Akhirnya Kinara pun mengangguk setuju karena ia tak ingin terlibat perdebatan dengan sang CEO. Wanita itu pun lantas menenteng tasnya lalu turun dari mobil, ia mengikuti Raka hingga sampai di depan mobil pria itu lalu segera masuk setelah dibukakan pintu oleh sang pemilik.
“Terima kasih, Pak,” kata Kinara, setelah memastikan Kinara memakai sabuk pengaman Raka segera menyusul masuk lalu melajukan mobilnya menuju rumah Kinara. Sepanjang perjalanan, Kinara dan Raka hanya saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang berani membuka pembicaraan di antara mereka, hingga Kinara memberi tahukan alamatnya dan Raka hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia paham dengan alamat yang wanita itu tunjukkan. “Ya Tuhan, mengapa waktu terasa berjalan lambat sekali. Ingin rasanya melompat dari mobilnya, pria ini sungguh dingin sekali,” batin Kinara yang sedang mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. “Ya Tuhan, mengapa debaran ini tidak juga menghilang. Mengapa waktu terasa berjalan begitu cepat saat bersamanya,” batin Raka yang sedang berusaha menyembunyikan kegugupan akan debaran di hatinya yang tak kunjung mereda. Sepuluh menit berlalu, akhirnya Kinara dan Raka tiba di halaman rumah Kinara. “Sekali lagi terima kasih ya, Pak. Maaf sudah merepotkan malam-malam begini,” ucap Kinara sambil tersenyum tipis. Raka mengangguk lalu Kinara segera turun dari mobil sang CEO yang tampan itu. Tanpa perkataan apa pun, Raka segera melajukan mobilnya kembali meninggalkan halaman rumah Kinara. “Baru sebentar saja bersama dia, rasanya jantungku seperti berdetak lebih cepat dari biasanya. Tapi aku tidak boleh membiarkan perasaan ini semakin tumbuh, aku hanya perlu menjaganya, bukan untuk mencintai apa lagi sampai memilikinya,” gumam Raka sambil tersenyum masam pada dirinya sendiri. Kinara pun tak ingin pikir panjang dengan sikap Raka padanya, wanita itu pun segera masuk ke rumahnya untuk beristirahat karena esok hari ia harus kembali ke lokasi untuk menjalani pemotretan film terbarunya. ** Pagi-pagi sekali Kinara sudah siap berada di lokasi, tentu saja ditemani oleh sang manajer—Shela. Kinara adalah artis yang sangat disiplin dan selalu tepat waktu sejak merintis karier hingga saat ini, hal itu yang menjadikannya banyak disukai bukan saja di kalangan penggemarnya tapi juga rekan-rekan kerjanya. Selain karena cantik, tapi tutur kata dan perilakunya juga sangat ramah membuatnya semakin diidolakan banyak kalangan. “Jadi bagaimana, apa kamu sudah mempertimbangkan dengan benar tentang rencana mundur dari dunia hiburan ini?” tanya Shela di sela-sela pemotretan, kini Kinara tengah beristirahat sebelum kembali melakukan pengambilan gambar. Kinara menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan dari manajer sekaligus sahabatnya itu. “Aku masih akan membahasnya dengan kak Yura dan kak Dimas, selain karena masih ada kontrak kerja yang harus kuselesaikan juga. Jadi selama itu, aku sudah mencoba dengan memberikan surat pengunduran diriku pada HRD.” “Ya sudah, apa pun keputusan kamu nanti aku akan selalu mendukung. Jangan ragu untuk memberi tahuku jika kamu sedang ada masalah ya,” pesan Shela seraya menepuk pelan bahu Kinara. Kinara mengangguk lantas tersenyum pada sahabatnya itu. “Terima kasih, Shel.” Tak lama