Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 7. Berita Duka - Kematian Bella

Share

7. Berita Duka - Kematian Bella

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-20 16:25:10

Suasana ruangan seketika hening. Bianca menatap Bara dengan ekspresi terkejut, meski di dalam hatinya ada kepuasan yang sulit ia sembunyikan. Sementara itu, Mariana tetap berdiri tegak, matanya dingin tanpa ekspresi.

Rumah tangga yang ia bina bertahun-tahun akhirnya karam. Namun bukannya merasa hancur, Mariana justru merasakan sesuatu yang berbeda—ia merasa ringan.

Beban yang selama ini menghimpit dadanya seperti dicabut paksa. Luka itu masih ada, tetapi di baliknya ada kelegaan yang sulit dijelaskan.

Mariana telah memberikan segalanya demi pernikahan ini. Bekerja tanpa mengenal lelah, menekan dirinya sendiri, menutup mata terhadap berbagai tanda yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama. Namun pada akhirnya, semua pengorbanannya hanya dibalas dengan pengkhianatan.

‘Aku kehilangan suami, anak, dan adikku sekaligus. Betapa ironisnya,’ batin Mariana.

Mariana menarik napas dalam, mencoba meredam guncangan di hatinya.

Ia menatap Bara, pria yang pernah ia cintai dan perjuangkan.

Dulu ia berpikir bahwa pernikahan mereka bisa bertahan selamanya.

Ia pernah mengorbankan begitu banyak hal demi mempertahankan hubungan ini.

Tapi kini, ia sadar … perpisahan adalah yang terbaik.

Armand yang sejak tadi menyaksikan semuanya akhirnya berdeham dan mengambil alih situasi.

“Talak sudah dijatuhkan dan aku akan memastikan semuanya diurus secara hukum,” ujarnya tegas. “Dan satu hal lagi, Bara. Aku tidak ingin melihatmu lagi di hadapan Mariana. Jangan pernah mencoba kembali, jangan pernah mengusik hidupnya lagi.”

Armand berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan suara yang lebih mengancam, “Bukan hanya Mariana, tapi juga Bianca. Aku tidak mau kamu mendekati putri-putriku lagi. Mulai sekarang, kamu bukan bagian dari keluarga ini!”

Bara terdiam. Namun sebelum ia bisa membantah, suara Bianca terdengar.

“Ayah nggak bisa melakukan ini!” Bianca melangkah maju, matanya membelalak penuh protes. “Aku dan Mas Bara—”

“Jangan lanjutkan!” Armand langsung memotong, tatapannya beralih tajam pada putri bungsunya itu. “Jangan buat aku semakin muak, Bianca. Kamu telah menghancurkan keluarga ini dengan tanganmu sendiri. Jangan berani-berani membawa lebih banyak kehancuran lagi.”

Bianca menggigit bibirnya, wajahnya memerah menahan amarah dan rasa tidak terima. Ia berpikir, setelah Mariana diceraikan maka Bara akan sepenuhnya menjadi miliknya. Tapi sekarang? Ayahnya telah memutus semua kemungkinan itu.

Sementara itu, Bara mulai menggertakkan giginya setelah merasa harga dirinya semakin diinjak-injak. Tapi sebelum emosinya bisa meledak, Mariana yang sejak tadi diam justru melangkah mendekati ayahnya.

“Nggak apa-apa, Ayah,” ucap Mariana pelan. “Bara sudah bukan siapa-siapaku lagi. Kalau Bianca ingin memungutnya, biarkan saja.”

Tatapan Mariana bergeser pada Bianca yang masih berdiri kaku, lalu ke Bara yang terlihat semakin terpojok. Dengan nada datar, ia menambahkan, “Tapi jangan pernah berpikir untuk kembali mendekatiku. Bukan sebagai suami, bukan sebagai mantan, bahkan bukan sebagai seseorang yang pernah aku kenal.”

Bara menahan napas, sementara Bianca mengepalkan tangannya.

Tanpa menunggu reaksi mereka, Mariana berbalik dan melangkah pergi dengan kepala tegak.

Namun, baru beberapa langkah berjalan, Bara sudah mencengkeram lengannya dengan kuat.

Mariana menoleh dan berontak sekuat tenaga, berusaha melepaskan cengkeraman itu dengan emosi yang meluap-luap.

“Lepaskan aku!” bentak Mariana.

