Paginya, Sean tampak mencari-cari keberadaan Hana karena biasanya Sean yang terlebih dahulu bangun dari pada istrinya itu tapi pagi ini batang hidung Hana sama sekali tak terlihat, mungkinkah dia masih marah perihal tadi semalam karena Sean tak mengizinkannya pergi bercamping di puncak.
Selesai berpusing diri memikirkan Hana, Sean pun segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu setelah itu bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Dimana Hana?" tanya Sean kepada salah satu pelayan yang sedang menata makanan dihadapannya saat ini.
"Maaf Tuan, Nona sudah sedari tadi pergi ke kampus" jawab pelayan tersebut.
"Sendirian?" tanya Sean lagi.
"Iya Tuan, sepertinya Nona memesan taxi online" jelas pelayan tersebut.
Sean pun menghela nafas panjang, kesal dengan tingkah Hana yang masih sangat kekanak-kanakan dan mudah sekali marah jika sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Sean pun berangkat ke kantor setelah selesai sa
Sean berjalan menuju mobil dengan menggendong Hana yang semakin terlihat gusar, sepertinya obat yang ada di dalam tubuh Hana semakin menguasai dirinya."Sean...panas" rengek Hana didalam mobil mengeliat tak tentu arah.dan Sean yang semakin khawatir dengan kondisi sang istri langsung melaju untuk kembali kerumahnya.Setelah sampai didepan rumah, Sean segera memarkirkan mobil kemudian turun membawa Hana menuju kamar dengan langkah yang tergesa-gesa."Umm,,,panas" rengek Hana lagi yang kini berusaha untuk melepas baju yang ia kenakan.Sedangkan Sean yang sudah sangat panik, langsung menelpon dokter pribadi keluarganya dan menanyakan tindakan apa yang harus diambil ketika menghadapi orang yang berada dalam pengaruh obat peransang.Mata Sean seketika membulat mendengar dokter pribadi keluarganya menjelaskan tindakan yang harus dia ambil sekarang ini, insting kelakiannya tiba-tiba muncul.Paham akan tindakan yang akan dia ambil, Sean pun l
"Pa, Hana ini masih kuliah dan masih tidak ingin berfikir tentang menikah. Apalagi dengan cara di jodohin seperti ini, pokoknya Hana menolak!" tegas seorang gadis bernama Hana yang merupakan anak tunggal dari keluarga Joyo sang pengusaha properti kaya raya nan terpandang itu."Hana! Ini sudah keputusan bulat buat papa. Jadi, tidak ada alasan untuk kamu menolak" balas Joyo yang sukses membuat Hana menetaskan air mata tidak percaya."Papa jahat, Hana benci sama papa!" langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.Mendengar apa yang di lontarkan anaknya barusan membuat mama Hana yaitu buk Mira berusaha menenangkan pak Joyo dan memberikan pengertian agar dapat memberi sedikit waktu untuk putrinya menenangkan diri dan memikirkan ini semua.Klekk....pintu terbuka hingga membuat Hana yang tadinya terlentang langsung sontak menoleh kebelakang dan syukurlah orang yang membuka pintu adalah mama
19.30Sandaya yang ditemani sang istri telah tiba di kediaman keluarga Joyo. Para pelayan ataupun seisi rumah dengan penuh hormat menyambutnya dan mereka membimbing kedua tamu tersebut untuk menuju ruangan yang telah dipersiapkan khusus untuk pertemuan yang cukup sakral malam ini."Pa, Sean kok belum dateng juga sih" gerutu Adelia ibunda Sean yang terlihat panik."Tenang Ma! Sekarang Sean sudah didalam perjalanan, sebentar lagi pasti sampai kok" jelas Sandaya menenangkan istrinya.Setibanya Sandaya dan istrinya di ruangan utama pun kembali disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Hana yang akhirnya membuat mereka mulai hanyut dalam perbincangannya.Hingga tak lama kemudian, Sean telah tiba di kediaman calon istrinya dan langsung memakirkan mobil di garasi.Para pelayan wanita yang melihat kedatangan Sean melongo tidak percaya.Bagaiman