kemudian, Adam yang merupakan lawan main Kinara sudah siap dan mereka kembali melanjutkan pemotretan. Sang fotografer mengarahkan Kinara dan Adam untuk saling memeluk dan bertatapan dengan penuh perasaan. Di saat yang bersamaan, Raka datang ke lokasi untuk meninjau pemotretan film terbaru yang akan segera rilis di bawah produksi yang ia pimpin—Alva Management&Production. Raka melihat Kinara dan Adam yang sedang berpelukan, entah mengapa ada sesuatu di dalam hati yang membuatnya sakit. “Perasaan macam apa ini? Aku tidak boleh terus seperti ini,” batinnya sambil menepuk pelan dada sebelah kirinya. Menyadari ada sang CEO yang sedang berkunjung, semua segera menghentikan aktivitas mereka untuk menyambut kedatangan Raka. “Santai saja, silakan lanjutkan kembali pekerjaan kalian. Saya hanya ingin meninjau saja,” ujar Raka sambil tersenyum ramah. “Terima kasih, Pak,” ucap semua bersamaan. Raka yang mengenali Shela sebagai manajer Kinara lantas berjalan perlahan menghampiri wanita itu. Melihat Raka yang sedang berjalan ke arahnya, Shela segera berdiri dari tempatnya. “Selamat pagi, Pak Raka ... apa ada yang bisa saya bantu?” “Selamat pagi, kamu Shela manajernya Kinara, bukan?” “Iya benar sekali, Pak.” “Tolong sampaikan pada Kinara untuk menemui saya di ruangan setelah selesai pemotretan ini,” pinta Raka dengan wajah tegasnya sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, ia pun berjalan pergi setelah Shela mengiyakan perintah darinya. “Ya Tuhan, sepertinya pak Raka ingin mempertanyakan surat pengunduran diri Ara,” gumam Shela dengan wajah cemas yang tak bisa ia sembunyikan, membuat Kinara segera menghampiri manajernya itu setelah pengambilan gambar yang ia lakukan selesai. “Ada apa, Shel?” tanya Kinara yang merasa khawatir dengan Shela. “Ara, kamu diminta pak Raka untuk ke ruangannya sekarang.” “Apa?” “Iya, sekarang Ara. Cepat temui Beliau sekarang juga,” pinta Shela yang terpaksa harus Kinara turuti. Dengan langkah gontai, Kinara berjalan perlahan memasuki lift yang akan membawanya ke ruangan sang CEO. Tok! Tok! Tok! Kinara masuk ke ruangan Raka setelah pria itu mempersilakannya untuk masuk. Ternyata Raka sudah menunggu kedatangan artis cantik yang menjadi idola, baik dalam manajemen mau pun masyarakat luas. “Silakan duduk ... karena waktu saya tidak banyak, saya akan langsung saja,” ujar Raka mulai membuka percakapan di antara mereka. Kinara mengangguk paham lalu segera duduk di sofa yang berseberangan dengan tempat Raka duduk. “Kamu tahu bukan jika berhenti dari manajemen dan rumah produksi ini sebelum kontrak berakhir akan terkena penalti, saya sudah membaca kontrak kerja kamu dan saya rasa penalti yang harus kamu ganti itu cukup besar. Apa kamu sanggup?” **Apa kamu sanggup?” tanya Raka sekali lagi karena Kinara tak kunjung menjawab pertanyaan darinya. Kinara mengangguk ragu. “Saya akan berusaha untuk bisa menyelesaikan semua kontrak kerja yang sudah saya sepakati, tapi setelah itu saya tidak bisa lagi menerima kontrak yang baru. Karena selain berhenti dari manajemen dan rumah produksi ini, saya juga akan berhenti dari dunia hiburan,” terang Kinara sambil membalas tatapan Raka yang terasa dingin padanya. “Mengapa mendadak? Apa ada masalah?” “Tidak ada, Pak. Memang keputusan ini sudah saya rencanakan sejak lama, saya harap Bapak bisa mengerti.” “Di saat kita mulai terasa dekat, mengapa kamu malah ingin menjauh dariku, Kinara?” batin Raka sambil menatap lurus ke arah Kinara dengan pandangan kosong. “Maaf, Pak ... Pak Raka ....” Panggilan dari Kinara membuat Raka tersadar akan lamunannya, ia pun sedikit berdeham sebelum kembali melanjutkan percakapan dengan Kinara. “Baiklah, untuk sementara ini saya simpan dulu surat pe