Bala menggeleng, cengkeraman tangannya justru semakin kuat.

Melihat itu, Armand bergerak maju dan menarik paksa tangan Bara hingga cengkeramannya di lengan Mariana terlepas.

“Jangan berani-berani menyentuh putriku lagi!” ancam pria tua itu sungguh-sungguh.

Di tempatnya, Mariana berdiri dengan napas memburu. Matanya menatap Bara penuh kebencian dan rasa jijik.

“Kalian berdua nggak hanya mengkhianatiku, tapi kalian juga membunuh anakku. Jangan pernah lupakan itu!” tegas Mariana memandangi Bara dan Bianca bergantian.

“Kalau aja kalian nggak berselingkuh dan aku nggak memergoki kalian malam itu, anakku pasti masih hidup sekarang. Kalian membunuh makhluk yang nggak berdosa dengan perbuatan kalian!” Mariana menambahkan.

Baik Bara ataupun Bianca, keduanya tidak bisa berkata-kata mendengar kata-kata Mariana barusan.

Sementara Armand, pria tua itu hampir kehilangan kekuatannya untuk berdiri usai mendengar fakta itu.

“Apa?” ucap Armand dengan mata membulat. “Jadi, kamu keguguran karena ….”

Armand tidak sanggup melanjutkan kalimatnya hingga selesai. Dengan tubuh gemetar, Armand segera berbalik menghampiri Bianca lagi dan menamparnya dengan sangat keras.

“Aku benar-benar tidak menyangka akan memiliki putri sepertimu!” teriak Armand.

Namun tiba-tiba, napasnya tersengal. Tangannya mencengkeram dada sementara wajahnya seketika pucat. Tubuh pria itu goyah sebelum akhirnya ambruk ke lantai.

“Ayah!” Mariana berteriak panik dan langsung berlari menghampirinya.

***

Armand dilarikan ke rumah sakit. Saat menunggu ayahnya dengan cemas di depan ruang tindakan, Mariana tak sengaja melihat sosok pria yang dikenalnya sedang berjalan dengan air mata.

“Pak Nate?” gumam Mariana pelan.

Ia yakin yang dilihatnya barusan adalah Nathaniel, atasannya sekaligus suami sahabatnya.

Karena penasaran, Mariana pun berlari mengejar pria itu.

“Pak Nate!” panggil Mariana sedikit berteriak.

Pria yang dipanggil seketika menghentikan langkah cepatnya dan berbalik.

“Mariana?” Nate tampak terkejut melihat wanita itu berada di sini dengan wajah yang agak memprihatinkan.

“Sedang apa Bapak di sini?” tanya Mariana, lalu sedetik kemudian ia teringat sesuatu. “Oh, apakah Bella melahirkan?”

Tatapan Nate berubah getir saat akhirnya ia mengangguk. “Iya, tapi… Bella tidak selamat.”

Mariana mematung.

“A-Apa maksudnya tidak selamat?” tanyanya dengan suara gemetar.

Nate terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata, “Bella meninggal dunia.”

Dunia Mariana seakan runtuh. Tidakkah ini terlalu kejam? Mariana sudah kehilangan banyak hal kemarin, dan sekarang, ia harus kehilangan sahabat baiknya juga?

Pandangan Mariana tampak kosong, sementara otaknya berputar mencoba mencerna kenyataan yang baru saja menghantamnya.

Kakinya terasa lemas. Rasanya seperti ada sesuatu yang mencengkeram dadanya begitu erat hingga ia sulit bernapas. Bella … sahabat yang selalu ada untuknya, kini sudah tiada.

Mariana menggeleng pelan, menolak kenyataan. Namun, tubuhnya masih berdiri di tempat yang sama, kaku dan tanpa daya. Suara langkah kaki Nate yang menjauh terdengar samar di telinganya, tetapi ia tidak mampu bergerak untuk menahannya.

Perlahan, Mariana jatuh berlutut di lantai. Pandangannya masih kosong tetapi air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mengaburkan segalanya.

“Ya Tuhan,” lirih Mariana dengan kepala tertunduk. Air matanya merembes dari pelupuk matanya dan jatuh ke lantai.

Namun di tengah keterpurukannya, sesuatu segera menarik Mariana kembali ke kenyataan. Dengan napas tersengal, ia segera berlari menyusul Nate.

Saat akhirnya mereka tiba di ruangan tempat Bella dibaringkan, langkah Mariana sempat terhenti.

Di sana, sahabatnya terbujur kaku di atas ranjang, tubuhnya tertutup selimut putih hingga sebatas dada. Wajah Bella begitu pucat, seolah semua kehidupan telah benar-benar meninggalkannya.

Mariana mendekat dengan tubuh yang gemetar.

“Bella …,” bisiknya, suara itu hampir tak terdengar. Ia menjatuhkan diri di sisi ranjang dan meraih tangan sahabatnya yang sudah dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   8. Tawaran Menjadi Ibu Susu

    “Bella-ku yang malang!” tangis Mariana pecah.Bahunya terguncang hebat saat ia mencengkeram jemari Bella, seolah berharap ada kehangatan yang tersisa. Namun, tidak ada.“Kenapa? Kenapa harus begini?” Air mata Mariana jatuh membasahi tangan Bella yang sudah tak bernyawa.Nate hanya berdiri di sudut ruangan. Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan. Hanya keheningan yang menyelimuti kedukaan mereka.Mariana mengangkat kepalanya dan menatap Nate yang masih berdiri di sudut ruangan.“B-Bayinya,” suaranya serak dan gemetar. “Di mana bayi Bella?”Nate mengalihkan pandangannya. “Dia selamat,” jawabnya pelan.Mata Mariana melebar, sedikit kelegaan muncul di antara kesedihannya.“Di mana dia sekarang? Aku ingin melihatnya.”Nate mengangguk, lalu tanpa banyak bicara, ia melangkah keluar ruangan. Mariana buru-buru menyeka air matanya dan mengikuti Nate dengan langkah tergesa.Setibanya di ruang perawatan bayi, Mariana melihat seorang perawat sedang menggendong seorang bayi mungil yang dibungkus selim

    Last Updated : 2025-03-20
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   9. Bagian dari Kehidupan Elhan

    Beberapa hari setelah bayi Bella diperbolehkan pulang, Mariana berusaha menikmati cutinya dan fokus pada pemulihan pasca operasi. Namun ia tidak benar-benar bisa menikmatinya. Setiap detik, kenangan tentang mendiang anaknya menghantamnya dengan keras, membuat air matanya jatuh tanpa sadar.Tadi pagi, Nate mengirimkan pesan singkat yang meminta Mariana untuk datang ke kediamannya setelah jam kerja. Ada sesuatu yang perlu mereka bahas. Katanya tentang kontrak.Saat Mariana tiba di depan rumah Nate, ia menarik napas dalam sebelum menekan bel. Tak butuh waktu lama, seorang ART membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.Tak lama, langkah kaki terdengar dari arah ruang tengah. Nate muncul dari lorong mengenakan kemeja santai dengan lengan tergulung hingga siku. Matanya menatap Mariana dengan ekspresi serius, lalu ia memberi isyarat agar Mariana mengikutinya ke ruang kerja.“Terima kasih sudah datang,” ucap Nate begitu mereka memasuki ruang kerja. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan berhe

    Last Updated : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   10. Hari Pertama Sebagai Ibu Susu

    Mariana baru saja selesai menata bantal di sofa ketika ponselnya bergetar. Ia meraihnya dari meja dan membaca pesan singkat dari Nate.[Aku di depan. Bisa bukakan pintu?]Jantung Mariana berdebar ringan. Ia menarik napas dalam, lalu mengusap telapak tangannya yang sedikit berkeringat sebelum berjalan ke pintu. Saat ia membukanya, Nate sudah berdiri di sana dengan mengenakan kemeja abu-abu muda santai. Namun yang langsung menarik perhatian Mariana adalah kereta bayi di sampingnya.Bayi itu terbungkus selimut biru lembut, tampak tenang di dalam stroller. Di samping Nate, seorang wanita berseragam rapi berdiri dengan sikap profesional dan tampak siap siaga.“Selamat pagi,” sapa Nate. “Bolehkah kami masuk?”Mariana segera menyingkir dari pintu, lalu mempersilakan mereka masuk.Nate mendorong stroller dengan hati-hati, sementara pengasuh wanita itu mengikutinya dengan langkah tertata.“Elhan tidur?” tanyanya pelan.Nate mengangguk. “Dia baru saja selesai kontrol, jadi masih terlelap. Kami

    Last Updated : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   11. Mantan Suami Datang Mengacau

