Abhygael masuk ke kamar mandi, dia mandi dengan air hangat. Perban lukanya anti air jadi dia tak khawatir tembus air. Setelah mandi dia keluar dengan handuk membelit di pinggang.Dia terkejut tatkala melihat Leona sedang duduk di ranjangnya."Mengapa kau masih berada di kamarku ?""Kenapa Abhy ? Bukankah aku isterimu ? mengapa kau terus menghindariku ?"Leona benar, Abhygael tak tahu apa yang terjadi dengan hatinya."Pergilah mandi!"Hanya kata itu yang bisa diucapkan Abhygael untuk menutupi rasa gugupnya.Leona sadar, akhirnya dia keluar dari kamar dan masuk ke kamarnya. Dia lalu buru-buru mandi, kemudian mengenakan pakaian cukup tipis, dan menyemprotkan parfum lembut ke tubuhnya. Abhygael lupa mengunci pintu kamarnya sehingga Leona bebas memasukinya. Abhygael terlihat sedang berbaring, kedua tangannya diletakkan di atas kepala. Leona menghampirinya dan ikut berbaring disamping Abhygael.Abhygael diam saja, dia terlalu sibuk dengan pikirannya. Tangan Leona mulai meraba bagian-bagian
Biasanya Abhygael melewati hari liburnya dikamar, terkadang berjemur di tepi kolam renang, terkadang pula di taman. Abhygael memikirkan saran Regan.Saat Leona mengajaknya berenang dia bimbang."Kau tak perlu berenang, lukamu masih belum sembuh. Cukuplah menemaniku berjemur, matahari pada jam sepuluh pagi itu biasanya dapat meningkatkan kekebalan tubuh."Leona benar, sudah lama dia tidak berjemur. Akhirnya dia mengikuti Leona menuju kolam renang.Putera dan Arafat sedang besenda gurau di taman belakang. Buah rambutan dan manggis tersaji di atas meja. Mutia dan Karina ikut menemani mereka."Dimana Abhygael ?" tanya Putera."Kulihat mereka berdua menuju kolam renang," jawab Mutia.Putera menatap Arafat yang dilihatnya mengedipkan sebelah mata.Abhygael berbaring di kursi santai sambil berjemur, dia memejamkan matanya menikmati sinar matahari pagi.Leona membuka pakaiannya dan masuk ke kolam renang dengan pakaian bikini yang baru dibelinya. Dia berenang kesana kemari. Bibi Surti membawaka
Abhygael menghubungi Regan agar menunggunya di rumah sakit. Hal ini dilakukan Abhygael agar memberikan peluang bagi Regan untuk bicara dari hati ke hati dengan Adelia.Leona membuka tasnya, ingin rasanya dia membuang obat itu, tapi dia berpikir kembali, jika dia tidak berhasil merebut hati Abhygael maka tak ada seorangpun yang bisa memilikinya.Leona kembali menatap wajahnya di cermin, dia menutup sedikit bintik-bintik hitamnya dengan makeup. Berharap wajahnya bisa terlihat cantik. Tok...tok...! "Sudah siap belum sayang ?" Terdengar suara Abhygael di belakang pintu. Panggilan sayang membuat hati Leona berbunga-bunga.Dia membuka pintu kamar dan menguncinya, lalu dia mengapit tangan Abhygael. Mereka turun dari lantai dua, sambil bergandengan tangan.Mutia tersenyum melihatnya.Sementara itu Regan sudah tiba di rumah sakit, dia membawakan buah-buahan untuk Adelia. Tak ada buah tangan yang cocok dibawakan untuk orang sakit selain roti pastilah buah-buahan.Renata yang menunggui Adelia,
Sudah seminggu Leona tidak mengabari Aditia. Ditelepon tak pernah diangkat, pesan tak pernah dibalas. Aditia mulai ragu, apakah Leona mulai melupakan misi mereka yang sebenarnya ? Dia mulai uring-uringan. Harusnya Leona sudah menyampakan laporan perkembangannya.Julit memasuki ruangan Aditia."Papa mau bicara."Julit langsung duduk di depan meja kerja Aditia."Ada apa pa.""Papa mempelajari laporan keuangan kita, sepertinya banyak pengeluaran tak terduga, kau kemanakan uangnya ?" Julit mencurigainya.Aditia tidak suka diinterogasi seperti ini, perusahaan ini miliknya, jadi suka-suka dia mau diapakan uang itu."Sudah pasti aku gunakan untuk keperluan perusahaan, apa yang papa inginkan ?"Julit menatap anaknya tajam, dia tidak bisa lagi membiarkan Aditia dengan seenaknya menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya."Jangan bohong Aditia, hanya dalam sebulan papa lihat pengeluaranmu mencapai ratusan miliar, kau gunakan untuk apa uang itu ?"Aditia yang sedang kesal tentunya n
