“Shel ... sepertinya aku ingin berhenti saja dari dunia hiburan ini,” celetuk Kinara saat sudah berada di mobil dan sedang dalam perjalanan menuju lokasi syutingnya dengan ditemani oleh sang manajer sekaligus sahabatnya—Shela.
Shela yang mendengar ungkapan sang artis itu sontak menoleh dan membulatkan matanya menatap Kinara dengan penuh tanya. “Kenapa tiba-tiba? Apa kamu ada masalah?” tanyanya dengan nada khawatir. Kinara menggeleng pelan lalu tersenyum tipis. “Tidak ... aku hanya ingin hidup lebih tenang tanpa harus berbagi kehidupan pribadiku dengan semua orang.” “Tapi Ara, bukankah ini semua yang kamu inginkan sejak kecil? Kenapa sekarang berubah pikiran?” cecar Shela masih tak terima dengan jawaban yang diberikan Kinara. “Ya memang, tapi setelah aku pikir lagi ... ucapan Davian ada benarnya,” sahut Kinara dengan tersenyum getir. “Davian?” tanya Shela memastikan bahwa ia tidak salah mendengar karena Kinara baru saja menyebutkan nama sang kekasih yang telah meninggal dunia. Kinara mengangguk lalu berpaling ke arah jendela, menatap jalanan dengan sendu sambil mengingat perkataan Davian—kekasih sekaligus calon suaminya. Ingatannya kembali pada kejadian lima tahun lalu saat mereka masih bersama sebagai sepasang kekasih yang sangat bahagia. “Davian pernah bilang, jika kami sudah menikah nanti dia ingin aku berhenti dari dunia hiburan. Dia tidak ingin aku bekerja terlalu lelah dari pagi sampai malam, tidak pernah ada waktu untuknya dan juga keluarga. Dia ingin kami menjalani kehidupan normal tanpa harus orang lain tahu tentang kehidupan pribadi kami. Aku merasa perkataannya memang ada benarnya, tidak mungkin selamanya aku harus berbagi kehidupan pribadiku dengan semuanya. Tapi Allah terlalu sayang padanya, dia pergi begitu cepat meninggalkan aku sendiri yang bahkan sampai detik ini masih harus berjuang untuk bisa merelakan kepergiannya dari dunia ini.” Tanpa terasa air mata telah mengalir begitu saja membasahi pipi Kinara, dadanya terasa sesak bila mengingat sang kekasih yang telah tiada. Wajah cantik itu kini terlihat muram dengan make up yang sedikit berantakan karena air matanya. Shela ikut merasa sedih dan prihatin dengan sahabatnya itu, ia pun mendekat lalu memutar tubuh Kinara agar menghadapnya. “Ara ... aku tahu bagaimana perasaanmu, kamu harus kuat ya. Jangan pernah merasa sendiri karena aku akan selalu ada di sini untuk kamu, sampai kapan pun. Dan apa pun keputusanmu, jika kamu memang ingin berhenti aku akan mendukungmu,” tuturnya seraya mengusap air mata di pipi Kinara lalu memeluk sahabatnya itu. Kinara merasa beruntung memiliki sahabat seperti Shela, mereka telah berteman sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Shela sangat tahu bagaimana kerasnya kehidupan Kinara, karena sejak kecil sudah harus bekerja meski itu adalah keinginan Kinara sendiri namun tetap saja kegiatan itu telah banyak menyita waktunya di mana anak seusianya yang masih nyaman dengan dunia bermain dan belajar mereka sedangkan Kinara harus menghabiskan sebagian besar waktunya di lokasi syuting. ** Malam hampir larut saat Kinara baru saja mengantar Shela pulang setelah mereka menghabiskan waktu seharian di lokasi syuting. Dalam perjalanan kembali ke rumahnya, tiba-tiba saja mobil yang ditumpanginya harus berhenti karena ban mobilnya bocor. “Kenapa berhenti, Pak?” tanya Kinara pada sopirnya yang bernama pak Dadang, beliau merupakan