    Keesokan paginya,Nate kembali datang mengantar Elhan ke kontrakan Mariana. Dengan ekspresi tenang, ia menyerahkan bayi mungil itu ke dalam pelukan Mariana sebelum pergi tanpa banyak bicara.Mariana membawa Elhan masuk dan segera menuju sofa, ia mulai menyusui bayi itu yang kebetulan menangis begitu ayahnya pergi.Nadia duduk di kursi seberangnya, wanita itu tersenyum melihat pemandangan tersebut. “Anda semakin terbiasa, Bu,” komentarnya lembut.Mariana mengusap punggung Elhan perlahan. Jujur saja, ia merasa sedikit lebih nyaman dibanding hari-hari sebelumnya.“Ya … meski terkadang masih ada perasaan aneh yang sulit kujelaskan.”Nadia mengangguk mengerti. “Itu wajar. Tapi Anda sudah melakukan yang terbaik.”Namun, momen tenang itu tiba-tiba terpecah oleh suara gedoran keras dari pintu depan.BRAK! BRAK! BRAK!Mariana tersentak. Tubuhnya menegang seketika sementara tangannya refleks menarik Elhan lebih dekat ke dadanya.“Siapa itu?” Nadia bertanya dengan kening berkerut.Mariana mengge

    Last Updated : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   1. Pengkhianatan dan Kehilangan

    “Astaghfirullah! Apa yang kalian berdua lakukan?!”Suara jeritan Mariana menggema di kamar tidur yang dulu menjadi saksi cintanya dengan sang suami. Namun kini, pemandangan di hadapannya menghancurkan segalanya.Tubuh Mariana limbung, tapi ia memaksa dirinya tetap berdiri. Napasnya tersengal sementara dadanya mulai terasa sesak.Di atas ranjang mereka, suaminya berbaring tanpa busana. Dan yang lebih menghancurkan hatinya, wanita yang bersamanya adalah Bianca—adik kandung Mariana sendiri.Mariana menatap mereka dengan mata yang bergetar, berusaha mencari penjelasan yang sebenarnya tak lagi diperlukan. Segala sesuatu sudah terpampang jelas di hadapannya.“Kalian … bagaimana bisa?” suaranya nyaris tak terdengar.Darah di tubuhnya terasa beku. Kepalanya berdenyut hebat, seolah-olah dunia yang selama ini ia kenal runtuh begitu saja. Air mata menggenang di pelupuk matanya dan mengaburkan pandangannya.“Ka-kak ….” Bia tergagap, wajahnya pucat pasi saat buru-buru meraih selimut untuk menutupi

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   2. Aku Ingin Bercerai

    Keesokan harinya,Langit kelabu menaungi pemakaman kecil itu, seolah turut berduka atas kehilangan Mariana. Rintik hujan jatuh perlahan, membasahi tanah merah yang masih basah oleh galian segar. Udara dingin menusuk, tapi tak sebanding dengan kehampaan yang menggerogoti hatinya.Meski rasa sakit pasca operasi masih terasa, tetapi Mariana meneguhkan hatinya untuk mengantar bayinya ke peristirahatan terakhir.Wanita itu duduk kaku di samping batu nisan, kedua tangannya saling mencengkeram erat di atas pangkuan. Mata sembabnya menatap kosong ke gundukan tanah merah yang baru saja ditutup.Di sanalah, di dalam bumi yang dingin itu, bayi yang seharusnya lahir dalam hitungan hari kini tertidur selamanya.Suara ustaz terdengar khidmat saat ia membacakan ayat-ayat suci. Isak tangis pecah di antara keluarga yang hadir, tetapi Mariana sendiri hanya terdiam, tak mampu mengeluarkan suara.‘Sayang … maafkan Mama.’ Suara itu hanya terucap dalam hati Mariana.Tidak ada air mata lagi yang bisa Marian

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   3. Apa Salahku Pada Mereka?