Sudah lama Burman memburu Rafael namun dia selalu kalah satu langkah. Rafael selalu saja menghilang, dia bahkan sudah mengerahkan hampir seluruh anak buahnya namun hasilnya nihil. Burman tak menyerah begitu saja, dia merasa bersalah pada Abhygael. Gara-gara sok tahunya membuat suami isteri itu belum juga bersatu. Burman takut jika kata-kata anak buah Rafael benar. Bagaimana jika mereka menikah ? Hei...tunggu, bagaimana Leona bisa sedekat itu dengan Rafael ? Apakah Leona tak memikirkan bagaimana suaminya yang terus mencarinya ?Teringat perkataan Regan jika dia menggunakan nama Nona saat melahirkan. Burman menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Hanya satu kesimpulannya, Leona pasti hilang ingatan. Dalam penantiannya, Burman melihat anak buah Rafael yang waktu itu ngobrol dengannya di rumah sakit, keluar dari rumah Rafael. Laki-laki itu terlihat terburu-buru.Burman turun dari mobil dan pura-pura tak sengaja bertemu."Hei..kau..oh..apakah kita pernah bertemu ?" Burman pura-pura
Benyamin tiba dengan penerbangan pertama, dia datang ditemani Syntia, Yang menguntungkan dari misi ini, tetangga terdekat Nona adalah orang tua Syntia. Rumah mereka akan digunakan sebagai tempat seserahan perlengkapan lamaran, mengingat rumah mereka dekat sehingga Rafael tak perlu jauh-jauh membawa seserahan.Burman memberikan informasi yang sangat lengkap, sehingga Benyamin membawa Syntia.Kedatangan Syntia disambut hangat kedua orang tuanya, karena tugas anaknya itu jarang pulang.Orang tuanya memperkenalkan Rafael pada Syntia, sehingga dengan mudahnya dia masuk ke rumah Nona untuk mempelajari situasi.Jika mereka menculik Nona harus melalui jendela, disebelah jendela adalah rumah orang tua Syntia, untuk menculik Nona, harus ada seseorang yang menunggunya di lantai dua rumah Syntia. "Apakah aku mengenalmu ?" Teguran Nona membuat Syntia terkejut."Oh maaf, saya puteri tuan Ramadan dan nyonya Inaya," Syntia memperkenalkan diriSyntia menatap Nona tak berkedip, di hadapannya benar-ben
Ramadhan dan orang tua Rafael sepakat untuk meneruskan acaranya agar tidak menjadi kehebohan. Setelah tamu undangan satu persatu pulang, barulah Rafael muncul setelah dihubungi ibunya."Apa yang terjadi ?"Pembawa acara masih mendengar pertanyaan Rafael, tetapi dia sudah bergegas pergi. Aparat yang menyamar menjadi tamu setelah mendapat arahan segera meninggalkan tempat.Rafael menyandarkan tubuhnya di dinding. Dia mulai berpikir jangan-jangan ini perbuatannya Abhygael.Dia segera memerintahkan anak buahnya untuk memantau pergerakan Abhygael. Anak buahnya yang lain di perintahkan mengawasi bandara dan pelabuhan.Aiman dan mak Ijah kebingungan, tak tau harus melakukan apa. Dia menyuruh anak buah Rafael membawa kembali seserahan yang dibawa mereka.Malam itu Rafael segera melaporkan kasus penculikan kepada Polisi. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan petugas yang sudah tahu masalahnya tetap datang ke lokasi. Mereka melakukan tugasnya sesuai prosedur.Sementara itu Leona sudah tiba di hote
Pagi itu Leona terpaksa memakai makeup macan tutulnya, mereka berangkat ke Bengkulu. Tapi rupanya Rafael melihat mereka. Dia sedikit bingung, wanita yang dilihatnya ini adalah Leona, lalu siapa wanita di rumah Abhygael ? Menurut informasi dari anak buahnya, jika Abhygael sedang berolah raga pagi dengan isterinya. Dia semakin penasaran, diam-diam dia mengikuti mereka ke Bengkulu.Benyamin melihat Rafael, mau mundur tidak bisa, sebaiknya maju saja. Dia harus bicara dengan Rafael. Jika dibiarkan berlarut-larut maka hanya akan menimbulkan masalah baru.Tiba di Bengkulu mereka memakai mobil bandara menuju hotel terdekat dari bandara. Benyamin sengaja menyebutkan nama hotel itu agar di dengar Rafael. Dia akan menunggu Rafael disana.Rafael yang mengikuti mereka sempat tertegun saat melihat bayi dalam gendongan Burman. Pakaian yang dikenakan bayi itu sangat di kenalnya.Rafael membiarkan mereka naik mobil menuju hotel terlebih dahulu. Dia sudah tahu kemana tujuan mereka.Sesampainya di hotel
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka