“Dua garis merah,” ucap Rachel dengan bibir dan tangannya gemetar tidak menyangka dengan apa yang sedang terjadi.
“Tidak mungkin aku hamil,” ucap Rachel yang masih melihat test pack.
“Aku tidak paham mengapa ini bisa terjadi. Bagaimana bisa aku hamil?” Rachel berusaha untuk mencerna semuanya. Pergulatan kata terjadi di dalam isi pikirannya. Mencerna setiap keadaan dan setiap momen yang membuatnya sampai sejauh ini.
Untuk kebanyakan orang, tanda dua garis merah ini bisa menandakan sesuatu hal yang luar biasa. Sebuah momen yang sangat dinantikan oleh kebanyakan pasangan. Bahkan banyak pasangan yang rela mempertaruhkan segenap raga dan seluruh harta hanya untuk melihat tanda dua garis merah ini. Namun, tidak bagi Rachel. Tanda ini bisa menjadi kemalangan bagi dia. Bagaimana tidak? Tidak pernah dibayangkan sebelumnya dan tanpa persiapan apapun Rachel akan hamil.
“Aku akan mengulanginya lagi!” ucap Rachel sambil menghembuskan nafas meyakinkan diri sambil melihat bayangan dirinya pada cermin dan berharap bahwa hasil dari test pack ini salah dan tes selanjutnya menunjukkan hasil sebaliknya.
Dengan terburu-buru, Rachel kembali lagi ke apotek untuk membeli semua jenis test pack yang dijual di sana. Tidak peduli entah itu test pack yang murah ataupun mahal dia akan membeli semuanya.
Rachel sudah tiba di apotek. Terlihat apotek sedang ramai dikunjungi oleh orang-orang dan di sana terdapat 2 orang penjaga wanita yang keduanya sedang sibuk melayani para pembeli.
Rachel menunggu gilirannya. Sambil mengetuk-ngetuk rak dari kaca dengan kunci motornya yang ternyata terdengar oleh para pembeli dan juga penjaga. Pembeli di sebelahnya seorang perempuan paruh baya merasa aneh sekaligus khawatir dengan keadaan Rachel. Dengan penampilannya yang masih memakai seragam jas lengkap dan juga make up dan rambut yang masih acak-acakan.
Salah satu penjaga yang sudah selesai melayani pelanggan kemudian datang menghampiri pelanggan lainnya yang berada di sebelah Rachel.
“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Tanya penjaga yang menggunakan pin nama Anggun itu. Namun, wanita paruh baya yang berada di sebelah Rachel meminta kepada penjaga apotek itu untuk mendahulukan Rachel yang terlihat sedang terburu-buru.
“Dahulukan saja perempuan itu, sepertinya dia sedang terburu-buru. Biarkan nanti saja saya setelah gilirannya,” ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman lebarnya dan kemudian menunjuk ke arah Rachel.
Penjaga apotek itu menuruti perintah wanita paruh baya itu dan segera pindah ke arah Rachel. Belum sempat penjaga apotek itu bertanya tentang obat yang diperlukan oleh Rachel, Rachel langsung berbicara dan menyuruh penjaga apotek itu untuk membawakan semua alat test pack yang ada di apotek ini.
“Bu tolong beri saya semua jenis alat test kehamilan yang dijual di sini.” Ucap Rachel dengan matanya berputar melihat kesana kemari. Penjaga apotek itu penasaran dengan Rachel dan hendak bertanya tentang keadaannya karena merasa khawatir melihat wajah Rachel yang acak-acakan dengan make up yang masih berantakan disertai lipstick nya yang tak karuan seolah Rachel sedang dicampakkan oleh pasangannya. Namun, karena gerak-gerik Rachel yang terlihat sangat terburu-buru akhirnya penjaga apotek itu mengurungkan niatnya dan segera mengambil semua jenis alat test kehamilan yang ada terpajang di rak toko.