Kinara mengedikkan kedua bahunya, kini ia lebih berani membalas tatapan Raka tak ada lagi keraguan dari netra indahnya itu. “Kalau begitu langsung saja katakan pada kedua orang tua Pak Raka kalau perjodohan ini batal atas kesepakatan kita bersama, saya juga akan berkata demikian pada kedua kakak saya.” “Siapa yang bilang kalau saya sudah sepakat dengan keputusan yang kamu ambil sendiri? Saya tidak mau menerima perjodohan ini, bukan berarti juga saya menolak begitu saja,” balas Raka santai sambil meminum segelas orange juice di hadapannya. Kinara terlihat bingung dengan pria yang sedang duduk di depannya itu, kedua tangannya terkepal, hatinya bergemuruh, namun ia berusaha untuk tidak terbawa emosi meskipun ingin sekali rasanya menelan lelaki di hadapannya itu yang mudah sekali berubah suasana hatinya begitu cepat. Kinara menghela napas perlahan sebelum membalas perkataan Raka. “Baiklah, lalu Pak Raka maunya bagaimana sekarang?” tanyanya dengan selembut mungkin diiringi senyuma
Setelah persiapan yang dilakukan selesai, para wartawan dan media telah berkumpul memenuhi undangan dari Alva Management&Production untuk meliput konferensi pers yang sesaat lagi akan berlangsung. Raka dan Kinara telah duduk di hadapan rekan wartawan dan media yang bersiap meliput mereka, Raka mulai memberi kata sambutan lantas menyampaikan tujuannya menggelar konferensi pers hari ini.“Tujuan kami mengadakan konferensi pers ini adalah untuk mengumumkan bahwa ... artis kami yang bernama Kinara Azalea, akan mengundurkan diri dari dunia hiburan terhitung sejak hari ini,” ucapan Raka membuat semua bertanya-tanya apa alasan dari Kinara sampai mengundurkan diri, lalu salah satu wartawan menanyakan langsung pada mereka.Kinara bersiap untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh wartawan tersebut. Namun sebelum sempat membuka suara, Raka telah terlebih dahulu menjawab pertanyaan itu.“Alasan mengapa Kinara mengundurkan diri atau berhenti dari dunia hiburan ini adalah ...,” ucap Rak
“Baiklah, aku ... aku akan memberi tahu Kinara dan keluarganya untuk mengatur jadwal pertemuan keluarga kita,” jawab Raka dengan muka masamnya.“Terima kasih ya, Nak. Papa dan mama sangat senang jika kalian memang berjodoh nantinya,” ungkap bu Kamila penuh harap, mengingat usia Raka yang sudah menginjak kepala tiga.Mendengar ungkapan sang mama, Raka pun hanya mengangguk pasrah namun penuh harap. “Aku pun sangat ingin hal itu terjadi, Ma. Tapi aku cukup tahu diri jika suatu saat nanti Kinara tahu yang sebenarnya dan dia lebih memilih pergi, meski berat aku akan berusaha untuk melepasnya,” batin Raka dengan wajah yang kini berubah sendu.**Pagi hari yang cerah, Kinara tengah menyirami bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan cantik di halaman rumahnya. Hatinya merasa tenang karena tak lagi harus bergelut dengan sorot kamera dan rentetan pertanyaan wartawan yang selama ini membelenggu hidupnya, meski ia senang menjalani semua itu namun tak bisa dipungkiri kini hidupnya terasa jauh