sopir perusahaan Alva Management&Production yang memang dipersiapkan untuk mengantar jemput artis di lokasi. “Maaf, Mbak Kinara. Sepertinya ban mobilnya ada yang kempes, biar saya cek dulu,” pamit pak Dadang seraya turun dari mobil. Kinara pun hanya mengangguk lalu kembali bermain dengan ponselnya, tak lama kemudian pak Dadang kembali masuk sambil memberi tahu bahwa beliau akan mengganti ban mobilnya namun membutuhkan waktu yang agak lama sementara Kinara harus segera pulang dan beristirahat karena besok pagi ia harus kembali lagi ke lokasi untuk pemotretan. “Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Kinara dengan ramah. “Tidak perlu repot, Mbak Kinara menunggu di dalam mobil saja,” sahut pak Dadang dengan sopan. “Ya sudah, Pak. Saya coba cari taksi online saja kalau begitu,” ujar Kinara sambil membuka aplikasi taksi online di ponselnya. “Baik, Mbak Kinara menunggu di dalam saja biar saya ganti dulu ban mobilnya,” pamit pak Dadang kembali keluar untuk mengerjakan tugasnya. Kinara merasa jenuh menunggu karena dari tadi tak ada satu pun yang mau menerima pesanan darinya, ia pun membuka jendela mobil sambil sesekali melihat ponselnya yang masih terus mencari taksi online yang bersedia mengantarnya pulang. “Kenapa tidak ada yang mau menerima pesananku,” gerutunya gelisah sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Sepuluh menit berlalu, lewatlah sebuah mobil sedan berwarna hitam yang kemudian berhenti tepat di depan mobil Kinara yang sedang diganti bannya. Kinara merasa cemas, takut jika mobil yang berhenti di depannya adalah milik orang jahat. Akhirnya Kinara kembali menutup jendela mobilnya hingga beberapa saat menunggu, turunlah seorang pria pengemudi dari dalam mobil tersebut yang kemudian berjalan perlahan menghampiri Kinara. Tuk! Tuk! Tuk! Pria itu lantas mengetuk perlahan jendela mobil Kinara, meski dengan perasaan takut Kinara memberanikan diri membuka jendela. “Selamat malam, apa kamu memerlukan bantuan?” tanya sang pria. “Anda ....” Kinara merasa terkejut saat menyadari pria yang berdiri di hadapannya sekarang adalah sang CEO tempatnya bekerja. “Anda ... Pak Raka?” tanya Kinara memastikan. Raka mengangguk perlahan lantas mengulas senyum tipis, ada sedikit perasaan senang karena Kinara masih mengingatnya. Melihat ada atasannya, pak Dadang pun menjelaskan bahwa mobil yang ditumpangi Kinara itu bannya bocor dan saat ini sedang ia perbaiki namun masih memerlukan waktu yang agak lama untuk selesai. “Baiklah, kalau begitu biar saya bantu ya,” kata Raka yang bersiap dengan melipat lengan kemejanya. “Tidak perlu, tapi terima kasih sebelumnya Pak. Biar ini saya selesaikan sendiri saja, kalau boleh minta tolong antarkan mbak Kinara pulang karena besok pagi-pagi sekali ada pemotretan. Kasihan kalau masih harus menunggu, Pak. Taksi online juga sepertinya sudah jarang yang mau ambil penumpang karena hampir tengah malam begini,” pinta pak Dadang dengan sopan pada atasannya itu. Raka lantas mengangguk paham dan menyanggupi permintaan pak Dadang. “Baiklah, mari saya antar,” ajaknya pada Kinara yang sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka. “Eh, tidak usah, Pak. Biar saya minta jemput kakak saya saja,” ujar Kinara berusaha menolak dengan halus. “Saya tidak mau besok sampai ada jadwal tertunda karena menunggu artis yang terlambat tiba di lokasi. Saya antar kamu pulang,” kata Raka dengan