    “Aku ingin bercerai, Bara. Aku nggak bisa lagi melihatmu tanpa merasa hancur.”Seisi ruangan seketika sunyi.Bara menegang, wajahnya langsung pucat saat menatap Mariana yang berdiri dengan ekspresi kosong. Kedua orang tua Mariana pun tak kalah terkejut mendengar perkataan putri sulung mereka itu.“Mariana,” gumam Bara tak percaya. “Kita bisa membicarakan ini. Tolong jangan buat keputusan ceroboh seperti itu sekarang.”Mariana tidak bergeming. Matanya tetap menatap lurus ke arah pria yang telah mengkhianatinya dan membuatnya terluka lebih dari apa pun.“Aku sudah memutuskan.” Suara Mariana terdengar tenang, tetapi di baliknya ada luka yang begitu dalam. “Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan.”Bara melangkah maju, tetapi ayah Mariana langsung mengangkat tangan untuk menghentikannya. Tatapan tajam pria tua itu penuh peringatan saat menatap menantunya.“Meski kami tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, sepertinya Mariana butuh waktu,” katanya tegas. “Jika kamu benar-benar peduli padanya, kam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   4. Saudara Tidak Tahu Malu

    Ratna—ibu Mariana—keluar dari kamar putrinya dengan langkah gontai. Matanya yang basah masih menyiratkan keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Saat pintu tertutup di belakangnya, ia mendapati suaminya, Armand, berdiri tak jauh dari sana.Pria tua itu mengernyit saat melihat wajah istrinya yang tampak terguncang. Dengan sigap, ia melangkah mendekat.“Ada apa, Bu? Apa kata Mariana?” tanya Armand, suara dan raut wajahnya menunjukkan kegelisahan.Ratna menatap suaminya, tetapi tak langsung menjawab. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa ditahan. Kedua tangannya mengepal erat, berusaha menahan emosi yang begitu meluap-luap.“Sekarang di mana pria kurang ajar itu?” Suara Ratna terdengar parau, tetapi penuh amarah yang tertahan. Matanya celingukan menatap di belakang Armand, seolah-olah sedang mencari seseorang di sana.Armand semakin kebingungan. Keningnya berkerut. “Maksud Ibu, Bara?” tanyanya ragu.Ratna mengangguk tegas. Tarikan napasnya terdengar berat. “Iya, Mas. Sekarang di mana pr

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   11. Mantan Suami Datang Mengacau

    Keesokan paginya,Nate kembali datang mengantar Elhan ke kontrakan Mariana. Dengan ekspresi tenang, ia menyerahkan bayi mungil itu ke dalam pelukan Mariana sebelum pergi tanpa banyak bicara.Mariana membawa Elhan masuk dan segera menuju sofa, ia mulai menyusui bayi itu yang kebetulan menangis begitu ayahnya pergi.Nadia duduk di kursi seberangnya, wanita itu tersenyum melihat pemandangan tersebut. “Anda semakin terbiasa, Bu,” komentarnya lembut.Mariana mengusap punggung Elhan perlahan. Jujur saja, ia merasa sedikit lebih nyaman dibanding hari-hari sebelumnya.“Ya … meski terkadang masih ada perasaan aneh yang sulit kujelaskan.”Nadia mengangguk mengerti. “Itu wajar. Tapi Anda sudah melakukan yang terbaik.”Namun, momen tenang itu tiba-tiba terpecah oleh suara gedoran keras dari pintu depan.BRAK! BRAK! BRAK!Mariana tersentak. Tubuhnya menegang seketika sementara tangannya refleks menarik Elhan lebih dekat ke dadanya.“Siapa itu?” Nadia bertanya dengan kening berkerut.Mariana mengge

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   10. Hari Pertama Sebagai Ibu Susu

    Mariana baru saja selesai menata bantal di sofa ketika ponselnya bergetar. Ia meraihnya dari meja dan membaca pesan singkat dari Nate.[Aku di depan. Bisa bukakan pintu?]Jantung Mariana berdebar ringan. Ia menarik napas dalam, lalu mengusap telapak tangannya yang sedikit berkeringat sebelum berjalan ke pintu. Saat ia membukanya, Nate sudah berdiri di sana dengan mengenakan kemeja abu-abu muda santai. Namun yang langsung menarik perhatian Mariana adalah kereta bayi di sampingnya.Bayi itu terbungkus selimut biru lembut, tampak tenang di dalam stroller. Di samping Nate, seorang wanita berseragam rapi berdiri dengan sikap profesional dan tampak siap siaga.“Selamat pagi,” sapa Nate. “Bolehkah kami masuk?”Mariana segera menyingkir dari pintu, lalu mempersilakan mereka masuk.Nate mendorong stroller dengan hati-hati, sementara pengasuh wanita itu mengikutinya dengan langkah tertata.“Elhan tidur?” tanyanya pelan.Nate mengangguk. “Dia baru saja selesai kontrol, jadi masih terlelap. Kami

