Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 14. Hinaan dari Keluarga Mantan Suami

Share

14. Hinaan dari Keluarga Mantan Suami

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-22 11:27:45

Suara alarm berbunyi memecah keheningan pagi. Mariana mengerjapkan mata, butuh beberapa detik untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang masuk melalui celah tirai. Hal pertama yang menyambutnya adalah pemandangan Elhan yang tertidur pulas di sampingnya.

Senyum lembut terbit di wajah Mariana. Tangannya terulur membelai pipi Elhan dengan hati-hati. Mariana takut mengganggu tidur bayi kecil itu dan berakhir membangungkannya.

“Kamu tidur nyenyak sekali, ya?” bisiknya pelan seraya tersenyum lembut.

Mariana ingin berlama-lama memandangi bayi lucu itu. Namun ia sadar pagi telah menunggunya, jadi dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia turun dari ranjang agar tidak membangunkan Elhan.

Setelah menyelimuti bayi kecil itu dengan lebih rapat, Mariana melangkah menuju kamar mandi. Air hangat yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan yang begitu nyaman, membantunya mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata.

Tak lama, ia keluar dengan pakaian sederhana—blus berwarna senada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   15. Bianca Hamil

    Begitu memasuki gedung spa, aroma lembut lavender dan melati langsung menyambut indra penciuman Mariana. Cahaya temaram serta alunan musik instrumental yang menenangkan seharusnya bisa membuat siapa pun merasa lebih rileks, tapi Mariana masih merasakan ketegangan dalam tubuhnya. Pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata pedas dari ibu Bara.Arsita—ibu Nate—yang sejak tadi memperhatikannya, segera menggenggam tangan Mariana dengan lembut. “Sayang, kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.Mariana tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegundahannya. “Aku nggak apa-apa, Tante.”Namun, Arsita sama sekali tidak percaya. Kegundahan Mariana tercetak jelas di wajah cantiknya, untuk itu ia menepuk punggung tangan Mariana dengan lembut dan berkata,“Tante tahu pertemuan tadi pasti tidak menyenangkan untukmu. Tante juga tahu kamu wanita yang kuat, tapi tidak apa-apa kalau sesekali merasa terluka. Jangan dipendam sendiri.”Mariana terdiam sejenak. Ia bisa merasakan ketulusan dalam nada sua

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   16. Meminta Restu Mariana

    Mariana melangkah masuk ke rumah orang tuanya dengan perasaan berat. Udara di dalam rumah terasa dingin. Hatinya sudah cukup terluka sejak mengetahui Bianca hamil, tapi kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang mungkin lebih menyakitkan.Di ruang tengah, ibunya duduk di sofa dengan mata sembab, sementara ayahnya hanya diam dengan ekspresi datar. Mariana menelan ludah, menyadari bahwa kedatangannya pasti bukan tanpa alasan serius.“Duduklah, Mariana,” suara ibunya terdengar serak, seperti habis menangis cukup lama.Mariana menuruti, ia duduk di ujung sofa dengan tubuh tegang. Ia menunggu, tapi tidak ada yang langsung berbicara. Hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka beberapa saat.Akhirnya, ibunya menghela napas panjang sebelum berkata, “Kami ingin meminta izinmu untuk menikahkan Bianca dengan Bara.”Mariana merasa seperti dihantam sesuatu di dadanya. Napasnya tercekat, tubuhnya mendadak dingin, dan dunia di sekelilingnya terasa berputar lebih cepat. Ia sudah menduga sesuatu ya

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   17. Harga Sebuah Pengkhianatan

    Mariana masih menggendong Elhan ketika Nadia berdiri dari kursinya. “Saya akan meminta Bi Imah menyiapkan minuman hangat untuk Anda, Bu. Mau teh atau cokelat panas?”Mariana menggeleng. “Tidak perlu repot-repot, Nadia. Terima kasih atas perhatianmu.”Nadia tersenyum kecil. “Bukan repot. Anda kelihatan lelah, Bu.”Mariana hanya diam. Ia tidak bisa membantah, meskipun rasa lelah yang ia rasakan bukan sekadar di fisiknya. Saat Nadia melangkah pergi ke dapur, Mariana menunduk menatap wajah tenang Elhan yang terlelap dalam pelukannya.Kehangatan tubuh bayi itu sedikit meredakan gejolak dalam hatinya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kenyataan pahit yang baru saja ia terima.Ia harus menerima bahwa keluarganya memilih Bianca. Bahwa mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaannya selama masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan.Mariana menghela napas panjang, mencoba menekan emosi yang masih berkecamuk di dadanya.Ia ingin pergi. Ia ingin melepaskan semuanya. Tapi ia tahu itu tidak m

