Atas permintaan ayah dan ibunya, Adelia tidak mengugurkan kandungannya. Dia bersedia menanggung semua rasa malu yang telah diperbuatnya sendiri."Baiklah ayah, jika itu yang kalian inginkan, tapi satu yang kupinta, jangan paksa diriku untuk menikah dengan Regan.""Kenapa nak ? Dia itu laki-laki yang baik yang penuh rasa tanggung jawab, ayah yakin kau akan bahagia menikah dengannya," bujuk Hendrinata.Adelia terus menggelengkan kepala, "Tolong pahami aku ayah, jika ayah terus memaksaku, jangan menyesal jika ayah akan kehilangan diriku untuk selamanya," ancaman Adelia bukan main-main.Renata melihat kesungguhan Adelia sehingga berbisik pada suaminya."Jangan paksa dia ayah, ayo biarkan dia istirahat."Renata menarik tangan suaminya. Mereka keluar dari kamar dan membiarkan Adelia merenungi nasibnya.Sementara itu Abhygael sudah sembuh dan diizinkan pulang oleh dokter."Kontrol seminggu sekali, dan sebaiknya jangan dulu melakukan aktivitas yang berat."Abhygael mengangguk. Mereka sekeluarg
Pagi harinya semua penghuni rumah sudah bersiap-siap sarapan di meja makan, Leona belum terlihat. Abhygael sudah terlihat rapi dan duduk di meja makan.Dia tak menanyakan dimana Leona, namun Mutia segera menyuruh maid memanggil Leona di kamarnya.Sebelum maid naik ke lantai dua, terlihat Leona turun dengan pakaian yang sedikit seksi. Semua mata terbelalak kaget, Leona yang mereka kenal sangat menjaga penampilan dengan tidak mempertontonkan lekuk tubuhnya itu kini tampil berbeda.Abhygael tak meliriknya sedikitpun, dia menghabiskan sarapan paginya lalu minum obat."Hari ini aku ke kantor," ucap Abhygael setelah mengambil tisu dan menyeka mulutnya."Apakah kau sudah merasa baikan ?" tanya Putera.Abhygael hanya mengangguk lalu berdiri."Aku ikut," Leona segera berdiri sambil terus mengunyah roti. Dia mengambil segelas air, meminumnya sedikit lalu segera berlari menyusul Abhygael.Karina menatap suaminya yang hanya mengangkat bahu melihat ulah Leona, dia sudah mulai merasakan keanehan, na
Abhygael dan Regan segera menuju rumah sakit, karena kondisi Abhygael belum terlalu pulih, maka Regan yang menyetir. Mereka terlihat panik apalagi Regan, walau Adelia menolaknya tetapi dia merasa bertanggung jawab karena didalam perut Adelia adalah darah dagingnya sendiri.Setelah memarkir mobil, keduanya berlari menuju unit gawat darurat tapi menurut perawat, pasien pendarahan sudah dibawa ke ruang tindakan.Disana terlihat Leona yang berjalan mondar mandir dengan wajah cemas. Dia cemas karena takut Adelia mati dan dia yang akan menerima akibatnya. Dia tidak berniat mencelakai Adelia, tujuannya hanya ingin membuat anak di rahim Adelia gugur."Bagaimana keadaanya ?" tanya Regan panik."Sedang di tangani dakter." Abhygael menghubungi Renata, menyampaikam kabar Adelia.Tak lama kemudian seorang perawat keluar."Keluarga Adelia!" Regan dan Leona segera menghampiri."Kami berhasil menyelamatkan ibunya, tetapi kami tak bisa menyelamatkan bayinya."Regan tertegun, mungkinkah ini disengaja
Tak ada yang perduli dengan kehadiran Leona. Semua orang seakan terhanyut dalam kesedihan. Adelia sudah tertidur dan Abhygael nampak sedang berbincang dengan mertuanya. Regan sedang asyik bermain ponsel.Leona berdiri dihadapan Abhygael."Ayo kita pulang."Abhygael tak menggubrisnya, mendongakpun tidak. Hendrinata sempat merasa heran dengan tingkah Abhygael. Namun Renata memakluminya, karena dia sendiri tidak suka dengan kehadiran Leona di ruangan ini.Ditengah kekesalan Leona akan sikap Abhygael, terdengar bunyi sepatu hak tinggi beradu dengan lantai marmer disepanjang koridor dan berhenti di depan ruang Paviliun.Setelah mengetuk perlahan, Selena membuka pintu. Semua mata tertuju padanya, Abhygael nampak menahan emosi. Namun melihat wajah suram Leona dia menetralkan kemarahannya. Dia ingin tahu apa tindakan Leona.Regan berdiri hendak melarang Selena mendekat tapi Abhygael mencegahnya, walau bagaimanapun Selena pernah mengisi hari-hari Abhygael.Selena mendekati ranjang Adelia, dan m
