Aruna menghela napas gugup. Abangnya ini memang dari dulu selalu bersikap lebih protektif dari seorang kekasih. Sesekali ia melirik Rafael yang mengubah posisi tidurnya. Tampaknya, pria itu berniat untuk melanjutkan mimpi.

“Abang nggak usah khawatir. Sekarang Aruna sudah menikah, Bang.”

“Apa?! Menikah dengan siapa kamu? Ngawur! Jangan bercanda, Aruna! Kamu saja belum pernah memberi tahu siapa pacarmu itu!” Dari seberang telepon, suara Raka semakin meninggi.

Aruna menggigit bibir. 

“Siapa dia? Orang mana? Pekerjaannya apa? Sudah seenaknya menikah tanpa izin, jangan sampai pula kamu menikahi lelaki sembarangan!” serang abangnya dengan serentetan pertanyaan.

Saking cemasnya, Aruna lagi-lagi mencuri pandang ke arah Rafael. Pria itu rupanya sudah bangun dan terduduk di tepi ranjang sembari memandang lurus ke arahnya.

“Dia orang baik, kok. Bertanggung jawab juga. Aku serius,” bisik Aruna semakin merendahkan nada bicaranya. Ia berharap kalau dengan begitu amarah abangnya juga bisa mereda.

“Hanya abang yang bisa menilainya. Segera bawa dia ke rumah sekarang! Abang tunggu kedatangan kalian sebelum jam berangkat kerja!!” 

Bab terkait

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 4 - Ke Rumah Nathaniel

    Mata Aruna membelalak setelah mendengar titah abangnya. Sebelum menyahut, ia sempat berpaling ke belakang dan bertemu pandang dengan mata dingin milik Rafael.“Bang, sepertinya nggak bisa,” tukas Aruna dengan jantung yang kian berdegup kencang.“Kenapa begitu? Abang ingin tahu bagaimana suami yang kamu pilih itu. Jadi, nggak ada tapi-tapian!! Pokoknya abang tunggu!”Tut.“Tapi, Bang!─halo?!”Sambungan telepon yang sudah diputus sepihak oleh Nathan membuat bahu Aruna langsung berangsur turun. Tanpa bisa dilihat Rafael, Aruna memejamkan mata rapat sambil menekuk wajah. Amat frustasi dengan hal mengejutkan yang ia hadapi pagi-pagi begini.“Siapa?” Sebuah suara berat dari belakang membangunkan kesadaran Aruna dan membuatnya terlonjak.Gadis itu lantas cepat-cepat menoleh dan mendapati Rafael yang tengah menatapnya intens. “Barusan abang saya menelpon, Pak.”Bukannya lega, Aruna justru bertambah panik karena setelah melayangkan jawaban tersebut, dua alis tebal Rafael menyatu sempurna. “A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 5 - Cincin Pernikahan

    Perkataan Nathan membuat Aruna syok. Bagaimana bisa abangnya membongkar kejadian memalukan itu di depan Rafael? Di pertemuan pertama mereka pula?!Rasaya dia ingin mengubur diri saja! Dengan kesal Aruna lalu mengangkat kakinya dan menginjak kaki Nathan di bawah meja. Namun, pria itu malah tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk muka Aruna yang sekarang sudah memerah bagai tomat.“Bang!!” seru Aruna lagi. Kini wajahnya sudah memerah sempurna.Namun, bukannya berhenti, Nathan malah semakin kencang menggoda Aruna.“Lihat! Lihat wajahnya! Salah sendiri waktu itu ngeyel tidak mau ke kamar mandi. Setelah ketahuan ngompol, kamu malah lari. Padahal lelaki yang kamu sukai itu melihat kejadian itu lho!”Ingin rasanya Aruna pergi dan menyumpal mulut Nathan dengan serbet dapur. Namun, tak mungkin ia melakukan itu di depan Rafael yang notabene adalah bosnya!Perilaku Nathan dan cerita-ceritanya membuat Aruna tak lagi memiliki muka untuk diperlihatkan. Jadi, dia hanya bisa menutup wajahnya dengan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 6 - Keluarga Pranandaru