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   18. Stress and Nightmare

    Mariana baru saja kembali ke kediaman Nate. Begitu melewati ambang pintu, langkahnya tertatih dan wajahnya pucat pasi. Tanpa suara, ia masuk ke kamarnya, menutup pintu perlahan lalu merosot ke ranjang.Tubuhnya terasa menggigil. Mariana meraih selimut lalu menutupi hampir seluruh tubuhnya. Namun, rasa dingin itu tidak juga pergi.Ketika waktu makan malam tiba, Mariana tidak juga keluar dari kamarnya.Nate yang sedang menikmati makan malamnya, melirik ke arah kursi yang kosong. Dahi pria itu berkerut. “Bi Imah, Mariana belum turun?” tanyanya.Bi Imah yang baru saja meletakkan mangkuk sup di hadapan Nate segera menoleh. “Sepertinya belum, Tuan.”Rasa tidak nyaman menyelinap dalam benak Nate. “Tolong periksa keadaannya.”Tanpa membuang waktu, Bi Imah segera menuju kamar Mariana. Ia mengetuk pintu dengan pelan.“Bu Mariana?”Tidak ada jawaban. Setelah menunggu beberapa saat, ia mendorong pintu yang ternyata tidak dikunci.Begitu masuk, Bi Imah menemukan Mariana meringkuk di ranjang, wajah

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   19. Sidang Perceraian: Pertama

    Suasana ruang sidang terasa tegang. Mariana duduk dengan tenang, sementara di seberangnya, Bara terlihat gelisah meski berusaha bersikap arogan. Ratna—ibu Mariana—hadir sebagai saksi dan duduk di sisi Mariana.Hakim mengetukkan palu pertama. “Sidang perceraian antara Saudara Bara Mahesa dan Saudari Mariana Cempaka dimulai. Berdasarkan berkas yang diajukan, pemohon, yaitu Saudari Mariana Cempaka, mengajukan gugatan cerai setelah tergugat menjatuhkan talak tiga. Apakah ini benar?”Mariana mengangguk. “Benar, Yang Mulia.”Bara langsung menyela, suaranya keras. “Tapi saya tidak ingin bercerai, Yang Mulia!”Mariana menoleh dengan ekspresi tajam, jemarinya yang terlipat di pangkuannya mengepal halus, menahan perasaan yang bergolak di dalam dadanya. “Kamu sudah menalak aku tiga kali, Bara.”“Itu hanya karena emosi!” Bara membantah dengan penuh keyakinan. “Saya tidak benar-benar menginginkannya! Itu tidak seharusnya dihitung!”Hakim menatap Bara dengan tegas. “Saudara Bara, dalam hukum yang b

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   20. Jangan Menanggung Semuanya Sendirian

    Mariana menatap lama batu nisan bertuliskan nama anaknya itu. Tatapannya kosong, tapi di dalam dirinya, ribuan emosi berkecamuk tanpa henti. Semakin lama ia duduk di sana, semakin dalam kerinduan terhadap mendiang anaknya menggerogoti hatinya.Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Jantungnya berdetak sangat cepat, kepalanya terasa ringan dan berputar-putar. Ia mencoba menarik napas panjang. Mariana bangkit perlahan, menyadari bahwa jika ia tetap di sini, tubuhnya akan tumbang cepat atau lambat.“Mama pulang dulu ya, Nak. Nanti Mama datang lagi,” gumamnya sebelum berbalik.Namun baru beberapa langkah, rasa pusing itu semakin menjadi. Kakinya lemas, dunianya seolah miring. Mariana kehilangan keseimbangan. Dalam sekejap, seseorang dengan sigap menangkap tubuhnya dan menopangnya dengan kokoh.“Aku mengerti kalau kamu merindukan anakmu, tapi jangan memaksakan diri seperti ini.”Suara itu. Mariana mengenalnya dengan baik. Tanpa menoleh pun, ia sudah tahu siapa yang tengah menopangny

    Last Updated : 2025-03-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   21. Di Antara Ancaman dan Kehangatan