raut wajah datarnya yang lebih terdengar seperti sebuah perintah.Akhirnya Kinara pun mengangguk setuju karena ia tak ingin terlibat perdebatan dengan sang CEO. Wanita itu pun lantas menenteng tasnya lalu turun dari mobil, ia mengikuti Raka hingga sampai di depan mobil pria itu lalu segera masuk setelah dibukakan pintu oleh sang pemilik. “Terima kasih, Pak,” kata Kinara, setelah memastikan Kinara memakai sabuk pengaman Raka segera menyusul masuk lalu melajukan mobilnya menuju rumah Kinara. Sepanjang perjalanan, Kinara dan Raka hanya saling melirik satu sama lain. Tidak ada yang berani membuka pembicaraan di antara mereka, hingga Kinara memberi tahukan alamatnya dan Raka hanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia paham dengan alamat yang wanita itu tunjukkan. “Ya Tuhan, mengapa waktu terasa berjalan lambat sekali. Ingin rasanya melompat dari mobilnya, pria ini sungguh dingin sekali,” batin Kinara yang sedang mengalihkan pandangan ke arah luar jendela. “Ya Tuhan, mengapa debaran ini tidak juga menghilang. Mengapa waktu terasa berjalan begit
Apa kamu sanggup?” tanya Raka sekali lagi karena Kinara tak kunjung menjawab pertanyaan darinya. Kinara mengangguk ragu. “Saya akan berusaha untuk bisa menyelesaikan semua kontrak kerja yang sudah saya sepakati, tapi setelah itu saya tidak bisa lagi menerima kontrak yang baru. Karena selain berhenti dari manajemen dan rumah produksi ini, saya juga akan berhenti dari dunia hiburan,” terang Kinara sambil membalas tatapan Raka yang terasa dingin padanya. “Mengapa mendadak? Apa ada masalah?” “Tidak ada, Pak. Memang keputusan ini sudah saya rencanakan sejak lama, saya harap Bapak bisa mengerti.” “Di saat kita mulai terasa dekat, mengapa kamu malah ingin menjauh dariku, Kinara?” batin Raka sambil menatap lurus ke arah Kinara dengan pandangan kosong. “Maaf, Pak ... Pak Raka ....” Panggilan dari Kinara membuat Raka tersadar akan lamunannya, ia pun sedikit berdeham sebelum kembali melanjutkan percakapan dengan Kinara. “Baiklah, untuk sementara ini saya simpan dulu surat pe
Kinara mengedikkan kedua bahunya, kini ia lebih berani membalas tatapan Raka tak ada lagi keraguan dari netra indahnya itu. “Kalau begitu langsung saja katakan pada kedua orang tua Pak Raka kalau perjodohan ini batal atas kesepakatan kita bersama, saya juga akan berkata demikian pada kedua kakak saya.” “Siapa yang bilang kalau saya sudah sepakat dengan keputusan yang kamu ambil sendiri? Saya tidak mau menerima perjodohan ini, bukan berarti juga saya menolak begitu saja,” balas Raka santai sambil meminum segelas orange juice di hadapannya. Kinara terlihat bingung dengan pria yang sedang duduk di depannya itu, kedua tangannya terkepal, hatinya bergemuruh, namun ia berusaha untuk tidak terbawa emosi meskipun ingin sekali rasanya menelan lelaki di hadapannya itu yang mudah sekali berubah suasana hatinya begitu cepat. Kinara menghela napas perlahan sebelum membalas perkataan Raka. “Baiklah, lalu Pak Raka maunya bagaimana sekarang?” tanyanya dengan selembut mungkin diiringi senyuma
Setelah persiapan yang dilakukan selesai, para wartawan dan media telah berkumpul memenuhi undangan dari Alva Management&Production untuk meliput konferensi pers yang sesaat lagi akan berlangsung. Raka dan Kinara telah duduk di hadapan rekan wartawan dan media yang bersiap meliput mereka, Raka mulai memberi kata sambutan lantas menyampaikan tujuannya menggelar konferensi pers hari ini.“Tujuan kami mengadakan konferensi pers ini adalah untuk mengumumkan bahwa ... artis kami yang bernama Kinara Azalea, akan mengundurkan diri dari dunia hiburan terhitung sejak hari ini,” ucapan Raka membuat semua bertanya-tanya apa alasan dari Kinara sampai mengundurkan diri, lalu salah satu wartawan menanyakan langsung pada mereka.Kinara bersiap untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh wartawan tersebut. Namun sebelum sempat membuka suara, Raka telah terlebih dahulu menjawab pertanyaan itu.“Alasan mengapa Kinara mengundurkan diri atau berhenti dari dunia hiburan ini adalah ...,” ucap Rak
“Baiklah, aku ... aku akan memberi tahu Kinara dan keluarganya untuk mengatur jadwal pertemuan keluarga kita,” jawab Raka dengan muka masamnya.“Terima kasih ya, Nak. Papa dan mama sangat senang jika kalian memang berjodoh nantinya,” ungkap bu Kamila penuh harap, mengingat usia Raka yang sudah menginjak kepala tiga.Mendengar ungkapan sang mama, Raka pun hanya mengangguk pasrah namun penuh harap. “Aku pun sangat ingin hal itu terjadi, Ma. Tapi aku cukup tahu diri jika suatu saat nanti Kinara tahu yang sebenarnya dan dia lebih memilih pergi, meski berat aku akan berusaha untuk melepasnya,” batin Raka dengan wajah yang kini berubah sendu.**Pagi hari yang cerah, Kinara tengah menyirami bunga-bunga yang sedang bermekaran dengan cantik di halaman rumahnya. Hatinya merasa tenang karena tak lagi harus bergelut dengan sorot kamera dan rentetan pertanyaan wartawan yang selama ini membelenggu hidupnya, meski ia senang menjalani semua itu namun tak bisa dipungkiri kini hidupnya terasa jauh
Kinara sedikit ragu memberi tahu tentang identitas Gavi yang sebenarnya, ia hanya tidak ingin terjadi salah paham dengan Raka meski hubungan mereka hanya sebatas pura-pura.“Aku adik dari Davian, calon suami Kinara dulu,” sahut Gavi yang menjawab pertanyaan Raka.“Mantan, karena Davian sudah tidak ada,” ujar Kinara meralat perkataan Gavi.Suasana pun berubah menjadi sedikit canggung, ketiganya saling terdiam dan masih berdiri di ambang pintu.“Kenapa kalian masih berdiri di sana? Ayo kemari, kakak sudah buatkan minuman dan camilan untuk kita semua,” ajak Yura pada mereka bertiga, akhirnya mereka semua pun masuk dan berkumpul di ruang tamu menikmati sajian yang telah dipersiapkan oleh sang tuan rumah.Setelah menikmati minuman dan camilan, akhirnya Raka membuka pembicaraan untuk menyampaikan tujuannya datang ke rumah Kinara.“Boleh saja kalau memang mau bertemu. Ya kan, Ara?” tanya Yura pada Kinara yang sedikit terkejut karena orang tua Raka ingin bertemu dengannya.“Hmmm ... ya
Candaan pak Rangga membuat semua dalam ruangan ikut tertawa kecuali Gavi.Kinara dan Raka yang menjadi pusat perhatian hanya bisa menanggapi dengan senyuman kikuk, Kinara memberi kode pada Raka agar pria itu yang menjawab pertanyaan dari keluarganya.“Maaf Pa, hmm ... tapi kami sudah memutuskan untuk saling mengenal lebih lama lagi. Jadi untuk bertunangan apa lagi menikah, sepertinya masih akan lama,” ujar Raka dengan sesopan mungkin pada semuanya.Kinara melempar senyuman manisnya pada Raka karena pria itu telah menyelamatkan mereka dengan jawaban yang diberikan.“Ya sudah kalau begitu, kami sebagai orang tua hanya bisa memberi saran. Jalani saja bagaimana baiknya menurut kalian, kami hanya bisa berharap semoga dalam waktu dekat akan segera mendapat kabar baik dari kalian,” tutur pak Rangga dengan bijak.Semua dalam ruangan itu akhirnya mengangguk setuju dengan perkataan pak Rangga, lalu semua melanjutkan dengan obrolan ringan. Sementara itu dalam pikiran masing-masing, Kinara d
