Tak ada yang tahu siapa pelaku penembakan. Diduga pelakunya adalah orang yang sangat profesional. Putera dan Arafat dari bandara langsung menuju rumah sakit. Mereka tidak mengajak para isteri karena takutnya malah mengganggu proses penyelamatan Abhygael.Di waktu yang sama, Rafael dengan berat hati harus meninggalkan rumah sakit karena dikabarkan ibunya mengalami serangan jantung. Dia terpaksa menempatkan anak buahnya untuk menjaga Nona, semua administrasi rumah sakit sudah dibayarnya. Karena posisi bayi sunsang, akhirnya Nona harus menjalani operasi caesar. Anak buah Rafael berjaga di depan ruang VVIP, saat ini dia tak mau lagi kehilangan cintanya. Nona sudah dibawa masuk ke ruang operasi.Disaat yang sama, dokter sedang berjuang menyelamatkan nyawa pasien yang kena tembak. Untunglah peluru tidak sampai mengenai jantungnya. Walau begitu dokter harus bermandi peluh. Terjadi pendarahan pada proses pembedahan, beberapa kantong darah disiapkan. Dokter sesekali menatap layar monitor, te
Regan menarik tangan Burman keluar ruangan, dia lalu berbisik."Cari tahu pasien yang bernama Nona di ruang VVIP 2, aku penasaran.""Untuk apa kau mencari tahu pasien itu, kita fokus saja pada pemulihan Abhygael," tolak Burman."Ih..kau !" Andai bukan rumah sakit Regan sudah ingin menonjok detektif yang satu ini. Selama ini belum ada yang berhasil dia tangani dan lebih menyebalkan lagi, Abhygael masih mempercayainya.Melihat kemarahan di wajah Regan akhirnya Burman melunak."Apa yang kau ingin aku lakukan ?" "Awasi pasien itu, cari tahu siapa dia dan ada hubungan apa pasien itu dengan Rafael.""Itu saja ?""Iya, informasi apapun yang kau dapatkan segera beritahu aku."Regan meninggalkan Burman yang sedang berpikir, dia lalu menghampiri pria yang berdiri depan kamar VVIP 2."Hai, saudaranya yang sakit ya ?" Burman sok akrab dan menawarkan rokok pada pria itu. Pria berperawakan tinggi tegap itu menoleh. Sepertinya pria ini pandai bela diri. Batin Burman."Itu, calon isteri bos melahirka
Regan mengikuti langkah tuan Putera, saat langkah mereka sudah sejajar, Putera bertanya apa yang ingin disampaikan Regan."Aku tahu kau ingin menyampaikan sesuatu."Mereka menuju taman dan duduk dikursi yang kosong yang ada disana."Leona sudah melahirkan."Putera mendongak, "Bagaimana kau tahu ?"Regan mulai menceritakan apa yang dilihatnya, lalu bagaimana dia meminta Burman menyelidiki pasien yang bernama Nona."Apakah tadi kau ke Lampung ?" tanya Putera setelah mendengar cerita Regan."Iya, tapi saya kehilangan jejaknya, dari informasi yang kami dapatkan dia menjalani operasi caesar saat Abhygael menjalani operasi. Dia melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Muhammad Abil AlFatih."Putera bagaikan tersengat listrik ketika mendengarnya. Dia yang menamai bayi itu, dan dia pula yang mengazaninya. Sungguh rahasia Allah tak ada yang tahu.Airmatanya menetes perlahan, Regan terkejut."Ma..maaf jika saya salah ucap.""Tidak nak, terima kasih sudah menceritakan hal ini padaku, ak
Hendrinata dan isterinya datang membesuk Abhygael. Mereka singgah sebentar di toko buah-buahan, walau mereka tahu Abhygael tidak mengharapkan itu namun sangatlah elok jika membawakan sedikit buah tangan untuk menantu.Di koridor mereka sempat berpapasan dengan tuan Arafat dan isterinya."Apakah ada orang yang bersama Abhygael sekarang ?" tanya tuan Hendrinata.Arafat diam lalu berkata, "Leona sedang berada di dalam"Hendrinata dan Renata saling memandang."Benarkah ? Kalian sudah menemukan Leona ?"Arafat dan Karina hanya mengangguk.Sementara itu, Adelia yang mengikuti kedua orang tuanya diam-diam, sempat melihat interaksi itu. Dia lalu mengejar mereka."Ayah, Ibu. Mengapa kalian tidak mengajak aku ? "Hendrinata mendelik gusar, namun Renata menggandeng tangan Adelia."Ayo, kita besuk saudara iparmu bersama."Keadaan pasti akan ramai, maka Arafat segera menelpon Putera agar segera kembali ke Paviliun.Arafat menarik tangan Karina untuk mengikuti mereka. Kini mereka masuk bersamaan ke