    Tepat saat Mariana dan Nate hendak masuk ke mobil setelah selesai makan siang, suara dering ponsel menahan langkah wanita itu di depan pintu mobil. Dengan santai, Mariana meraih ponselnya yang tersimpan di dalam tas. Namun, ekspresi wajahnya langsung berubah ketika melihat nama yang terpampang di layar.Mariana mendesah pendek, lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas sebelum sempat membuka pintu mobil. Namun rupanya penelepon itu tidak menyerah. Ponsel Mariana kembali berdering, menampilkan panggilan masuk dari orang yang sama.Dengan gerakan cepat, Mariana meraih ponselnya lagi dan langsung mematikan daya. Sebelum layar benar-benar padam, ia sempat melihat sebuah pesan singkat masuk.[Kamu harus bicara denganku. Ini penting!]Mariana menggigit bibirnya, tetapi tetap memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas tanpa niat membaca lebih lanjut. Apa pun yang dianggap penting oleh Bianca, itu bukan urusannya lagi. Tidak setelah pertemuan mereka di kafe beberapa waktu lalu.“Kenapa ti

    Last Updated : 2025-03-25
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   22. Mengunjungi Oma Nate

    Keesokan paginya, Mariana berangkat bersama Arsita menuju sebuah panti jompo eksklusif di pinggiran kota. Sepanjang perjalanan, mereka membicarakan banyak hal saat mobil melintasi jalan yang mulai ramai oleh aktivitas pagi.Namun ketika mereka sudah hampir tiba, Mariana menangkap kegelisahan yang berbeda dari sebelumnya. Arsita yang semula berbicara dengan santai, tiba-tiba lebih banyak diam. Jemarinya saling menggenggam sementara tatapannya menatap lurus ke depan tanpa benar-benar fokus.“Tante baik-baik saja?” tanya Mariana, melirik ke arah wanita paruh baya di sampingnya itu.Arsita menghela napas pelan. “Tante tidak tahu apakah beliau akan mengenali Tante hari ini.”Mariana ikut terdiam, memahami perasaan wanita itu. “Kalau pun enggak, setidaknya beliau akan tahu kalau seseorang yang peduli datang menemuinya,” katanya mencoba menenangkan.Arsita tersenyum kecil meski tatapannya masih dipenuhi kecemasan. “Tante harap begitu, Sayang.”Setibanya di panti jompo, mereka disambut oleh s

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   59. Menginap

    Wajah Mariana pucat pasi. Matanya sedikit membesar dan bibirnya bergetar tanpa suara. Ketakutan terlihat jelas di wajah cantiknya hingga membuat Nate segera mengambil alih situasi.Nate melangkah cepat, mengunci pintu belakang rapat-rapat, lalu kembali menghampiri Mariana dan menggiringnya ke ruang tengah tanpa berkata sepatah kata pun. Begitu wanita itu duduk di sofa, Nate berdiri di depannya sambil menatapnya lekat.“Malam ini kamu tidur di rumahku,” ucap Nate mantap. “Tidak ada penolakan.”Mariana lantas mendongak. “Aku—”“Jangan membantah, Mariana,” potong Nate cepat dan tegas, seperti keputusan yang tak bisa ditawar lagi.Nate menarik napas perlahan, kemudian mencoba menjelaskan dengan tenang. “Aku sendiri yang mengunci pintu belakang saat hari pertama kamu pindah. Aku ingat betul karena aku sempat keluar untuk memeriksa teras belakang.”Mariana terdiam. Tubuhnya langsung kaku dan bulu kuduknya berdiri tanpa permisi. Perasaannya memburuk seiring dengan ucapan Nate barusan.“Kalau

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   58. Perang Dingin

    Suara Nate masih terngiang di kepala Mariana bahkan ketika pria itu sudah pergi dari rumah. Pintu yang dibanting beberapa jam lalu seolah masih memantulkan gaung amarahnya di seluruh sudut ruangan.Ponsel Mariana tergeletak di pangkuan dengan layar gelap. Tangannya menggenggam ujung selimut, entah untuk apa. Mungkin sekadar menahan diri agar tidak gemetarSetelah CCTV dipasang atas desakan Nate, Mariana mulai merasa rumahnya lebih aman. Lima kamera pengawas terpasang di beberapa titik rumah, dan semuanya atas perintah Nate tanpa bisa dibantah.‘Kamu tidak mengizinkanku untuk melaporkan kejadian ini ke pihak keamanan. Jadi, satu-satunya cara agar aku bisa tenang malam ini adalah memasang kamera pengawas.’ Itu adalah kata-kata Nate setelah ia berbicara tentang memasang kamera pengawas.Pada akhirnya, semua kamera itu terpasang di beberapa sudut.‘Aku ini siapa kamu?’ Suara Nate saat mempertanyakan itu kembali terngiang di telinga Mariana.Perasaannya begitu campur aduk. Bingung, menyesal