    “Nanti panggil saya ‘sayang’ agar tak mencurigai pernikahan kita ini.”Rafael berbisik di telinga Aruna dan menggandeng tangannya saat mereka baru saja tiba.Aruna terkejut, tapi dia langsung tersenyum dan balas menggandeng tangan Arjuna hingga membuat pria itu turut tersentak. Begitu mereka tiba di ruang makan, ibu Rafael, Rianty langsung menghampiri. Mata wanita paruh baya itu membelalak bingung kala menyaksikan Aruna, sekretaris yang bekerja di perusahaan Rafael tengah berdiri di samping putranya dengan tangan yang saling bergenggaman.“Kenapa Aruna bisa ikut ke sini?” Rianty bertanya tanpa basa-basi.“Sebelumnya aku sudah bilang kalau akan menikah dengan perempuan pilihanku sendiri, kan?” Rafael berkata sambil melirik singkat ke arah Aruna. “Aruna ini adalah istriku sekarang.”“Apa?!” Rianty memekik kaget. “Kamu jangan bercanda, Rafael?!”“Lebih baik kami duduk dulu.” Rafael melepaskan genggaman tangannya pada Aruna, dan beralih menelusupkan tangannya ke pinggang gadis itu. Meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 7 - Kak Rafael~

    Gerakan kedua tangan Aruna yang tengah mencuci piring terhenti.Mata Aruna mengerjap cepat. Perlahan ia menoleh dan mendapati Rianty menarik badannya sambil menyunggingkan senyum puas.“Lagi pula, aku juga sudah mempersiapkan istri yang lebih baik untuk Rafael.” Rianty mengucapkannya dengan membusungkan dada.Kalau sudah begini, Aruna tak boleh lengah. Rianty saja sudah menyatakan ultimatum untuk mengawasinya, berarti ia harus melakukan aktingnya secara rapi juga.Bagaimanapun ia tak mau mengecewakan Rafael.Aruna lalu meletakkan sebuah piring yang baru saja ia cuci bersih, lantas berhadapan langsung dengan Rianty.“Tapi, Ma. Saya memang sudah menjadi istri sah Rafael. Bahkan pernikahan kami sudah tercatat resmi di kantor catatan sipil dan diakui negara,” tegas Aruna berusaha meyakinkan Rianty.Mata Rianty melebar. Ia tampak membeku di tempat dengan sorot tatapan tak percaya.“Apa katamu? Jangan panggil aku mama karena aku belum menyetujui kamu jadi istri Rafael!”Aruna menghela napas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 8 - Perempuan Asing?!

    “Siapa perempuan itu? Beraninya dia memeluk bos kita!!”"Seumur-umur mimpiku adalah untuk berjabat tangan dengan Pak Rafael, tapi bisa-bisanya dia sudah dipeluk perempuan asing!""Tapi Pak Rafael diam saja. Apa mereka saling kenal?!"Suara di sekitar Rafael dan perempuan asing itu mulai berkasak-kusuk di belakang.Menyadari perhatian semua orang tersita padanya, Rafael berusaha keras melepas pelukan wanita tersebut. Bahkan sampai setengah mendorong karena rengkuhan tangan perempuan itu begitu kuat.“Kak Rafael kenapa? Bukannya kayak dulu sering kupeluk?” ujar sosok wanita manis bertubuh ramping itu kini merengut karena perlakuan Rafael.“Melania?!” Mata Rafael yang awalnya terkejut kini menatap datar ke arah sosok perempuan itu.Kenapa dia ada di sini?!Namun, belum sempat Rafael mencerna situasi yang sedang ia hadapi, Melania sudah bergerak memeluknya lagi. Kali ini bahkan lebih erat hingga Rafael merasa risih.“Aku sangat merindukanmu, lho Kak Rafael! Biarkan aku peluk kakak lebih l

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 9 - Jangan Dekat Rafael!