“Ada berbagai jenis alat test kehamilan yang kami jual, barangkali kakak mau…” Belum sempat penjaga apotek itu menyelesaikan perkataannya, Rachel langsung menyuruh untuk membungkus semuanya
“Saya beli semuanya Bu. Jadi tolong segera bungkus dan beritahu berapa total harganya,” ucap Rachel yang langsung kedua tangannya sibuk mencari ke setiap saku celana dan baju untuk mencari uang yang dirasanya tadi sudah disimpan di saku celana belakang.
Uang sudah ditemukan, penjaga toko yang sigap langsung membungkus semua alat tes kehamilan itu dan langsung memberikannya kepada Rachel. Tanpa berterima kasih, Rachel langsung memberikan uang itu kepada penjaga toko dan bahkan penjaga toko belum sempat untuk memberikan uang kembalian kepada Rachel, tetapi Rachel langsung melesat pergi.
Penjaga apotek itu melihat Rachel sampai Rachel benar-benar tidak terlihat. Wanita paruh baya yang sejak dari tadi memperhatikan mereka berdehem untuk menyadarkan lamunannya.
“Uhuk uhuk” Wanita paruh baya itu pura-pura batuk
“Eh iya saya lupa masih banyak pelanggan di sini,” penjaga apotek itu kemudian menghampiri wanita paruh baya dan langsung menanyakan kebutuhannya
“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Tanya penjaga apotek itu
“Sepertinya wanita tadi sedang hamil dan dia ingin mengetesnya. Dia bahkan membeli semua alat test pack yang ada di sini. Tapi jika dilihat dari raut wajahnya, itu bukanlah raut wajah orang bahagia akan kehamilannya. Itu raut wajah kekhawatiran. Sepertinya wanita itu hamil di luar nikah dan pasangannya tidak ingin tanggung jawab. Anak jaman sekarang sepertinya sudah tidak aneh melakukan hubungan intim sebelum nikah. Zamanku dulu sepertinya sudah diarak oleh warga. Oh iya aku jadi lupa berikan aku obat ibuprofen,” ucap wanita paruh baya itu
“Baik Bu tunggu sebentar,” penjaga apotek itu langsung melesat pergi mencari obat
Rachel memarkirkan motornya dengan sembarang dan langsung pergi ke kamar mandi. Setelah selesai membeli test pack, Rachel kembali lagi untuk mengurung dirinya di kamar mandi. Bungkus test pack berhamburan tak karuan di kamar mandi. Test pack dari yang termurah sampai yang termahal sudah semua dicoba. Tapi tetap saja hasilnya tidak ada yang berbeda. Semua menunjukkan dua garis merah.
“Tidakk! Apa yang harus aku lakukan?” Ucap Rachel dengan kedua tangannya kembali gemetar kemudian menjenggut rambutnya sangat kuat sampai kulitnya pun ikut terangkat dan membuat matanya menyipit karena tertarik. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dia akan hamil dalam keadaan seperti ini.
“Ya Tuhan bagaimana bisa Engkau memberikanku jalan kehidupan yang seperti ini. Tuhan tolong cabut saja nyawaku sekarang aku tidak sanggup menghadapi ini semua.” Lirih Rachel dengan pasrah. Dalam keadaan seperti ini, di mana dia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia sedang hamil, Rachel juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa ayah dari bayi ini masih belum diketahui identitasnya.
“Aku hanya pernah tidur sekali dengan seorang pria yang aku temui saat berada di bar. Bagaimana bisa hanya dengan sekali tidur aku bisa langsung hamil?!” pertanyaan bodoh Rachel! Pertanyaan macam apa itu yang baru saja keluar dari mulut seorang Rachel. Tentu saja jika hanya sekali berhubungan badan dan tidak menggunakan pelindung maka sperma akan tetap masuk sehingga akan ada janin yang tumbuh.
Rachel lupa bahwa yang harus disalahkan dalam kejadian ini bukan hanya dirinya seorang. Tentu saja ada seorang pria yang memberikan spermanya ke dalam perutnya. Sudah pasti bahwa pria itu adalah pria yang ditemuinya di sebuah bar malam itu.
Sial! bahkan lebih parahnya Rachel belum yakin dengan sosok ayah dari bayi ini. Rachel tidak ingin menemui pria itu lagi!