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   57. Kejadian-Kejadian Aneh

    Dua hari setelah pindah ke rumah baru, Mariana mulai merasa ada sesuatu yang tak beres. Mungkin karena ia masih beradaptasi dengan lingkungan baru atau mungkin karena lelah setelah seharian bekerja, pikirannya mulai berlarian tanpa arah yang jelas.Ini bukan kali pertama ia tinggal sendiri. Dulu, setelah perceraian dengan Bara—meski hanya sebentar—ia sempat menjalani hidup sendiri. Tapi kali ini berbeda.Ada sesuatu yang mengganjal, seolah ada yang tidak tepat.Kadang, ia merasa seperti ada orang lain di rumah ini selain dirinya.Pagi itu, Mariana bangun lebih pagi. Ia pergi ke ruang jemur untuk mengambil pakaian dalam yang ia cuci kemarin sebelum bersiap untuk bekerja. Tapi begitu ia melangkah ke ruang jemur, ia dikejutkan oleh sesuatu.Seharusnya pakaian dalam yang ia cuci kemarin masih ada di sana. Namun ketika matanya menyapu ruang itu, pakaian dalam yang dimaksud tidak ada. Tampak jelas bahwa pakaian lainnya ada, tapi pakaian itu hilang begitu saja.“Lho, kenapa bisa nggak ada?”

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   56. Ketahuan

    Mariana tak bisa berhenti memikirkan ucapan ayahnya sepanjang perjalanan pulang. Selama ini, ia terlalu terlena, terlalu nyaman berada di sisi Nathaniel hingga tak sadar betapa benar setiap kalimat yang diucapkan ayahnya di restoran tadi.Apalagi sekarang, status mereka sudah berubah menjadi sepasang kekasih. Gunjingan pedas tak akan terhindarkan jika orang-orang tahu bahwa mereka tinggal serumah.Sepasang kekasih yang belum menikah, tinggal di bawah satu atap.Ah, Mariana bahkan tak sanggup membayangkan reaksi masyarakat—terlebih lagi, reaksi kedua orang tuanya.Maka, pindah adalah keputusan paling masuk akal. Langkah awal yang harus ia ambil sebelum semuanya terlanjur ke mana-mana.“Benar itu, Na. Kamu harus pindah secepatnya,” gumamnya pelan seolah tengah menasihati dirinya sendiri.Mariana tiba di kediaman Nathaniel menjelang senja. Langit sudah mulai menggelap, tapi pikirannya masih penuh oleh percakapan dengan ayahnya saat di restoran.Begitu menjejakkan kaki di dalam rumah, lan

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   55. Museum Date

    Setelah keheningan panjang di makam, Nate mengajak Mariana ke sebuah galeri seni yang tersembunyi di kawasan tenang kota itu. Bangunannya minimalis dengan dinding putih tinggi dan jendela kaca besar yang mempersilakan sinar matahari masuk dengan lembut.Tempat itu tidak ramai—hanya mereka berdua. Nate memang sudah mengatur segalanya.Mariana menatap sekeliling dengan langkah pelan. Galeri itu memamerkan karya-karya seniman lokal dalam nuansa monokrom dan pastel. Tenang, sendu, tapi juga indah.“Aku nggak tahu kamu suka tempat kayak gini,” gumam Mariana.Di tengah galeri yang tenang, Mariana dan Nate berjalan berdua sambil menikmati setiap karya seni yang terpajang di dinding.Namun, ketika mereka berhenti di depan sebuah lukisan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita yang duduk di tepi pantai, memandang lautan yang luas, dengan cahaya matahari yang lembut menyinari wajahnya.Mariana terpaku, matanya menatap lukisan itu dengan intens. Tak lama kemud