    Ka-kapan kamu menikah, Kak Rafael?”Tepat saat itu seseorang yang berada di belakangnya secara refleks menjatuhkan barang. Ketika Rafael menoleh, Melania sudah membuka mulutnya lebar.“Sudah dulu, Ma. Kita bicarakan lagi nanti.”Rafael segera memutus teleponnya, lantas berderap ke arah Melania yang tengah mematung di depan pintu.“Kamu tadi menguping pembicaraanku?” tanya Rafael memastikan.Awalnya Melania hanya menekuk bibir. Tetapi, perlahan sepasang matanya berkaca-kaca.“Apa benar kamu sudah menikah, Kak Rafael? Dengan siapa?” kejar Melania tak memedulikan pertanyaan dari pria di hadapannya.Rafael mengembuskan napas kasar. Urusannya semakin runyam sekarang.Siapa suruh menguping pembicaraan orang lain?“Ya, aku sudah menikah. Maka dari itu, aku tidak bisa menerima pertunangan denganmu apa pun alasannya.”Tangis Melania langsung pecah. Apalagi kini Rafael memilih pergi dan tak mengacuhkannya.Sejumlah karyawan yang tidak sengaja lewat jadi salah fokus menyaksikan Melania sesekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 10 - Sifat Asli Aruna?

    “Selamat datang kami ucapkan kepada Bu Melania Adistira sebagai manajer baru yang akan bergabung di tim produksi.”Seorang pria yang nyaris botak kepalanya tengah berdiri di hadapan seluruh karyawan dari divisi produksi dan mempersilakan Melania untuk maju ke depan.“Nah, ini dia. Kalau rekan-rekan semua belum mengenal wajah cantik beliau. Beliaulah yang akan memimpin tim kita ini ke depannya. Silakan, Bu, sepatah dua katanya.” Pria itu menyerahkan mikrofon kepada Melania yang telah berdiri di sisinya.Sebelum berbicara, Melania menyibakkan rambut panjangnya. Senyumnya yang lebar terukir bangga di bibir.“Selamat pagi semua … wah, terima kasih karena kalian sudah repot-repot mengadakan pesta demi menyambut saya. Apalagi sampai menyediakan kue-kue cantik dan makanan lezat seperti yang ada di depan saya sekarang,” ucap Melania sambil merentangkan sebelah tangan menunjuk berbagai makanan dan kudapan yang berjajar rapi di meja besar.“Harapan saya ke depannya, kita bisa bekerja sama dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 11 - Rencana

    Aruna tercekat. Kini semua orang memandangnya aneh.“Aruna, aku tahu aku salah. Tapi … kenapa sulit banget kamu buat maafin aku,” erang Melania yang masih mencekal kedua kakinya, tak mempedulikan respon Aruna tadi.Netra Aruna beralih lagi kepada Melania.‘Tidak. Ada yang salah di sini. Semua jadi salah paham karena sikap perempuan ini begitu berlebihan.’Padahal Aruna sudah mengatakan tidak apa-apa tadi. Ia tak keberatan jika pakaiannya basah walau setelah ini harus ikut Rafael menemui klien di luar kantor.Salah satu pegawai dari tim produksi lalu bergerak gemas dan menarik tubuh Melania hingga berdiri. Perempuan itu kemudian mencoba meredakan tangis manajer barunya tersebut.“Bu … sudah. Bu Melania kan sudah minta maaf,” ucapnya lembut. Lalu, ia ganti menatap tajam ke arah Aruna yang membeku di tempat.“Memaafkan orang lain yang tidak sengaja menumpahkan minuman apa salahnya sih, Bu? Bu Melania sudah minta maaf berkali-kali. Jujur, saya tidak menyangka kalau Bu Aruna aslinya sekeja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 12 - Olahraga 'Itu'