Abhygael masuk ke kamar mandi, dia mandi dengan air hangat. Perban lukanya anti air jadi dia tak khawatir tembus air. Setelah mandi dia keluar dengan handuk membelit di pinggang.Dia terkejut tatkala melihat Leona sedang duduk di ranjangnya."Mengapa kau masih berada di kamarku ?""Kenapa Abhy ? Bukankah aku isterimu ? mengapa kau terus menghindariku ?"Leona benar, Abhygael tak tahu apa yang terjadi dengan hatinya."Pergilah mandi!"Hanya kata itu yang bisa diucapkan Abhygael untuk menutupi rasa gugupnya.Leona sadar, akhirnya dia keluar dari kamar dan masuk ke kamarnya. Dia lalu buru-buru mandi, kemudian mengenakan pakaian cukup tipis, dan menyemprotkan parfum lembut ke tubuhnya. Abhygael lupa mengunci pintu kamarnya sehingga Leona bebas memasukinya. Abhygael terlihat sedang berbaring, kedua tangannya diletakkan di atas kepala. Leona menghampirinya dan ikut berbaring disamping Abhygael.Abhygael diam saja, dia terlalu sibuk dengan pikirannya. Tangan Leona mulai meraba bagian-bagian
Biasanya Abhygael melewati hari liburnya dikamar, terkadang berjemur di tepi kolam renang, terkadang pula di taman. Abhygael memikirkan saran Regan.Saat Leona mengajaknya berenang dia bimbang."Kau tak perlu berenang, lukamu masih belum sembuh. Cukuplah menemaniku berjemur, matahari pada jam sepuluh pagi itu biasanya dapat meningkatkan kekebalan tubuh."Leona benar, sudah lama dia tidak berjemur. Akhirnya dia mengikuti Leona menuju kolam renang.Putera dan Arafat sedang besenda gurau di taman belakang. Buah rambutan dan manggis tersaji di atas meja. Mutia dan Karina ikut menemani mereka."Dimana Abhygael ?" tanya Putera."Kulihat mereka berdua menuju kolam renang," jawab Mutia.Putera menatap Arafat yang dilihatnya mengedipkan sebelah mata.Abhygael berbaring di kursi santai sambil berjemur, dia memejamkan matanya menikmati sinar matahari pagi.Leona membuka pakaiannya dan masuk ke kolam renang dengan pakaian bikini yang baru dibelinya. Dia berenang kesana kemari. Bibi Surti membawaka
Abhygael menghubungi Regan agar menunggunya di rumah sakit. Hal ini dilakukan Abhygael agar memberikan peluang bagi Regan untuk bicara dari hati ke hati dengan Adelia.Leona membuka tasnya, ingin rasanya dia membuang obat itu, tapi dia berpikir kembali, jika dia tidak berhasil merebut hati Abhygael maka tak ada seorangpun yang bisa memilikinya.Leona kembali menatap wajahnya di cermin, dia menutup sedikit bintik-bintik hitamnya dengan makeup. Berharap wajahnya bisa terlihat cantik. Tok...tok...! "Sudah siap belum sayang ?" Terdengar suara Abhygael di belakang pintu. Panggilan sayang membuat hati Leona berbunga-bunga.Dia membuka pintu kamar dan menguncinya, lalu dia mengapit tangan Abhygael. Mereka turun dari lantai dua, sambil bergandengan tangan.Mutia tersenyum melihatnya.Sementara itu Regan sudah tiba di rumah sakit, dia membawakan buah-buahan untuk Adelia. Tak ada buah tangan yang cocok dibawakan untuk orang sakit selain roti pastilah buah-buahan.Renata yang menunggui Adelia,
Sudah seminggu Leona tidak mengabari Aditia. Ditelepon tak pernah diangkat, pesan tak pernah dibalas. Aditia mulai ragu, apakah Leona mulai melupakan misi mereka yang sebenarnya ? Dia mulai uring-uringan. Harusnya Leona sudah menyampakan laporan perkembangannya.Julit memasuki ruangan Aditia."Papa mau bicara."Julit langsung duduk di depan meja kerja Aditia."Ada apa pa.""Papa mempelajari laporan keuangan kita, sepertinya banyak pengeluaran tak terduga, kau kemanakan uangnya ?" Julit mencurigainya.Aditia tidak suka diinterogasi seperti ini, perusahaan ini miliknya, jadi suka-suka dia mau diapakan uang itu."Sudah pasti aku gunakan untuk keperluan perusahaan, apa yang papa inginkan ?"Julit menatap anaknya tajam, dia tidak bisa lagi membiarkan Aditia dengan seenaknya menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya."Jangan bohong Aditia, hanya dalam sebulan papa lihat pengeluaranmu mencapai ratusan miliar, kau gunakan untuk apa uang itu ?"Aditia yang sedang kesal tentunya n