Dengan tangannya yang masih gemetar, Rachel mencoba untuk membersihkan bungku-bungkus test pack yang sudah berhamburan tak karuan di lantai. Dengan pikiran yang entah kemana dan dengan pandangannya yang masih kosong, tiba-tiba Rachel berpikir sebuah ide gila.
“Apakah aku gugurkan saja bayi ini?”
“Apakah aku gugurkan saja bayi ini?” Sebuah ide gila tiba-tiba saja muncul di dalam pikiran Rachel. Brukk. Rachel dikagetkan dengan suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Ternyata seseorang di luar sana penyebabnya.“Rachel!!” Teriakan Sarah sangat menggema di dalam kamar mandi. Perempuan itu hampir kehabisan nafas setelah mendobrak pintu kamar mandi dengan paksa.Sarah Caroline, sahabat Rachel. Sarah merupakan sahabat Rachel yang menemaninya sejak dari SMP hingga sampai sekarang. Sarah selalu ada ketika Rachel senang maupun susah. Sarah menjadi sosok yang sangat penting baginya. Dalam pandangan Rachel, Sarah melebihi sosok ibu yang seharusnya menjaga, merawat, mendidik dan bahkan menemaninya untuk tumbuh. Sarah lebih dari itu.“Ketuk pintu dulu kalo mau masuk!” Ucap Rachel dengan memasang wajah kesal sekaligus kaget dengan kehadiran Sarah yang tiba-tiba.Bagaimana tidak, Rachel yang sedang mencoba mencerna situasi yang sedang terjadi kemudian tiba-tiba Sarah masuk tanpa mengetuk pintu t
Sarah dan Rachel sudah tiba di sebuah Klinik Kehamilan Sehat. Gedung berwarna cream dengan ditambahkan garis berwarna emas dengan interior yang berwarna senada memberikan kesan mewah itu dipenuhi oleh orang-orang yang berlalu-lalang keluar masuk ruangan untuk memeriksa kesehatan kehamilan mereka. Terlihat raut wajah orang-orang di klinik ini memasang raut wajah bahagia dengan kondisi mereka yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu dan ayah.Setiap wanita hamil didampingi oleh pasangannya masing-masing. Dan sepertinya dari semua wanita hamil yang datang ke klinik di hari ini hanya Rachel sajalah yang diantar oleh sahabatnya. Tak bisa dipungkiri rasa sakit melihat orang-orang yang bahagia dengan kehamilannya itu muncul dalam diri Rachel. Kehamilan ini hanyalah kehamilan yang tak pernah terbayangkan dan tidak pernah direncanakan oleh Rachel. Bagaimana bisa Rachel merasa bahagia dengan kehamilannya ini. Setelah melakukan pendaftaran, Rachel dan Sarah duduk di kursi yang di sebelahnya t
“Pria itu…” Rachel berbicara dengan cukup lama. Memperhatikan setiap bentuk tubuhnya. Entah kenapa terlihat sangat mirip dengan pria yang pernah menidurinya malam itu. “Iya pria itu menurutku memiliki postur tubuh yang bagus. Tidak seperti tubuh Arkan yang masih terlihat lembek hahaha” Sarah tertawa mengajak Arkan untuk bercanda “Bagaimana pun juga bentuk tubuhku kamu pasti menyukainya,” balas ejekan Arkan pada Sarah. Tidak bisa dipungkiri Sarah memang tidak bisa mengelaknya. Bagaimana pun juga Sarah lah yang paling mencintai Arkan. Sarah yang paling pertama menyukai Arkan dan bahkan Sarah lah yang pertama menyatakan perasaan cinta kepada Arkan. “Kamu harus memperhatikan tubuhmu. Kamu harus banyak berolahraga supaya di lenganmu ada otot dan perutmu menjadi six pack,” ucap Sarah meledek “Bagaimana bisa aku berolahraga, aku masih sibuk dengan kerjaanku. Tiap hari aku berlari kesana kemari mengejar berita.” Arkan memegang perutnya yang mulai bergelambir karena tidak memperhatikan pol
“Oh Clary, apakah kamu baik-baik saja? Siapa pria itu? Apakah dia yang menghamilimu juga?” Ucap Rachel yang sekilas menatap pria yang dimaksud Arkan yang mendengarkan perkataan Rachel langsung mengernyitkan dahinya. Apakah dia pria yang sudah menghamili Rachel? Batin Arkan Clary tertawa mendengar ucapan dari Rachel yang tidak masuk akal baginya. Bagaimana bisa paman kesayangannya ini menghamili Clary. Itu tidak mungkin “Apa yang dimaksud Ibu bahwa pamanku itu telah menghamiliku? Tidak mungkin pamanku berbuat sejauh itu, Bu Guru. Dia adalah pamanku namanya…” Ucapan Clary terhenti karena melihat Arkan langsung berdiri dan segera menghampiri Andreas. Blamm! Arkan langsung memukul Andreas tepat di wajahnya. Pukulan itu sangat keras tapi tetap membuat Andreas masih berdiri dengan kokoh. Andreas membalas pukulan dari Arkan dan membuat Arkan terpental jatuh ke lantai. Situasi di ruangan itu menjadi panik. Sarah, Rachel dan Clary langsung berlari untuk menghentikan perkelahian. Tidak
Rachel berjalan memasuki ruangan dokter untuk memeriksakan kehamilannya. Tubuhnya mengejang dan suhu tubuhnya terasa panas dan dingin secara bersamaan. Telapak tangannya berkeringat. Gugup. Haruskah Rachel masuk ke ruangan pemeriksaan ini? Ingin sekali rasanya Rachel langsung berlari keluar dan pergi entah kemana seorang diri. Namun, di luar masih ada 4 orang yang pasti akan langsung menahannya. Akhirnya Rachel menguatkan dirinya untuk masuk. Saat pertama kali masuk, terlihat papan nama meja dari akrilik ‘dr. Clarissa Olivia, SpOG’ dan beberapa poster yang dipajangkan pada dinding yang berisikan tentang masa-masa kehamilan. Di kursi terlihat seorang dokter wanita berusia sekitar 40 tahunan dengan rambutnya yang terurai memberikan kesan muda pada wajahnya. Dokter cantik itu sedang menuliskan nama pasien di sebuah kertas. Tertulis nama ‘Rachel Amanda’ pada kertas itu. Dokter yang menyadari kehadiran Rachel segera menyuruh Rachel untuk duduk di kursi yang biasa pasien gunakan saat ber
Andreas berhasil menarik keluar Rachel menjauh dari jangkauan Sarah dan Arkan. Lalu membawanya pergi ke suatu tempat. Saat berada di dalam mobil, suasananya hening tanpa suara. Hanya terdengar suara deruan nafas yang beradu dengan suara kemacetan jalan. Keduanya fokus memalingkan wajah satu sama lain. Belum ada yang berani untuk memulai sebuah percakapan. Baik Rachel maupun Andreas, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Tidak jauh dari klinik kehamilan tadi, Rachel dan Andreas sudah tiba di sebuah cafe yang bernama Elysian Elegance. Sebuah tempat yang menggabungkan antara keanggunan dan keaslian alam. Tempat ini memancarkan aura elegan yang diimbangi dengan elemen alam yang menenangkan. Desain interior yang bernuansa elegan ditandai dengan furnitur berwarna netral, sentuhan emas mewah, dan pencahayaan yang lembut, menciptakan ruang yang hangat dan indah. Tempat ini sempurna untuk dikunjungi oleh dua insan yang sedang jatuh cinta. Andreas melangkah dan memilih meja palin
“Maaf aku belum bisa menerimamu sebagai ayah untuk anakku” ucap Rachel. Pandangannya terus menatap ke bawah. Tidak berani dan bahkan merasa jijik untuk melihat wajah Andreas.“Apa yang membuatmu tidak yakin?” tanya Andreas penasaran. Tidak seperti Rachel, Andreas terus menatap ke arahnya dan mengharapkan sebuah jawaban.Rachel masih belum bisa menjawab pertanyaan Andreas. Pikirannya juga masih berkutik mencari jawaban dan mencari alasan. Pikirannya berusaha berlari kesana kemari tapi tak kunjung ada hasil.Rachel membisu untuk waktu yang cukup lama. Andreas mulai geram. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk satu kalimat jawaban dari Rachel.“Aku tidak bisa menunggu lama. Katakan saja apa yang kamu inginkan. Mari kita buat kesepakatan” Pandangan Andreas sekarang beralih ke jam tangannya. Memeriksa waktu karena akan ada meeting hari ini.Pria gagah nan berkarismatik ini tidak bisa menyia-nyiakan waktunya hanya untuk mendengarkan dan melihat ketidakseriusan seorang perempuan yang tidak p