“Menyebalkan sekali, apa dia pria yang dimaksud Davian dalam mimpi tadi?” gumam Kinara yang termenung beberapa saat lantas segera tersadar mengingat Raka yang sudah menunggunya di bawah. Ia pun berlari kecil ke kamar mandi dan segera bersiap menemui Raka yang sedari tadi menunggu dirinya.**Setelah sarapan bersama keluarga Kinara, Raka mengajak wanita itu ke suatu tempat. Tak butuh waktu lama, setelah hampir 20 menit berkendara akhirnya mereka berdua sudah tiba di depan gedung kantor Alva Management&Production.“Untuk apa Pak Raka mengajak saya kemari?” tanya Kinara dengan menaikkan kedua alisnya.“Nanti juga kamu akan tahu,” sahut Raka dengan santainya lalu mengajak Kinara segera turun dari mobil dan menggandeng wanita itu menuju ruang kerjanya.Selama perjalanan dari lobi menuju ruangan CEO, Kinara dan Raka menjadi pusat perhatian semua orang. Hal itu membuat Kinara malu dan hanya menundukkan kepala sambil mengikuti Raka yang sedari tadi menggandeng tangannya dengan mesra.“P
Kinara tampak menghela napas sejenak lantas tersenyum pada kedua pria di hadapannya.“Kamu tidak bisa memaksaku untuk menjawab karena ini bukan giliranku untuk mengakui apa pun,” kata Kinara dengan bijak membuat kedua pria itu pun mengangguk setuju.“Kenapa kamu tidak mau menjawabnya, apa kamu memang pernah menyukai Gavi sebelumnya?” batin Raka bertanya-tanya.“Baiklah, kita lanjutkan ya,” kata Gavi kembali memutar botol di hadapannya.Botol kembali berputar lalu berhenti dan mengarah pada Kinara. “Truth or dare?” tanya Raka.“Hmmm ... aku pilih ... dare,” jawab Kinara dengan semangat. “Jadi, apa tantangannya?”“Tantangannya adalah ... kamu harus dance sesuai lagu yang akan diputar nanti. Berani?” tanya Gavi dengan menaik turunkan kedua alisnya.“Berani,” jawab Kinara lantas segera berdiri untuk bersiap.“Oke,” sahut Gavi sambil mencari lagu lalu segera memutarnya melalui ponselnya.Ponsel Gavi pun mulai memutar sebuah lagu dari girlband asal Korea berjudul “The boys” yang di
Kinara kembali mengulang pertanyaannya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. “Iya, kamu sedang memasak apa?”“Aku sedang memasak nasi goreng, apa kamu mau?” tawar Gavi mencoba ramah dengan sang pemilik rumah. “Kebetulan aku membuat banyak, sepertinya cukup untuk ... bertiga,” sambungnya setelah menyadari bahwa ada Raka yang datang bersama Kinara.Kinara menoleh pada Raka yang memberinya kode untuk menerima penawaran dari Gavi, lantas ia pun berkata, “iya, aku mau. Apa sudah matang? Biar aku bantu menatanya di piring,” ujarnya menawarkan bantuan.Gavi pun mengangguk senang karena Kinara mau mencoba masakannya. “Pas sekali ini baru saja matang,” sahutnya sambil mematikan kompor.“Ya sudah, kalian tunggu saja di meja makan nanti aku bawakan makanannya ke sana,” pinta Kinara pada Raka dan Gavi.“Biar aku bantu,” sahut Raka dan Gavi hampir bersamaan.Mendengar kekompakan kedua pria di hadapannya membuat Kinara menahan tertawanya. “Sudah, tidak perlu ... kalian tunggu saja di