Kinara sedikit ragu memberi tahu tentang identitas Gavi yang sebenarnya, ia hanya tidak ingin terjadi salah paham dengan Raka meski hubungan mereka hanya sebatas pura-pura.“Aku adik dari Davian, calon suami Kinara dulu,” sahut Gavi yang menjawab pertanyaan Raka.“Mantan, karena Davian sudah tidak ada,” ujar Kinara meralat perkataan Gavi.Suasana pun berubah menjadi sedikit canggung, ketiganya saling terdiam dan masih berdiri di ambang pintu.“Kenapa kalian masih berdiri di sana? Ayo kemari, kakak sudah buatkan minuman dan camilan untuk kita semua,” ajak Yura pada mereka bertiga, akhirnya mereka semua pun masuk dan berkumpul di ruang tamu menikmati sajian yang telah dipersiapkan oleh sang tuan rumah.Setelah menikmati minuman dan camilan, akhirnya Raka membuka pembicaraan untuk menyampaikan tujuannya datang ke rumah Kinara.“Boleh saja kalau memang mau bertemu. Ya kan, Ara?” tanya Yura pada Kinara yang sedikit terkejut karena orang tua Raka ingin bertemu dengannya.“Hmmm ... ya
Candaan pak Rangga membuat semua dalam ruangan ikut tertawa kecuali Gavi.Kinara dan Raka yang menjadi pusat perhatian hanya bisa menanggapi dengan senyuman kikuk, Kinara memberi kode pada Raka agar pria itu yang menjawab pertanyaan dari keluarganya.“Maaf Pa, hmm ... tapi kami sudah memutuskan untuk saling mengenal lebih lama lagi. Jadi untuk bertunangan apa lagi menikah, sepertinya masih akan lama,” ujar Raka dengan sesopan mungkin pada semuanya.Kinara melempar senyuman manisnya pada Raka karena pria itu telah menyelamatkan mereka dengan jawaban yang diberikan.“Ya sudah kalau begitu, kami sebagai orang tua hanya bisa memberi saran. Jalani saja bagaimana baiknya menurut kalian, kami hanya bisa berharap semoga dalam waktu dekat akan segera mendapat kabar baik dari kalian,” tutur pak Rangga dengan bijak.Semua dalam ruangan itu akhirnya mengangguk setuju dengan perkataan pak Rangga, lalu semua melanjutkan dengan obrolan ringan. Sementara itu dalam pikiran masing-masing, Kinara d
“Menyebalkan sekali, apa dia pria yang dimaksud Davian dalam mimpi tadi?” gumam Kinara yang termenung beberapa saat lantas segera tersadar mengingat Raka yang sudah menunggunya di bawah. Ia pun berlari kecil ke kamar mandi dan segera bersiap menemui Raka yang sedari tadi menunggu dirinya.**Setelah sarapan bersama keluarga Kinara, Raka mengajak wanita itu ke suatu tempat. Tak butuh waktu lama, setelah hampir 20 menit berkendara akhirnya mereka berdua sudah tiba di depan gedung kantor Alva Management&Production.“Untuk apa Pak Raka mengajak saya kemari?” tanya Kinara dengan menaikkan kedua alisnya.“Nanti juga kamu akan tahu,” sahut Raka dengan santainya lalu mengajak Kinara segera turun dari mobil dan menggandeng wanita itu menuju ruang kerjanya.Selama perjalanan dari lobi menuju ruangan CEO, Kinara dan Raka menjadi pusat perhatian semua orang. Hal itu membuat Kinara malu dan hanya menundukkan kepala sambil mengikuti Raka yang sedari tadi menggandeng tangannya dengan mesra.“P