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   9. Bagian dari Kehidupan Elhan

    Beberapa hari setelah bayi Bella diperbolehkan pulang, Mariana berusaha menikmati cutinya dan fokus pada pemulihan pasca operasi. Namun ia tidak benar-benar bisa menikmatinya. Setiap detik, kenangan tentang mendiang anaknya menghantamnya dengan keras, membuat air matanya jatuh tanpa sadar.Tadi pagi, Nate mengirimkan pesan singkat yang meminta Mariana untuk datang ke kediamannya setelah jam kerja. Ada sesuatu yang perlu mereka bahas. Katanya tentang kontrak.Saat Mariana tiba di depan rumah Nate, ia menarik napas dalam sebelum menekan bel. Tak butuh waktu lama, seorang ART membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.Tak lama, langkah kaki terdengar dari arah ruang tengah. Nate muncul dari lorong mengenakan kemeja santai dengan lengan tergulung hingga siku. Matanya menatap Mariana dengan ekspresi serius, lalu ia memberi isyarat agar Mariana mengikutinya ke ruang kerja.“Terima kasih sudah datang,” ucap Nate begitu mereka memasuki ruang kerja. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan berhe

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   8. Tawaran Menjadi Ibu Susu

    “Bella-ku yang malang!” tangis Mariana pecah.Bahunya terguncang hebat saat ia mencengkeram jemari Bella, seolah berharap ada kehangatan yang tersisa. Namun, tidak ada.“Kenapa? Kenapa harus begini?” Air mata Mariana jatuh membasahi tangan Bella yang sudah tak bernyawa.Nate hanya berdiri di sudut ruangan. Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan. Hanya keheningan yang menyelimuti kedukaan mereka.Mariana mengangkat kepalanya dan menatap Nate yang masih berdiri di sudut ruangan.“B-Bayinya,” suaranya serak dan gemetar. “Di mana bayi Bella?”Nate mengalihkan pandangannya. “Dia selamat,” jawabnya pelan.Mata Mariana melebar, sedikit kelegaan muncul di antara kesedihannya.“Di mana dia sekarang? Aku ingin melihatnya.”Nate mengangguk, lalu tanpa banyak bicara, ia melangkah keluar ruangan. Mariana buru-buru menyeka air matanya dan mengikuti Nate dengan langkah tergesa.Setibanya di ruang perawatan bayi, Mariana melihat seorang perawat sedang menggendong seorang bayi mungil yang dibungkus selim

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   7. Berita Duka - Kematian Bella

    Suasana ruangan seketika hening. Bianca menatap Bara dengan ekspresi terkejut, meski di dalam hatinya ada kepuasan yang sulit ia sembunyikan. Sementara itu, Mariana tetap berdiri tegak, matanya dingin tanpa ekspresi.Rumah tangga yang ia bina bertahun-tahun akhirnya karam. Namun bukannya merasa hancur, Mariana justru merasakan sesuatu yang berbeda—ia merasa ringan.Beban yang selama ini menghimpit dadanya seperti dicabut paksa. Luka itu masih ada, tetapi di baliknya ada kelegaan yang sulit dijelaskan.Mariana telah memberikan segalanya demi pernikahan ini. Bekerja tanpa mengenal lelah, menekan dirinya sendiri, menutup mata terhadap berbagai tanda yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama. Namun pada akhirnya, semua pengorbanannya hanya dibalas dengan pengkhianatan.‘Aku kehilangan suami, anak, dan adikku sekaligus. Betapa ironisnya,’ batin Mariana.Mariana menarik napas dalam, mencoba meredam guncangan di hatinya.Ia menatap Bara, pria yang pernah ia cintai dan perjuangkan.Dulu ia b