Rachel, Sarah dan Arkan sudah berteman sejak mereka masih menginjak bangku sekolah SMP. Mereka bisa dekat karena berada dalam satu ekstrakulikuler yang sama. Ketiganya semakin dekat dan bahkan sampai sekarang. Arkan merupakan sosok yang mampu membuat siapa pun di sekitarnya merasa nyaman. Arkan akan hadir sepenuhnya ketika Rachel dan Sarah meminta bantuan. Tangannya siap untuk membantu dengan cara apa pun yang dibutuhkan. Sama halnya dengan Arkan, Sarah merupakan sosok yang kehadirannya membawa rasa aman untuk Rachel, seperti pelukan hangat di tengah badai. Sebuah kasih sayang dari seorang ibu yang tidak pernah Rachel dapatkan, akhirnya bisa Rachel dapatkan dari seorang Sarah. Tampak jelas dalam caranya merawat dan memperhatikan Rachel. Ia tahu persis kapan Rachel membutuhkannya. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya SarahTerlihat sangat jelas kekhawatiran Sarah terhadap keadaan Rachel. Jika diizinkan, Sarah rela untuk menerima sebagian beban yang ditanggung oleh Rachel. Bahkan S
Jam menunjukkan pukul 06.50, matahari sudah meninggi dan menembus tirai kamar Rachel yang setengah tertutup. Dengan terburu-buru Rachel memoleskan make up tipis tipis di wajahnya kemudian langsung menyambar baju batik yang tergantung di dalam lemari - hari ini hari Kamis, jadwalnya guru memakai seragam batik.Biasanya Rachel pergi kerja sekitar pukul 06.00 atau paling lambat pukul 06.30, tetapi hari ini Rachel bangun kesiangan. Mungkin karena efek lelah tubuhnya setelah kemarin-kemarin banyak menangis. Matanya juga terlihat masih sedikit sembab hari ini. Rachel juga agak was-was saat nanti datang ke sekolah. Selain karena dia akan telat saat masuk jam absen, Rachel juga lupa meminta izin hari kemarin saat tidak masuk sekolah. "Bisa habis kena marah Pak Irwan nanti." ucap Rachel sambil bergegas mengambil tas di atas meja.Saat hendak keluar kamar, Rachel dicegat oleh Sarah untuk menyuruhnya sarapan terlebih dahulu."Duduk dulu di meja makan, kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat"
Di sebuah rumah sakit dengan pelayanan ekslusif di mana Anderson dirawat dan berada di kamar VIP namun tampak lebih seperti kamar hotel mewah daripada ruang perawatan. Dindingnya dilapisi cat berwarna krem lembut, memberi kesan tenang dan nyaman. Jendela besar di salah satu sisinya membiarkan cahaya alami masuk, memandikan seluruh ruangan dengan sinar matahari yang hangat. Di tengah ruangan, Anderson terbaring di tempat tidur rumah sakit berteknologi tinggi dengan seprai putih bersih terhampar rapi. Wajah Anderson nampak pucat, nyaris tanpa warna. Pipinya tampak lebih cekung dari biasanya, kulitnya tertarik kencang ke tulang-tulang wajah yang menonjol, memberikan kesan lelah yang begitu mendalam. Rambutnya yang hitam dan sebagian beruban kini sudah mulai menipis di beberapa bagian. Namun, hari ini, rambut itu masih tergerai rapi. Anderson sang penguasa di dunia bisnis kini terkapar lesu di ranjang rumah sakit. Kesannya akan sikap yang angkuh dan berani kini mulai memudar. Sorot mata
