“Kalau suami lo marah gimana? Jangan deh, Zea. Tadi gue sama Anes cuma bercanda minta ditraktir, kita punya uang sendiri kok buat shoping.” Alea tidak ingin kenalkan mereka berimbas buruk pada rumah tangga Zea.
“Nggak bakal, kita belanja pake uang gue. Kalian nggak lupa ‘kan kalau uang mahar waktu itu belum gue pake sedikitpun? Belum lagi uang jajan dari dia yang belum pernah gue sentuh.” Zea berusaha meyakinkan kedua sahabatnya. Zea tidak ingin rencananya untuk menguras habis saldo ATM dari Natan gagal total gara-gara Anes dan Alea yang merasa segan. “Oke deh kalau lo maksa, gue harap suami lo nggak bakal marah gara-gara ini.” Alea menyetujui ajakan Zea. Sedangkan Anes, tidak usah ditanya. Dia bahkan tidak paham apa maksud pembicaraan Alea dan Zea. Di sisi lain, Natan serasa ingin mengumpat karena harus survei proyek kerjasamanya dengan perusahaan yang mengutus Elena sebagai rekanannya. “Tidak“Tenang, Ze. Jangan kebawa emosi dulu, kalau bisa jangan dicakar, jambak aja rambutnya sampai semuanya rontok.”Entah berniat menenangkan atau semakin memancing keributan, Anes memberikan ide sesat berkedok nasehat pada Zea.Si polos itu memang akan berbuah sedikit pintar dan bisa licik juga pada waktu-waktu tertentu.Jelas lah Anes bisa licik, secara kedua sahabatnya setan semua tidak ada yang beres.“Nggak usah lo ajarin gue, lo aja berguru sama gue,” cetus Zea sembari melangkah lebar menghampiri suaminya yang sedang berusaha ditempeli oleh bibit pelakor.“Kira-kira apakah proyek ini bisa selesai dalam waktu delapan bulan?” Natan berbicara serius dengan mandor proyek tersebut.“Akan diusahakan, Tuan. Semoga saja bisa selesai tepat waktu,” balas mandor tersebut agak sedikit takut-takut.Bayangkan saja, sekarang ia sedang berbicara dengan petinggi perusahaan. Salah sedikit pekerjaan yang menjadi taruhannya.Semu
“Pakai jas aku, Baby. Kamu tidak boleh kepanasan.” Natan meletakkan jas tersebut di atas kepala Zea.“Makasih, Mas. Makin sayang deh kalau kamu perhatian gini.”Deg!Kata-kata dan senyum manis Zea sangat tidak aman untuk kesehatan jantung Natan. Buktinya saja sekarang Natan sudah terdiam sambil memegang jantungnya yang berdetak menggoda di dalam dadanya.“Kalau seperti ini caranya aku bisa serangan jantung,” celoteh Natan dalam hati.Dalam satu menit ini entah sudah ke berapa kalinya Natan berbicara dalam hati karena perubahan mendadak sang istri.Sungguh, yang Ze lakukan dan tunjukkan sekarang sangat tidak sesuai dengan karakter nakal dan bar-bar nya, sehingga Anes dan Alea pun melongo melihat tindakan Zea.“Nggak salah, itu bener-bener Zea?” beo Alea super heran.“Nggak salah, Lea. Itu emang si Zea, sejak kapan Zea jadi lebay begitu? Perasaan dulu pas sama Akas dia nggak segitunya,” balas Anes panjang
Zea menepuk tangannya seperti habis membersihkan debu setelah melayangkan satu tamparan untuk Elena.“BRENGSEK! BERANI SEKALI KAU MENAMPAR KU,” teriak Elena sambil memegang pipinya yang terasa memanas akibat tamparan keras dari Zea.Pelaku yang menampar Elana bukan Natan, melainkan Zea. Mungkin Zea sudah terlalu muak mendengar dirinya selalu direndahkan oleh Natan.“Daripada Mas Natan yang mengotori tangan buat bikin itu mulut bau jigong berhenti ngomong sembarangan, lebih baik saya aja yang nampar Tante bukan?” balas Zea begitu sambil sambil memperhatikan kuku-kuku cantiknya.“Natan, kenapa kamu mau dengan gadis kasar ini? Lihat betapa santainya dia menamparku.” Elena mengadu pada Natan seolah akan mendapat belaan dari pria dingin itu.“Itu pantas kau dapatkan dari calon istriku. Untung tadi tidak aku yang menampar mulutmu yang telah berani menghina calon istriku.”Deg! Elena kembali dibuat membeku karena nyatanya tidak belaan yang ia dapatkan melainkan sebuah kesakitan yang ia
Natan benar-benar telah berubah menjadi cantik, wajahnya yang tampan telah Zea rias dengan peralatan kosmetik miliknya sehingga sudah persis seperti seorang wanita.Finally, wajah Natan telah menjelma menjadi begitu cantik karena Zea menghiasnya tidak dengan asal-asalan.“Kenapa aku berubah menjadi seperti bencong begitu, Baby?” Natan terlihat takut untuk melihat wajahnya sendiri.Bahkan, cermin yang sempat Zea berikan padanya sudah pecah berkeping-keping karena dilempar ke lantai.“Tadi kamu bilang kayak setan, sekarang kamu bilang kayak bencong. Kamu sadar nggak sih Mas kalau yang lagi kamu katai itu wajah kamu sendiri?” Zea menatap Natan yang terlihat ketakutan sambil menahan tawa.Antara iri dan geli melihat wajah Natan saat ini berpadu menjadi satu dalam diri Zea.“Aku tidak menyangka aku bisa berubah menjadi semenyeramkan ini,” tutur Natan yang masih enggan melihat wajahnya yang sudah penuh dengan pewarna menurutnya.