“Panggil nama saja, mas, atau ... sayang juga boleh,” canda Raka membuat mereka tertawa bersama.“Hmmm ... ternyata seorang Pak Raka yang terkenal dingin bisa bercanda juga ya,” kata Kinara sambil membetulkan posisi duduknya. “Ya sudah, Mas Raka saja ya,” tawarnya kemudian.“Oke, Sayang.”Kedua bola mata Kinara langsung membulat begitu mendapat panggilan ‘sayang’ dari Raka.Melihat wajah Kinara yang begitu lucu di mata Raka membuatnya tertawa, pria itu pun mencubit pelan pipi Kinara dengan gemas.“Aku menyukaimu karena kebaikan dan kelembutan hatimu, Kinara. Aku suka kamu yang apa adanya, tetaplah menjadi Kinara yang seperti ini ya,” tutur Raka sambil mengelus puncak kepala Kinara dengan penuh kelembutan.Diperlakukan seperti itu membuat pipi Kinara merona, ia belum pernah merasakan hal ini lagi setelah kepergian Davian. Hatinya terasa menghangat, ia merasa begitu disayang oleh Raka. Namun tetap saja, hatinya masih belum bisa terbuka sepenuhnya dengan perlakuan dan kata-kata man
Raka dan Gavi sama-sama menelan kekecewaan saat Kinara memutuskan untuk tak memilih salah satu di antara mereka. Ia tak ingin menjadi bahan pertengkaran kedua pria itu, hingga akhirnya ia memilih untuk pulang sendiri menggunakan taksi online.“Lihat bagaimana egoisnya Anda, Pak Raka? Kinara harus pulang sendiri karena tidak ingin menyakiti salah satu di antara kita. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengannya nanti? Apa Anda akan bertanggung jawab!” bentak Gavi kemudian segera pergi menyusul Kinara.“Aku semakin yakin jika ada sesuatu di antara kalian,” gumam Raka dengan tersenyum masam.Sementara itu Kinara sudah tiba di rumah dan segera masuk ke dalam kamarnya. Ia pun merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tidak bisa tegas dengan perasaannya. “Harusnya aku bisa langsung memilih Raka, tapi mengapa rasanya begitu sulit mengatakan itu di depan Gavi. Aku tidak boleh seperti ini terus,” sesalnya sambil mengusap air matanya dengan kasar.**Esok paginya, Gavi ingin menepati janji untu
Kinara mencoba mengingat kembali gambar mobil yang Gavi tunjukkan padanya itu, hingga beberapa detik kemudian ia pun mengingat sesuatu. “Aku pernah melihatnya terparkir di depan gedung Alva Management&Production,” terangnya.“Kapan kamu melihatnya?”“Hmmm ... sekitar lima atau enam tahun yang lalu, aku hanya pernah melihatnya sekali itu saja. Setelahnya sudah tidak pernah terlihat lagi,” terang Kinara sambil mengedikkan bahu.“Apa kamu tahu mobil itu milik siapa?”“Mobil itu parkir di depan gedung, setahuku yang boleh parkir di sana hanya untuk pemilik dan para petinggi perusahaan. Tapi aku tidak tahu mobil itu milik siapa,” jelas Kinara panjang lebar membuat Gavi semakin yakin dengan hal yang tengah ia selidiki.“Memangnya ada apa?” tanya Kinara penasaran.“Tidak apa, aku hanya ... hanya menyukai modelnya saja,” kilah Gavi sambil tersenyum menutupi kebohongannya. “Maafkan aku, Kin. Belum saatnya aku memberi tahukan semua ini padamu,” batinnya dalam hati.Kinara menaruh rasa cu