“Baguslah akhirnya kamu datang sebelum Ibu suruh." ucap Eveline terdengar seperti menantikan kehadiran anaknyaRachel mengernyitkan keningnya.Ada apa ibu ingin menemuiku? batin RachelTidak biasanya Eveline meminta Rachel untuk datang. Hatinya mulai tidak tenang. Pasalnya, saat Rachel berada di rumah, Eveline tidak pernah peduli dengan kehadiran Rachel. Eveline hanya akan berbicara ketika ada sesuatu penting yang perlu dibicarakan. Selain itu, Eveline dan Rachel tidak pernah sengaja untuk mengobrol."Bagaimana keadaan Ibu?" tanya RachelRachel mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Rachel masih peduli akan kondisi ibunya karena itulah tujuannya datang kesini."Ibu sudah memilih orang yang tepat untuk menjadi suamimu. Kalian akan menikah bulan depan." ucap Eveline langsung duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Rachel.Bak disambar petir di tengah badai. Sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Dunia seakan berhenti berputar. Dadanya mulai terasa sesak, seperti ada sesuatu yang b
Rachel, Sarah dan Arkan sudah berteman sejak mereka masih menginjak bangku sekolah SMP. Mereka bisa dekat karena berada dalam satu ekstrakulikuler yang sama. Ketiganya semakin dekat dan bahkan sampai sekarang. Arkan merupakan sosok yang mampu membuat siapa pun di sekitarnya merasa nyaman. Arkan akan hadir sepenuhnya ketika Rachel dan Sarah meminta bantuan. Tangannya siap untuk membantu dengan cara apa pun yang dibutuhkan. Sama halnya dengan Arkan, Sarah merupakan sosok yang kehadirannya membawa rasa aman untuk Rachel, seperti pelukan hangat di tengah badai. Sebuah kasih sayang dari seorang ibu yang tidak pernah Rachel dapatkan, akhirnya bisa Rachel dapatkan dari seorang Sarah. Tampak jelas dalam caranya merawat dan memperhatikan Rachel. Ia tahu persis kapan Rachel membutuhkannya. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya SarahTerlihat sangat jelas kekhawatiran Sarah terhadap keadaan Rachel. Jika diizinkan, Sarah rela untuk menerima sebagian beban yang ditanggung oleh Rachel. Bahkan S
“Maaf aku belum bisa menerimamu sebagai ayah untuk anakku” ucap Rachel. Pandangannya terus menatap ke bawah. Tidak berani dan bahkan merasa jijik untuk melihat wajah Andreas.“Apa yang membuatmu tidak yakin?” tanya Andreas penasaran. Tidak seperti Rachel, Andreas terus menatap ke arahnya dan mengharapkan sebuah jawaban.Rachel masih belum bisa menjawab pertanyaan Andreas. Pikirannya juga masih berkutik mencari jawaban dan mencari alasan. Pikirannya berusaha berlari kesana kemari tapi tak kunjung ada hasil.Rachel membisu untuk waktu yang cukup lama. Andreas mulai geram. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk satu kalimat jawaban dari Rachel.“Aku tidak bisa menunggu lama. Katakan saja apa yang kamu inginkan. Mari kita buat kesepakatan” Pandangan Andreas sekarang beralih ke jam tangannya. Memeriksa waktu karena akan ada meeting hari ini.Pria gagah nan berkarismatik ini tidak bisa menyia-nyiakan waktunya hanya untuk mendengarkan dan melihat ketidakseriusan seorang perempuan yang tidak p
Andreas berhasil menarik keluar Rachel menjauh dari jangkauan Sarah dan Arkan. Lalu membawanya pergi ke suatu tempat. Saat berada di dalam mobil, suasananya hening tanpa suara. Hanya terdengar suara deruan nafas yang beradu dengan suara kemacetan jalan. Keduanya fokus memalingkan wajah satu sama lain. Belum ada yang berani untuk memulai sebuah percakapan. Baik Rachel maupun Andreas, keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Tidak jauh dari klinik kehamilan tadi, Rachel dan Andreas sudah tiba di sebuah cafe yang bernama Elysian Elegance. Sebuah tempat yang menggabungkan antara keanggunan dan keaslian alam. Tempat ini memancarkan aura elegan yang diimbangi dengan elemen alam yang menenangkan. Desain interior yang bernuansa elegan ditandai dengan furnitur berwarna netral, sentuhan emas mewah, dan pencahayaan yang lembut, menciptakan ruang yang hangat dan indah. Tempat ini sempurna untuk dikunjungi oleh dua insan yang sedang jatuh cinta. Andreas melangkah dan memilih meja palin