    “Apartemenmu besar juga ya, Adik Ipar!”Dari depan pintu, baik Nathan maupun Livia sama-sama melongokkan kepala untuk menyaksikan ruang apartemen milik Rafael dari luar. Bibir mereka menganga lebar penuh kekaguman.“Ini serius kami boleh masuk?” tanya Nathan menyipitkan mata. “Nanti jangan-jangan kamu mengusir kami.”Rafael tergelak sambil sesekali menyeka keringat di dahi. Napasnya masih memburu karena baru saja ia melakukan kerja kelompok memindahkan barang Aruna lagi ke kamarnya.“Masuk saja, Mas. Silakan.” Rafael semakin menyibakkan pintunya, mempersilakan kedua orang itu masuk.Nathan dan Livia melewati Rafael dengan masih terpana melihat ruang apartemen yang tengah mereka masuki. Netra mereka terlempar ke sana-kemari penuh takjub.Mereka kemudian bertemu Aruna di ruang tengah. Aruna kala itu tepergok sedang mengipasi wajahnya karena kegerahan.“Abang kok bilangnya mendadak kalau mau ke sini?” protes Aruna.Nathan yang masih repot membantu Livia mengatur dan menaruh tas belanja m

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 11 - Rencana

    Aruna tercekat. Kini semua orang memandangnya aneh.“Aruna, aku tahu aku salah. Tapi … kenapa sulit banget kamu buat maafin aku,” erang Melania yang masih mencekal kedua kakinya, tak mempedulikan respon Aruna tadi.Netra Aruna beralih lagi kepada Melania.‘Tidak. Ada yang salah di sini. Semua jadi salah paham karena sikap perempuan ini begitu berlebihan.’Padahal Aruna sudah mengatakan tidak apa-apa tadi. Ia tak keberatan jika pakaiannya basah walau setelah ini harus ikut Rafael menemui klien di luar kantor.Salah satu pegawai dari tim produksi lalu bergerak gemas dan menarik tubuh Melania hingga berdiri. Perempuan itu kemudian mencoba meredakan tangis manajer barunya tersebut.“Bu … sudah. Bu Melania kan sudah minta maaf,” ucapnya lembut. Lalu, ia ganti menatap tajam ke arah Aruna yang membeku di tempat.“Memaafkan orang lain yang tidak sengaja menumpahkan minuman apa salahnya sih, Bu? Bu Melania sudah minta maaf berkali-kali. Jujur, saya tidak menyangka kalau Bu Aruna aslinya sekeja

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 10 - Sifat Asli Aruna?

    “Selamat datang kami ucapkan kepada Bu Melania Adistira sebagai manajer baru yang akan bergabung di tim produksi.”Seorang pria yang nyaris botak kepalanya tengah berdiri di hadapan seluruh karyawan dari divisi produksi dan mempersilakan Melania untuk maju ke depan.“Nah, ini dia. Kalau rekan-rekan semua belum mengenal wajah cantik beliau. Beliaulah yang akan memimpin tim kita ini ke depannya. Silakan, Bu, sepatah dua katanya.” Pria itu menyerahkan mikrofon kepada Melania yang telah berdiri di sisinya.Sebelum berbicara, Melania menyibakkan rambut panjangnya. Senyumnya yang lebar terukir bangga di bibir.“Selamat pagi semua … wah, terima kasih karena kalian sudah repot-repot mengadakan pesta demi menyambut saya. Apalagi sampai menyediakan kue-kue cantik dan makanan lezat seperti yang ada di depan saya sekarang,” ucap Melania sambil merentangkan sebelah tangan menunjuk berbagai makanan dan kudapan yang berjajar rapi di meja besar.“Harapan saya ke depannya, kita bisa bekerja sama dengan

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 9 - Jangan Dekat Rafael!