Tak kunjung mendapat jawaban, Raka kembali menawari Kinara dengan penuh perhatian. “Atau mau aku pesankan yang lain?”“Tidak perlu, Mas. Ini semua sudah lebih dari cukup.”“Lalu kenapa kamu tidak menghabiskan makananmu? Apa mau kusuapi?” tanya Raka sambil mengusap lengan Kinara dengan lembut.Perlakuan Raka pada Kinara itu tak luput dari perhatian Gavi yang sedari tadi mengawasi mereka dalam diam. Kinara menggeleng perlahan lalu tersenyum. “Aku sudah kenyang, Mas. Terima kasih, ya.”“Raka terlihat begitu mencintai Kinara, tapi aku harus tetap mengawasinya,” batin Gavi sambil melirik ke arah Kinara dan Raka.Merasa ada yang memperhatikan gerak-geriknya, Raka pun mencoba menegur orang tersebut. “Apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?” tanyanya sambil melihat ke arah Gavi.“Ah, tidak ... sudah cukup, terima kasih,” jawab Gavi sambil tersenyum tipis.Usai makan malam bersama, mereka pun berpamitan pada Raka selaku tuan rumah pemilik acara. Shela dan Niko pamit pulang terlebih dahulu
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, Kinara berangkat bersama kedua kakaknya menuju tempat Gala Premiere film terakhirnya akan diputar untuk pertama kali. Setelah memakan waktu hampir 45 menit, akhirnya mereka tiba juga di gedung tempat acara itu berlangsung.Kinara turun dari mobil dengan gaun berwarna navy yang membuatnya terlihat menawan dan elegan, begitu juga dengan make up dan rambut yang ia tata sesuai untuk acara malam ini. Raka menyambut kedatangannya dengan senyuman yang membuatnya semakin tampan dengan balutan jas berwarna senada yang dikenakan oleh Kinara. Keduanya berjalan bergandengan melewati red carpet lalu berfoto di depan para wartawan beberapa pose lantas segera memasuki ruang acara karena pemutaran film akan segera dimulai.“Kamu terlihat sangat cantik malam ini, Sayang,” puji Raka sambil berbisik di telinga sang kekasih.Kinara hanya tersenyum sambil tersipu dengan pujian dari kekasihnya itu. Lantas keduanya segera bergabung dengan Yura, Dimas, Shela,
Gavi berjalan mendekat pada Kinara, keduanya saling menatap dengan pandangan yang sulit diartikan. Hampir saja mereka terhanyut dalam perasaan yang salah, namun Kinara segera menepis rasa itu.“Maaf, aku mau ke kamar dulu,” ujar Kinara lantas segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Gavi.Melihat Kinara dengan perasaan kecewa, Gavi berusaha menenangkan hatinya. Pria itu menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, hatinya terasa sesak. Kinara dengan jelas menolaknya, ia harus sadar diri bahwa wanita itu memang tak ingin terlibat perasaan lebih jauh dengannya.Tanpa ia tahu, Kinara sendiri sedang berperang dengan hatinya. Ia memang mencintai Raka, namun di sisi lain perhatian Gavi perlahan telah membangkitkan perasaan yang dulu pernah berkembang namun segera layu karena tak kunjung mendapat balasan yang sama. Kinara pernah mempunyai rasa yang sama seperti yang Gavi rasakan, namun pria itu tak kunjung menyatakan perasaannya. Hingga akhirnya Kinara memilih menerima cinta Davia
Kinara kembali bertanya karena Raka tak kunjung mengatakan apa yang ingin pria itu sampaikan. “Jadi, ada hal apa sebenarnya yang ingin kamu katakan?”“Sepertinya kita memiliki ikatan batin yang cukup kuat, bisakah kita membicarakannya sambil meminum segelas kopi?” tawarnya.“Baiklah,” sahut Kinara setuju, lalu mereka berdua pun duduk di sofa sambil menunggu kopi yang baru saja Kinara pesan pada pelayannya melalui telepon.Beberapa saat kemudian, kopi sudah terhidang di atas meja. Raka segera meminumnya lalu memulai pembicaraan tentang maksud kedatangannya pada Kinara, ia tak banyak berharap mengingat wanita itu sudah tak ingin lagi menjadi artis. “Kamu hanya perlu hadir saja, jika tidak ingin melakukan wawancara aku akan menyampaikan pada timku nanti. Itu pun jika ... kamu berkenan untuk hadir, aku tak akan memaksa,” ungkap Raka merasa lega karena telah menyampaikannya pada Kinara.Kinara terdiam, wanita itu tampak berpikir. Raka pun mengerti dan memberi waktu sejenak pada kekas