Rachel berjalan memasuki ruangan dokter untuk memeriksakan kehamilannya. Tubuhnya mengejang dan suhu tubuhnya terasa panas dan dingin secara bersamaan. Telapak tangannya berkeringat. Gugup. Haruskah Rachel masuk ke ruangan pemeriksaan ini? Ingin sekali rasanya Rachel langsung berlari keluar dan pergi entah kemana seorang diri. Namun, di luar masih ada 4 orang yang pasti akan langsung menahannya. Akhirnya Rachel menguatkan dirinya untuk masuk. Saat pertama kali masuk, terlihat papan nama meja dari akrilik ‘dr. Clarissa Olivia, SpOG’ dan beberapa poster yang dipajangkan pada dinding yang berisikan tentang masa-masa kehamilan. Di kursi terlihat seorang dokter wanita berusia sekitar 40 tahunan dengan rambutnya yang terurai memberikan kesan muda pada wajahnya. Dokter cantik itu sedang menuliskan nama pasien di sebuah kertas. Tertulis nama ‘Rachel Amanda’ pada kertas itu. Dokter yang menyadari kehadiran Rachel segera menyuruh Rachel untuk duduk di kursi yang biasa pasien gunakan saat ber
“Oh Clary, apakah kamu baik-baik saja? Siapa pria itu? Apakah dia yang menghamilimu juga?” Ucap Rachel yang sekilas menatap pria yang dimaksud Arkan yang mendengarkan perkataan Rachel langsung mengernyitkan dahinya. Apakah dia pria yang sudah menghamili Rachel? Batin Arkan Clary tertawa mendengar ucapan dari Rachel yang tidak masuk akal baginya. Bagaimana bisa paman kesayangannya ini menghamili Clary. Itu tidak mungkin “Apa yang dimaksud Ibu bahwa pamanku itu telah menghamiliku? Tidak mungkin pamanku berbuat sejauh itu, Bu Guru. Dia adalah pamanku namanya…” Ucapan Clary terhenti karena melihat Arkan langsung berdiri dan segera menghampiri Andreas. Blamm! Arkan langsung memukul Andreas tepat di wajahnya. Pukulan itu sangat keras tapi tetap membuat Andreas masih berdiri dengan kokoh. Andreas membalas pukulan dari Arkan dan membuat Arkan terpental jatuh ke lantai. Situasi di ruangan itu menjadi panik. Sarah, Rachel dan Clary langsung berlari untuk menghentikan perkelahian. Tidak
“Pria itu…” Rachel berbicara dengan cukup lama. Memperhatikan setiap bentuk tubuhnya. Entah kenapa terlihat sangat mirip dengan pria yang pernah menidurinya malam itu. “Iya pria itu menurutku memiliki postur tubuh yang bagus. Tidak seperti tubuh Arkan yang masih terlihat lembek hahaha” Sarah tertawa mengajak Arkan untuk bercanda “Bagaimana pun juga bentuk tubuhku kamu pasti menyukainya,” balas ejekan Arkan pada Sarah. Tidak bisa dipungkiri Sarah memang tidak bisa mengelaknya. Bagaimana pun juga Sarah lah yang paling mencintai Arkan. Sarah yang paling pertama menyukai Arkan dan bahkan Sarah lah yang pertama menyatakan perasaan cinta kepada Arkan. “Kamu harus memperhatikan tubuhmu. Kamu harus banyak berolahraga supaya di lenganmu ada otot dan perutmu menjadi six pack,” ucap Sarah meledek “Bagaimana bisa aku berolahraga, aku masih sibuk dengan kerjaanku. Tiap hari aku berlari kesana kemari mengejar berita.” Arkan memegang perutnya yang mulai bergelambir karena tidak memperhatikan pol