Sesampainya di rumah, Adelia langsung masuk ke kamarnya. Dia tak menghiraukan ayahnya yang memintanya untuk duduk bersama mereka.Regan duduk di hadapan Hendrinata dengan rasa bersalah yang dalam.Apakah orang tua Adelia menerima alasannya ?Renata masuk ke dapur dan tak lama kemudian dia membawa dua cangkir teh panas."Ayo diminum, mumpung masih hangat."Regan mengangguk lalu menundukkan wajahnya. Renata yang tidak terlalu memperhatikan ucapan Abhygael sedikit bingung dengan permintaan suaminya. Untuk apa dia mengajak Regan berbincang ? Apakah ini terkait Leona ? Renata menyadari ada yang salah dengan anaknya, tetapi dia tak tahu apa itu. "Mungkin kau sudah bisa menduga apa yang akan aku tanyakan kali ini," suara bariton Hendrinata sangat pelan tapi tegas.Regan terus menunduk, demi Abhygael dia tega berbuat dosa, dia siap mempertanggung jawabkan perbuatannya. Dimana kalian menemukan Leona ?" tanya Renata.Regan mendongak, " Dia datang sendiri ke rumah sakit."Renata terdiam, entah
Atas permintaan ayah dan ibunya, Adelia tidak mengugurkan kandungannya. Dia bersedia menanggung semua rasa malu yang telah diperbuatnya sendiri."Baiklah ayah, jika itu yang kalian inginkan, tapi satu yang kupinta, jangan paksa diriku untuk menikah dengan Regan.""Kenapa nak ? Dia itu laki-laki yang baik yang penuh rasa tanggung jawab, ayah yakin kau akan bahagia menikah dengannya," bujuk Hendrinata.Adelia terus menggelengkan kepala, "Tolong pahami aku ayah, jika ayah terus memaksaku, jangan menyesal jika ayah akan kehilangan diriku untuk selamanya," ancaman Adelia bukan main-main.Renata melihat kesungguhan Adelia sehingga berbisik pada suaminya."Jangan paksa dia ayah, ayo biarkan dia istirahat."Renata menarik tangan suaminya. Mereka keluar dari kamar dan membiarkan Adelia merenungi nasibnya.Sementara itu Abhygael sudah sembuh dan diizinkan pulang oleh dokter."Kontrol seminggu sekali, dan sebaiknya jangan dulu melakukan aktivitas yang berat."Abhygael mengangguk. Mereka sekeluarg
Pagi harinya semua penghuni rumah sudah bersiap-siap sarapan di meja makan, Leona belum terlihat. Abhygael sudah terlihat rapi dan duduk di meja makan.Dia tak menanyakan dimana Leona, namun Mutia segera menyuruh maid memanggil Leona di kamarnya.Sebelum maid naik ke lantai dua, terlihat Leona turun dengan pakaian yang sedikit seksi. Semua mata terbelalak kaget, Leona yang mereka kenal sangat menjaga penampilan dengan tidak mempertontonkan lekuk tubuhnya itu kini tampil berbeda.Abhygael tak meliriknya sedikitpun, dia menghabiskan sarapan paginya lalu minum obat."Hari ini aku ke kantor," ucap Abhygael setelah mengambil tisu dan menyeka mulutnya."Apakah kau sudah merasa baikan ?" tanya Putera.Abhygael hanya mengangguk lalu berdiri."Aku ikut," Leona segera berdiri sambil terus mengunyah roti. Dia mengambil segelas air, meminumnya sedikit lalu segera berlari menyusul Abhygael.Karina menatap suaminya yang hanya mengangkat bahu melihat ulah Leona, dia sudah mulai merasakan keanehan, na
Abhygael dan Regan segera menuju rumah sakit, karena kondisi Abhygael belum terlalu pulih, maka Regan yang menyetir. Mereka terlihat panik apalagi Regan, walau Adelia menolaknya tetapi dia merasa bertanggung jawab karena didalam perut Adelia adalah darah dagingnya sendiri.Setelah memarkir mobil, keduanya berlari menuju unit gawat darurat tapi menurut perawat, pasien pendarahan sudah dibawa ke ruang tindakan.Disana terlihat Leona yang berjalan mondar mandir dengan wajah cemas. Dia cemas karena takut Adelia mati dan dia yang akan menerima akibatnya. Dia tidak berniat mencelakai Adelia, tujuannya hanya ingin membuat anak di rahim Adelia gugur."Bagaimana keadaanya ?" tanya Regan panik."Sedang di tangani dakter." Abhygael menghubungi Renata, menyampaikam kabar Adelia.Tak lama kemudian seorang perawat keluar."Keluarga Adelia!" Regan dan Leona segera menghampiri."Kami berhasil menyelamatkan ibunya, tetapi kami tak bisa menyelamatkan bayinya."Regan tertegun, mungkinkah ini disengaja