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   6. Talak Tiga

    Mariana menarik napas panjang, berusaha menahan sesak yang menggelayuti dadanya. Dengan langkah mantap, Mariana berbalik dan berjalan menuju pintu. Setiap langkah yang diambil terasa berat, seolah ada beban yang menahan pergelangan kakinya.Namun, ia tidak berhenti. Ia sudah membuat keputusan, dan kali ini, ia tidak akan goyah.Tangannya baru saja menyentuh kenop pintu ketika suara berat Armand menggema di ruangan itu.“Mariana, jangan pergi,” ucapnya tegas.Tubuh Mariana menegang. Perlahan, ia menoleh ke belakang dan mendapati ayahnya berdiri dengan tatapan yang begitu tegas.“Bara dalam perjalanan ke sini,” lanjut Armand. “Kita selesaikan semuanya sekarang juga.”Tatapan Mariana tidak berubah. Luka di matanya masih begitu jelas, tapi tidak ada lagi api kemarahan di sana. Ia tidak menolak, juga tidak menyetujui.Armand mendesah pelan, lalu melangkah mendekati putrinya yang masih terluka.“Ayah minta maaf jika kamu merasa ayah terlalu ikut campur. Tapi, ayah merasa ini adalah keputusa

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   5. Bersikeras

    Mariana duduk diam di sisi ranjang, jari-jarinya gemetar saat ia membawa botol minyak kayu putih ke dekat hidung ibunya. Harapannya hanya satu—ibunya segera sadar.“Ibu ...,” gumamnya lirih.Waktu terasa berjalan begitu lambat, seakan menambah ketakutan yang menggelayuti hatinya. Mariana tidak pernah melihat ibunya jatuh pingsan seperti ini sebelumnya. Dan itu membuatnya begitu takut.Saat Mariana hampir kehilangan harapan, tubuh ibunya sedikit bergerak. Kelopak mata wanita paruh baya itu bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan.“Ibu!” seru Mariana dengan mata berkaca-kaca. Ia buru-buru menurunkan minyak kayu putih dan meraih tangan ibunya.Ratna menatap putrinya dengan sorot mata sendu, penuh penyesalan yang begitu dalam.“Maafin Ibu ya, Sayang ...,” suaranya terdengar lemah, tapi setiap kata yang keluar membawa luka di hatinya. “Ibu gagal mendidik Bianca sampai dia berbuat seperti ini ke kamu.”Mariana mengatupkan bibirnya dengan rapat. Ia ingin berkata banyak hal, ingin mengungk

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   4. Saudara Tidak Tahu Malu

    Ratna—ibu Mariana—keluar dari kamar putrinya dengan langkah gontai. Matanya yang basah masih menyiratkan keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Saat pintu tertutup di belakangnya, ia mendapati suaminya, Armand, berdiri tak jauh dari sana.Pria tua itu mengernyit saat melihat wajah istrinya yang tampak terguncang. Dengan sigap, ia melangkah mendekat.“Ada apa, Bu? Apa kata Mariana?” tanya Armand, suara dan raut wajahnya menunjukkan kegelisahan.Ratna menatap suaminya, tetapi tak langsung menjawab. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa ditahan. Kedua tangannya mengepal erat, berusaha menahan emosi yang begitu meluap-luap.“Sekarang di mana pria kurang ajar itu?” Suara Ratna terdengar parau, tetapi penuh amarah yang tertahan. Matanya celingukan menatap di belakang Armand, seolah-olah sedang mencari seseorang di sana.Armand semakin kebingungan. Keningnya berkerut. “Maksud Ibu, Bara?” tanyanya ragu.Ratna mengangguk tegas. Tarikan napasnya terdengar berat. “Iya, Mas. Sekarang di mana pr

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   3. Apa Salahku Pada Mereka?

    “Aku ingin bercerai, Bara. Aku nggak bisa lagi melihatmu tanpa merasa hancur.”Seisi ruangan seketika sunyi.Bara menegang, wajahnya langsung pucat saat menatap Mariana yang berdiri dengan ekspresi kosong. Kedua orang tua Mariana pun tak kalah terkejut mendengar perkataan putri sulung mereka itu.“Mariana,” gumam Bara tak percaya. “Kita bisa membicarakan ini. Tolong jangan buat keputusan ceroboh seperti itu sekarang.”Mariana tidak bergeming. Matanya tetap menatap lurus ke arah pria yang telah mengkhianatinya dan membuatnya terluka lebih dari apa pun.“Aku sudah memutuskan.” Suara Mariana terdengar tenang, tetapi di baliknya ada luka yang begitu dalam. “Nggak ada lagi yang perlu dibicarakan.”Bara melangkah maju, tetapi ayah Mariana langsung mengangkat tangan untuk menghentikannya. Tatapan tajam pria tua itu penuh peringatan saat menatap menantunya.“Meski kami tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, sepertinya Mariana butuh waktu,” katanya tegas. “Jika kamu benar-benar peduli padanya, kam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status