    Ka-kapan kamu menikah, Kak Rafael?”Tepat saat itu seseorang yang berada di belakangnya secara refleks menjatuhkan barang. Ketika Rafael menoleh, Melania sudah membuka mulutnya lebar.“Sudah dulu, Ma. Kita bicarakan lagi nanti.”Rafael segera memutus teleponnya, lantas berderap ke arah Melania yang tengah mematung di depan pintu.“Kamu tadi menguping pembicaraanku?” tanya Rafael memastikan.Awalnya Melania hanya menekuk bibir. Tetapi, perlahan sepasang matanya berkaca-kaca.“Apa benar kamu sudah menikah, Kak Rafael? Dengan siapa?” kejar Melania tak memedulikan pertanyaan dari pria di hadapannya.Rafael mengembuskan napas kasar. Urusannya semakin runyam sekarang.Siapa suruh menguping pembicaraan orang lain?“Ya, aku sudah menikah. Maka dari itu, aku tidak bisa menerima pertunangan denganmu apa pun alasannya.”Tangis Melania langsung pecah. Apalagi kini Rafael memilih pergi dan tak mengacuhkannya.Sejumlah karyawan yang tidak sengaja lewat jadi salah fokus menyaksikan Melania sesekali

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 8 - Perempuan Asing?!

    “Siapa perempuan itu? Beraninya dia memeluk bos kita!!”"Seumur-umur mimpiku adalah untuk berjabat tangan dengan Pak Rafael, tapi bisa-bisanya dia sudah dipeluk perempuan asing!""Tapi Pak Rafael diam saja. Apa mereka saling kenal?!"Suara di sekitar Rafael dan perempuan asing itu mulai berkasak-kusuk di belakang.Menyadari perhatian semua orang tersita padanya, Rafael berusaha keras melepas pelukan wanita tersebut. Bahkan sampai setengah mendorong karena rengkuhan tangan perempuan itu begitu kuat.“Kak Rafael kenapa? Bukannya kayak dulu sering kupeluk?” ujar sosok wanita manis bertubuh ramping itu kini merengut karena perlakuan Rafael.“Melania?!” Mata Rafael yang awalnya terkejut kini menatap datar ke arah sosok perempuan itu.Kenapa dia ada di sini?!Namun, belum sempat Rafael mencerna situasi yang sedang ia hadapi, Melania sudah bergerak memeluknya lagi. Kali ini bahkan lebih erat hingga Rafael merasa risih.“Aku sangat merindukanmu, lho Kak Rafael! Biarkan aku peluk kakak lebih l

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 7 - Kak Rafael~

    Gerakan kedua tangan Aruna yang tengah mencuci piring terhenti.Mata Aruna mengerjap cepat. Perlahan ia menoleh dan mendapati Rianty menarik badannya sambil menyunggingkan senyum puas.“Lagi pula, aku juga sudah mempersiapkan istri yang lebih baik untuk Rafael.” Rianty mengucapkannya dengan membusungkan dada.Kalau sudah begini, Aruna tak boleh lengah. Rianty saja sudah menyatakan ultimatum untuk mengawasinya, berarti ia harus melakukan aktingnya secara rapi juga.Bagaimanapun ia tak mau mengecewakan Rafael.Aruna lalu meletakkan sebuah piring yang baru saja ia cuci bersih, lantas berhadapan langsung dengan Rianty.“Tapi, Ma. Saya memang sudah menjadi istri sah Rafael. Bahkan pernikahan kami sudah tercatat resmi di kantor catatan sipil dan diakui negara,” tegas Aruna berusaha meyakinkan Rianty.Mata Rianty melebar. Ia tampak membeku di tempat dengan sorot tatapan tak percaya.“Apa katamu? Jangan panggil aku mama karena aku belum menyetujui kamu jadi istri Rafael!”Aruna menghela napas.