Sungguh sangat aneh, dimana-mana orang itu akan suka dikasih boneka hello Kitty atau apapun itu yang terlihat imut sedikit. Akan tetapi, Anes malah sangat suka mengoleksi boneka monyet.“Simpen dulu bonekanya di dalam tas lo, Nes. Ntar kalau keliatan sama dosen bisa ditangkap boneka lo,” bisik Zea sambil melirik ibu guru yang sedang menerangkan di depan kelas.Beruntung meja Zea dan Anes berada di barisan paling belakang dan letaknya juga terpojok. Jadi dosen yang sedang menerangkan materi di depan sana belum menyadari bahwa sejak tadi Anes tidak menyimak pelajaran melainkan memainkan boneka monyet.“Tas gue ‘kan kecil, Zea. Mana muat boneka imut ini dimasukkan ke sana.” Anes membandingkan ukuran bonekanya dengan tas yang ia bawa ke kampus.Zea jadi menyesal sendiri kenapa juga ia bawakan boneka Anes ke sekolah, akhirnya Zea yang mengambil alih boneka monyet itu untuk ia simpan di dalam tasnya yang kebetulan memiliki ukuran lebih besar daripada ta
“Minggu depan kamu akan ujian kelulusan ‘kan?” Abraham bertanya sambil mengelus rambut panjang Zea.“Iya, Pa. Makanya Zea kesini mau minta tolong sama Papa buat menghadiri rapat besok, mungkin guru-guru mau bahas masalah ujian dan perpisahan sama wali murid,” ungkap Zea.Zea sengaja mengunjungi sang ayah di sore hari ditemani oleh Anes dan Alea untuk memberitahu soal rapat besok.Kenapa Zea tidak pergi bersama Natan?Jawaban adalah Natan masih di kantor, tentunya Zea sudah meminta izin untuk berkunjung ke rumah orang tuanya terlebih dahulu.Maka dari itu, nanti setelah pulang kantor Natan akan menyusul Zea ke sana.“Oke Papa akan datang meskipun sekarang wali kamu bukan lagi Papa, tapi suami kamu. Kamu sudah membicarakan hal ini dengan suami kamu?”“Udah, Pa. Mas Natan nggak masalah kalau besok Papa yang hadir, yang disuruh rapat ke sekolah itu orang tua, Pa. Bukan suami.” Zea memanyunkan bibirnya.Mana ada suami yang menjadi wali murid, pikirnya.“Bener itu, Pa. Yang dateng Papa aja,
Jika tebakan Zea benar, Zea bersumpah akan menyunat Natan sekali lagi, tidak ada tangis seperti wanita tersakiti seperti di suara hati istri. Hanya akan ada Zea yang bar-bar untuk balas dendam.Tentu saja Natan tidak akan tinggal diam mendengar tuduhan sang istri, pengusaha muda itu langsung menggeleng cepat. Bisa terancam ketentraman si rudal jika Zea sampai tantrum karena kesalahpahaman.“Tidak ... tidak begitu juga, Sayang. Aku mana berani selingkuh dari kamu.” Nathan menjawab cepat. “Apalagi menurut aku tidak ada wanita yang lebih menarik daripada kamu di dunia ini.”Bukannya melembut tatapan Zea malah semakin menajam. “Jadi nanti setelah aku udah gak menarik lagi kamu bakal pergi ninggalin aku, iya?” Zea langsung berdiri dengan kedua tangan ia letakkan di pinggang.Glek!Nathan menelan ludahnya dengan brutal. ‘Oh God! Kenapa dia tiba-tiba menyeramkan seperti ini?’ “Jawab aku, Mas Natan! Apa nanti setelah aku udah nggak
“Jangan tatap gue kayak gitu, Dio. Mau lo mata lo itu congkel?” Alea sangat ngeri ditatap tak berkedip seperti itu oleh manusia macam Dio.“Mata juga mata gue, kenapa lo yang sewot?” Dio si tengik itu tidak akan kehilangan akal itu menyahut yang akan membuat lawan bicaranya kesal.“Pergi ke bangku lo sana, pengawas ujian udah masuk tuh.” Saat Alea ingin mengusir Dio, pas sekali pengawas ujian sudah memasuki ruangan ujian.Mau tak mau si Dio harus bergerak ke bangku karena ujian akan segera dimulai.“Kenapa nggak di terima aja sih si Dio? Dia nggak jelek-jelek amat padahal.” Zea menyenggol lengan Alea yang tampak merenung setelah Dio pergi.Zea menebak sepupunya itu sedang memikirkan Dio yang akan menyatakan cinta padanya.“Sekali gue bilang nggak ya, enggak. Gue nggak sudi punya pacar bekas orang sinting kayak dia, paham ‘kan?” semprot Alea membuat Zea tertawa seketika.“Sensi amat, Beb. Inget, jangan terlalu benci. Gue udah berkali-kali peringatin kalau benci sama cinta itu beda tipi