“Maaf Kin, aku hanya ingin berbicara serius denganmu.”“Apa?” sahut Kinara dengan tatapan tajamnya sambil menahan emosi.“Mengapa sikapmu berubah lagi padaku? Apa kesalahanku? Bukankah kemarin kamu bilang sudah memaafkanku? Mengapa sekarang seolah kamu tidak ingin berteman denganku?” cecar Gavi menatap Kinara dengan sendu.Kinara menghela napas panjang, ia pun mengalihkan pandangannya ke depan. “Aku bukan tidak ingin berteman denganmu, aku memang sudah memaafkanmu. Hanya saja ... aku tidak bisa jika harus bersikap seperti dulu lagi, maaf,” ucapnya sambil menoleh kembali pada Gavi, namun tatapan dan nada bicaranya mulai melembut.“Tapi, Kin ak—““Aku harap kamu mengerti dan mau menerima keputusanku,” sela Kinara seolah tak ingin mendengar protes apa pun dari Gavi.“Baiklah, aku akan mencoba untuk mengerti,” balas Gavi lantas melajukan mobilnya kembali menuju restoran.**Rupanya Kinara belajar dengan sangat baik dari sang kakak, apa yang diajarkan Yura telah diterapkannya hari
Raka mengajak Kinara duduk kembali agar bisa berbicara dengan lebih nyaman. “Apa kamu ingat, saat pertama kali kamu casting di Alva Management&Production?”Kinara tampak mengernyitkan kening, mencoba mengingat saat pertama kali ia menginjakkan kaki di gedung itu. Perlahan ingatannya kembali pada masa 15 tahun lalu, di mana ia mengikuti casting untuk pertama kalinya dengan diantar oleh kedua orang tua dan juga kakaknya. Sejak saat itu kariernya di dunia hiburan pun dimulai, Kinara mulai membintangi beberapa judul film. Dari pemeran figuran, bintang iklan, model majalah, hingga menjadi bintang utama yang semakin membuatnya dikenal masyarakat luas. Bakatnya itu pun membuahkan hasil dengan membawa Kinara memenangkan sejumlah penghargaan yang semakin mengukuhkan namanya di deretan artis papan atas, namun sayang semua itu harus ia akhiri karena ingin lebih menekuni dunia bisnis yang dulu sempat ia jalankan bersamaan dengan kariernya sebagai artis.“Apa kamu ingat ini?” tanya Raka sambil
Kinara merasa penasaran karena Raka menggantungkan kalimatnya.“Kamu itu seperti bintang ... yang hadir ke dalam hidupku membawa seberkas cahaya untuk menerangi hari-hariku yang sebelumnya sepi dan gelap,” kata Raka sambil mengelus puncak kepala Kinara dengan sayang.“Mas, jangan terlalu berlebihan,” elak Kinara sambil tersipu.“Aku tidak berlebihan, Sayang. Sungguh kamu itu seper—““Ehem!”Kinara dan Raka baru tersadar jika mereka tidak hanya berdua karena Gavi masih berada di antara mereka.“Kalau mau bermesraan silakan tapi biarkan aku pergi dulu,” cibir Gavi sambil bersiap menutup pintu.“Lagi pula siapa juga yang menyuruh kamu berada di sana, sudah sana masuk. Aku mau pergi dulu, pulangnya mungkin agak malam jadi kunci saja pintunya. Aku sudah membawa kunci sendiri,” ujar Kinara sambil menggandeng Raka untuk segera pergi.“Baru saja kemarin kita berbaikan, Kin. Mengapa sekarang kamu kembali mengabaikanku?” gumam Gavi dengan tatapan sendu melihat kepergian Kinara bersama R
“Aku tidak membencimu,” sela Kinara.“Iya, tapi kamu memperlakukanku seperti musuhmu. Aku hanya ingin kamu bisa memaafkanku dan kita berteman baik seperti dulu, Kin,” ungkap Gavi penuh harap agar Kinara tidak memusuhinya lagi.Kinara menghela napas sejenak sambil membenarkan posisi duduknya. “Sebenarnya aku juga tidak ingin seperti ini, Gavi. Tapi entah mengapa rasa sakit saat kamu meninggalkanku dulu begitu masih terasa dan aku tidak mudah melupakannya begitu saja,” batin Kinara sambil melamun.“Kin?” panggil Gavi membuat Kinara tersadar dari lamunannya.Kinara berdeham sebentar untuk menetralkan suaranya. “Baiklah, aku memaafkanmu.”“Sungguh?” tanya Gavi antusias.Kinara mengangguk perlahan lantas mengulas senyuman tipis.“Akhirnya, terima kasih ya, Kin,” ucap Gavi yang refleks memeluk Kinara.“Iya, sama-sama,” sahut Kinara sambil perlahan melepaskan diri dari pelukan Gavi.“Eh, maaf ya aku terlalu senang,” ujar Gavi sambil meringis.“Tidak papa, sudah selesai, kan? Bisa t