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 6 - Keluarga Pranandaru

    “Nanti panggil saya ‘sayang’ agar tak mencurigai pernikahan kita ini.”Rafael berbisik di telinga Aruna dan menggandeng tangannya saat mereka baru saja tiba.Aruna terkejut, tapi dia langsung tersenyum dan balas menggandeng tangan Arjuna hingga membuat pria itu turut tersentak. Begitu mereka tiba di ruang makan, ibu Rafael, Rianty langsung menghampiri. Mata wanita paruh baya itu membelalak bingung kala menyaksikan Aruna, sekretaris yang bekerja di perusahaan Rafael tengah berdiri di samping putranya dengan tangan yang saling bergenggaman.“Kenapa Aruna bisa ikut ke sini?” Rianty bertanya tanpa basa-basi.“Sebelumnya aku sudah bilang kalau akan menikah dengan perempuan pilihanku sendiri, kan?” Rafael berkata sambil melirik singkat ke arah Aruna. “Aruna ini adalah istriku sekarang.”“Apa?!” Rianty memekik kaget. “Kamu jangan bercanda, Rafael?!”“Lebih baik kami duduk dulu.” Rafael melepaskan genggaman tangannya pada Aruna, dan beralih menelusupkan tangannya ke pinggang gadis itu. Meli

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 5 - Cincin Pernikahan

    Perkataan Nathan membuat Aruna syok. Bagaimana bisa abangnya membongkar kejadian memalukan itu di depan Rafael? Di pertemuan pertama mereka pula?!Rasaya dia ingin mengubur diri saja! Dengan kesal Aruna lalu mengangkat kakinya dan menginjak kaki Nathan di bawah meja. Namun, pria itu malah tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk muka Aruna yang sekarang sudah memerah bagai tomat.“Bang!!” seru Aruna lagi. Kini wajahnya sudah memerah sempurna.Namun, bukannya berhenti, Nathan malah semakin kencang menggoda Aruna.“Lihat! Lihat wajahnya! Salah sendiri waktu itu ngeyel tidak mau ke kamar mandi. Setelah ketahuan ngompol, kamu malah lari. Padahal lelaki yang kamu sukai itu melihat kejadian itu lho!”Ingin rasanya Aruna pergi dan menyumpal mulut Nathan dengan serbet dapur. Namun, tak mungkin ia melakukan itu di depan Rafael yang notabene adalah bosnya!Perilaku Nathan dan cerita-ceritanya membuat Aruna tak lagi memiliki muka untuk diperlihatkan. Jadi, dia hanya bisa menutup wajahnya dengan t

  • Mendadak Jadi Istri Presdir   Bab 4 - Ke Rumah Nathaniel

    Mata Aruna membelalak setelah mendengar titah abangnya. Sebelum menyahut, ia sempat berpaling ke belakang dan bertemu pandang dengan mata dingin milik Rafael.“Bang, sepertinya nggak bisa,” tukas Aruna dengan jantung yang kian berdegup kencang.“Kenapa begitu? Abang ingin tahu bagaimana suami yang kamu pilih itu. Jadi, nggak ada tapi-tapian!! Pokoknya abang tunggu!”Tut.“Tapi, Bang!─halo?!”Sambungan telepon yang sudah diputus sepihak oleh Nathan membuat bahu Aruna langsung berangsur turun. Tanpa bisa dilihat Rafael, Aruna memejamkan mata rapat sambil menekuk wajah. Amat frustasi dengan hal mengejutkan yang ia hadapi pagi-pagi begini.“Siapa?” Sebuah suara berat dari belakang membangunkan kesadaran Aruna dan membuatnya terlonjak.Gadis itu lantas cepat-cepat menoleh dan mendapati Rafael yang tengah menatapnya intens. “Barusan abang saya menelpon, Pak.”Bukannya lega, Aruna justru bertambah panik karena setelah melayangkan jawaban tersebut, dua alis tebal Rafael menyatu sempurna. “A

DMCA.com Protection Status