Kinara membiarkan pintu terbuka lantas ia pun melangkah masuk menghampiri Gavi. “Apa kamu mencariku?” tanya Kinara begitu sudah berada di dalam kamar. “Memang ada apa? Kata kak Yura, sepertinya ada hal yang penting,” lanjutnya.“Apa aku harus mengatakannya sekarang? Tapi aku belum memiliki bukti yang cukup kuat, sebaiknya aku selidiki dulu sampai semuanya benar-benar terbukti,” batin Gavi sambil menatap Kinara dengan pandangan kosong.“Gavi ....”Panggilan dari Kinara membuat Gavi kembali tersadar dari lamunannya.“Ah itu, ya ... ehmm ... tidak ada apa-apa, Kin. Aku hanya khawatir karena sudah hampir larut kamu belum pulang, aku takut terjadi sesuatu padamu,” kilah Gavi dengan tersenyum kikuk.“Benar hanya itu? Sepertinya ada hal yang sedang kamu sembunyikan?” tanya Kinara dengan tatapan menyelidik.“Tidak, Kin ... lupakan saja, aku sudah lupa tentang apa yang akan aku tanyakan tadi,” sahut Gavi dengan terkekeh pelan.“Baiklah, kalau memang tidak ada aku akan ke kamarku,” pamit
Kinara dan Raka kini tengah makan malam bersama kedua orang tua Raka, usai menikmati hidangan mereka pun melanjutkan pembicaraan tentang hubungan mereka ke depannya. Orang tua Raka sangat berharap Kinara dan Raka bisa segera menikah, namun hingga kini keduanya hanya bisa meminta waktu karena Kinara merasa belum siap dan masih ingin lebih saling mengenal dengan Raka sebelum memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama pria itu.“Baiklah kalau memang kalian ingin seperti itu, kami hanya bisa mendoakan agar kabar baik itu segera tiba,” tutur pak Rangga dengan bijak.“Iya, mama juga sebenarnya sudah sangat ingin melihat kalian segera menikah. Tapi mau bagaimana lagi, kami hanya bisa mendoakan dan mendukung yang terbaik untuk kalian,” sambung bu Kamila sambil tersenyum.“Terima kasih Om dan Tante, maaf kalau sudah mengecewakan,” ujar Kinara sambil tersenyum canggung.“Tidak masalah, Nak. Lagi pula kami sudah menganggap kamu seperti anak sendiri, jadi jangan panggil begitu ya,” k
Kinara dan Raka tak menyangka bahwa Yura akan datang dan mendapati mereka tengah bermesraan. Keduanya jadi salah tingkah, begitu pun Yura yang meminta maaf karena tidak tahu jika Kinara sedang bersama dengan Raka.“Maaf ya, aku tidak tahu kalau kalian sedang bersama. Kalau begitu aku keluar dulu saja,” ujar Yura sambil tersenyum tipis.“Tidak perlu, Kak. Lagi pula Mas Raka sudah mau pergi, Kakak masuk saja,” kata Kinara mempersilakan kakaknya untuk masuk.“Ya sudah aku pergi dulu ya, sampai bertemu,” ucap Raka sambil mengelus kepala Kinara lantas berpamitan dengan Yura. “Aku kembali ke kantor dulu, ya. Dan ... maaf soal tadi.”“Iya tidak papa, Raka. Hati-hati di jalan,” sahut Yura.Setelah kepergian Raka, Kinara pun mendapat kuliah dari sang kakak. Membuatnya hanya bisa diam dan mengangguk karena tak ingin terjadi perdebatan dengan kakak tersayangnya itu.“Ingat ya Ara, adikku tersayang ... kalau sampai kakak lihat kamu bermesraan di tempat umum lagi, kakak akan nikahkan kalian