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   54. Backstreet, but Ours

    Atas permintaan Mariana, hubungan mereka saat ini tidak hanya disembunyikan dari publik, tapi juga dari keluarga masing-masing. Bukan karena Mariana tidak serius, hanya saja dia belum siap menghadapi reaksi dari orang-orang terdekatnya. Terutama dari pihak keluarganya sendiri.Dia tahu, dari pihak orang tua Nate, kemungkinan besar kabar ini akan disambut dengan hangat. Tapi dari orang tuanya, Mariana tidak yakin.Beruntung, Nate tidak mempermasalahkan. Dia hanya bertanya alasan Mariana meminta hubungan ini tetap menjadi rahasia, lalu menyetujuinya setelah mendengar penjelasan Mariana yang terdengar masuk akal baginya.“Dalam hubungan ini, aku hanya ingin fokus pada kenyamananmu saja, Na. Kalau kamu merasa lebih tenang kalau kita pacaran diam-diam—meski aku sangat ingin memamerkan hubungan kita ke seluruh dunia—aku tidak akan menyangkal,” ucap Nate sambil tersenyum. Tangannya terangkat, mengusap lembut pipi Mariana.Mariana membetulkan posisi duduknya, lalu mengangkat satu tangannya me

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   53. Seperti Romansa dalam Drama

    Hari itu, suasana kantor pusat terasa begitu tenang. Mariana tengah duduk di balik meja kerjanya yang berada tepat di luar ruangan CEO. Pandangannya sibuk menatap layar laptop, memeriksa ulang dokumen perjanjian kerja sama untuk diserahkan ke Nate sore nanti.Ia mengenakan kemeja putih sederhana dan rok pensil abu-abu yang rapi. Sederhana, tapi itulah yang membuatnya menonjol tanpa berusaha lebih.Pintu ruang CEO terbuka sedikit dari dalam, dan suara berat Nate memanggilnya pelan, “Mariana, bisa masuk sebentar?” tanya pria itu.Mariana mengangguk pelan, kemudian bangkit sambil membawa sembarang map yang tergeletak di meja kerjanya. Wajahnya tetap netral saat melangkah masuk.Begitu pintu tertutup dan hanya mereka berdua di dalam ruangan luas bernuansa modern itu, suasananya langsung berubah. Mata Nate yang semula tajam, kini melunak saat menatapnya.“Ruang meeting kosong?” tanya Nate, seolah masih bermain peran sebagai atasan.“Sudah. Semua file yang Bapak minta juga sudah aku siapkan

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   52. Officially

    Setelah kejadian itu, hubungan Bara dan Bianca semakin memburuk. Pertengkaran demi pertengkaran terus mewarnai hari-hari mereka. Hal-hal sepele pun bisa meledak menjadi besar karena tak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah.Pagi itu, Bara baru saja bangun tidur. Perutnya terasa melilit karena semalaman tak menyentuh makanan apa pun. Dengan wajah kusut dan langkah gontai, ia menuju dapur.Begitu duduk di kursi dan membuka tudung saji, yang terlihat hanya meja kosong.Ia menutup tudung saji dengan kasar. Suara dentuman penutup logam itu menggema di seluruh dapur.“Dasar perempuan malas! Suami bangun pagi, bukannya menyuguhkan sarapan. Apa yang dia lakukan?!” geramnya penuh amarah.Tanpa pikir panjang, ia bangkit dari duduknya dan mulai berteriak-teriak.“Bianca! Di mana kamu, hah?!”Tidak ada jawaban. Bara berkeliling rumah dengan kesal, menyusuri setiap sudut sambil terus memanggil-manggil nama istrinya itu. Tapi tetap tak ada tanda-tanda kehadirannya.Beberapa menit kemudian, pi

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   51. Perangkap Menjijikan

    Mariana baru saja tiba di kediaman orang tuanya. Untuk beberapa saat, ia hanya berdiri diam di depan pintu pagar rumah yang berdiri kokoh. Tiga puluh menit yang lalu, ia menerima pesan singkat dari nomor sang ayah yang memintanya untuk datang sendiri.Mariana mendorong pintu pagar yang tak terkunci. Daun pintu rumah pun terbuka begitu saja saat ia menyentuhnya. Tidak dikunci.Mariana masuk dengan langkah hati-hati, rasa heran menyelip di dadanya, namun belum cukup kuat menjadi kecurigaan.“Ayah?” panggilnya lembut.Kakinya melangkah masuk, melewati ruang tamu yang sunyi. Tidak ada suara televisi menyala. Tidak ada aroma masakan ibunya. Tidak ada gemerisik langkah kaki siapa pun.Langkah Mariana terhenti di ruang tengah. Jam dinding yang berdetak pelan menjadi satu-satunya suara yang terdengar di antara keheningan itu. Ia menoleh ke kiri dan kanan, berharap mendengar sahutan atau mendapati seseorang keluar dari salah satu kamar.Tapi, tidak ada.Saat ia sampai di depan kamar orang tuan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status