Kinara menggeleng perlahan lantas tersenyum. “Aku menyukaimu, Mas. Aku sudah membuka hati dan belajar untuk mencintaimu.”Dengan mata berkaca-kaca Raka meraih tubuh Kinara, lantas memeluk wanita itu dengan penuh kasih sayang, ia pun melepas topi Kinara lalu mencium puncak kepala wanita itu dengan penuh perasaan. “Terima kasih karena telah membuka hati untukku, aku berjanji akan selalu menjaga hatimu agar tak pernah terluka,” ujar Raka seraya menangkup wajah Kinara dengan kedua tangannya.Mereka saling menatap dengan penuh cinta, perasaan yang dulu pernah Kinara rasakan kini telah bersemi kembali. Apa yang Davian katakan dalam mimpinya memanglah benar, Kinara harus membuka hati untuk pria lain. Kini Kinara telah melakukannya dan ia merasa bahagia bisa mencintai dan dicintai oleh pria sebaik Raka.“Mulai sekarang, tidak ada perjanjian kontrak, bukan? Bisakah kita meresmikan hubungan ini?”“Iya, Mas. Mulai sekarang tidak ada lagi sandiwara, kita mulai hubungan ini dengan jujur ya,”
“Aku ... belum pernah,” ujar Kinara jujur sambil menggeleng cepat disertai kekehan pelan.Raka pun menganga mendengar pengakuan kekasihnya itu, lantas ia turut tertawa karenanya. “Kamu ini, pantas saja sangat antusias,” katanya sambil mengusap kepala Kinara dengan gemas.Setelah percakapan singkat itu, tibalah giliran mereka untuk naik ke atas punggung gajah. Kinara sedikit merasa takut sekaligus penasaran, sejak dulu ia sangat ingin menaiki gajah namun baru kali ini ia berani karena kini ada Raka bersamanya. Raka naik terlebih dahulu lalu ia membantu memegangi Kinara untuk naik ke atas rengga yang berada di punggung gajah.Gajah pun berjalan perlahan memutari area yang sudah menjadi jalurnya, sepanjang perjalanan Kinara tak berhenti tersenyum senang dan Raka pun mengabadikannya dalam video yang ia rekam dengan ponselnya. Tak lupa Raka meminta bantuan petugas untuk memotret dirinya dan Kinara yang sedang menaiki gajah.Tak terasa 15 menit berlalu, saatnya mereka turun karena waktu
“Maksud kamu apa cepat jawab,” tukas Kinara dengan sorot matanya yang tegas.“Ara ... Gavi ... sudah jangan mulai bertengkar, kita lanjutkan makannya ya,” kata Dimas dengan bijak berusaha menengahi pertikaian yang hampir saja akan terjadi.Kinara dan Gavi kompak mengangguk, lalu mereka berempat kembali sibuk dengan makanan masing-masing hingga makan malam selesai kemudian mereka pun menonton televisi bersama.Yura yang merasa lelah pamit untuk tidur terlebih dahulu diikuti Dimas yang menyusul sang istri beberapa menit kemudian, akhirnya tersisalah Kinara dan Gavi yang masih antusias dengan film yang sedang mereka tonton di televisi.Kinara teringat akan perkataan Gavi saat di meja makan tadi, merasa penasaran ia pun mengungkapkan pertanyaan yang sejak tadi berputar di kepalanya. Setelah memastikan kedua kakaknya masuk ke kamar, Kinara mulai membuka percakapan dengan Gavi.“Gavi,” panggil Kinara pelan hingga hampir tak terdengar oleh sang pemilik nama.Gavi menoleh pada Kinara sa