"Hama, ini peluang buat kamu untuk kembali ngejar Kak David. Jangan kasih kendor karena kami akan selalu mendukung dan membantu kamu" Indah memberikan semangat kepada Hana untuk kembali memiliki David karena itulah hal yang Hana inginkan sejak dulu memasuki kuliah."Terima kasih Ndah" balas Hana dengan senyum hambar.Akila terlihat cemberut karena kedua sahabatnya masih sibuk membaper tentang David. Hingga lupa dengan makanan yang sudah sedari tadi terhidang ingin segera disantap."Udah selesai apa belom woi, udah laper banget nih" rengek Akila kepada dua sahabatnya yang masih sibuk berpandangan."Hehehe maaf Akila sayang. Yaudah ayo kita mulai makan karena temen tersayang kita yang satu ini udah kelaparan banget kayaknya" ejek Indah yang langsung diselingi dengan tawa Hana yang pecah."Haish kalian resek banget sih " umpat Akila langsung menyendok makanannya dengan wajah kesal.Mereka bertiga menikmati hidangannya dengan lahap p
Brak...Hana membanting keras pintu mobil dan memasuki kediamannya dengan aura yang sangat mencengkram.Para pelayan hanya berani menundukkan kepala seraya memberikan hormat atas mood majikan yang terlihat tidak baik hari ini.Ketika hentak melangkahkan kaki pada anak tangga untuk menuju kamarnya. Lagi dan lagi suara Mira menghentikan langkah Hana."Ada apa Ma? Hana capek mau istirahat di kamar" mohon Hana dengan wajah sedikit kusut."Sini, ada yang mau Mama tunjukin sama kamu sayang" jelas Mira melambaikan tangannya kearah Hana.Dengan wajah malas Hana pun menghampiri ibunya yang tengah membuka sebuah buku yang berisikan desain beberapa gaun pernikahan."Ni sayang, mama mau kamu milih gaun pernikahan buat di fitting nanti malem disini," ucap Mira langsung menyodorkan desain kepada putri kesayangannya."Fitting baju? Kenapa buru-buru banget sih Ma, kan resepsinya masih lama" heran HanA."Oh iya, mama lupa buat ngas
Hari pernikahan telah tiba, Han terlihat sangat gugup saat ini, apalagi mengetahui sifat calon suaminya yang sangat super duper dingin dan arrogant itu."Sayang, kamu cantik banget hari ini" puji Mira yang sangat kagum melihat pesona dan kecantikan putrinya hari ini."Makasih Ma" balas Hana tidak bersemangat."Kok lemes gitu sih sayang, hari ini adalah hari bahagia kamu loh. Jangan bikin mama sedih ah" pinta Mira yang mulai sedih melihat keadaan anaknya saat ini."Iya Mah maafin Hana udah bikin Mama sedih. Hana janji gak akan lemas dan akan terus semangat," ucap Hana sambil berpura-pura seakan dia besemangat di depan Mira ibunya.Acara utama dalam kegiatan sakral telah dimulai, dada Hana bergemuruh, nafasnya seakan-akan mau putus dan desir darahnya seperti terhenti ketika Papanya menggandeng lengannya menuju tempat dimana pria yang akan menjadi suaminya kelak dan akan disaksikan oleh ribuan pasang mata di aula terkecuali sahabat maupun teman
Didalam sebuah mobil, Sean dan Hana terlihat mendiami satu sama lain. Sean sibuk berkutik dengan ponselnya sedangkan gadis di sebelahnya tak henti-hentinya menggerutu dalam hati.Setibanya di kampus,"Oh iya...sebelum aku keluar aku mau buat satu perjanjian dan aku harap kamu mau kamu bisa menyetujuinya," ucap Hana sehingga membuat Sean menoleh kearahnya."Apa itu?" tanya Sean."Kita harus menyembunyikan pernikahan kita kepada sahabat-sahabatku. Kita juga tidak boleh saling kenal jika bertemu dimanapun ketika aku sedang bersama mereka oke. Bagaimana, setuju?" menyodorkan telunjuk jarinya kepada Sean."Tidak masalah, aku setuju dan cepatlah keluar aku harus segera pergi ke kantor" usir Sean tidak menghiraukan Hana.Hana yang cemberut langsung keluar dan membanting keras pintu mobil Sean."Dasar menyebalkan" umpat Hana langsung pergi menuju kelasnya.Sedangkan Sean, hanya tersenyum ketika melihat ekspresi menggemaskan Hana ketika
"Kenapa diam?" tanya Hana lagi."Sudahlah...aku minta maaf" Sean terlihat menyerah dan kembali mengompres dahi Hana yang ikut menurut karena telah sukses membuat es balok didepannya ini meminta maaf langsung kepadanya.Hana diam-diam memperhatikan Sean yang terlihat sangat serius mengompres dahinya. Seam terlihat sangat tampan jika berperilaku lembut seperti ini, seketika Hana langsung dibuat meleleh olehnya.Menyadari Hana yang sedari tadi diam-diam memperhatiknnya, membuat Sean memberhentikan aktivitasnya dan beralih menatap HanaDi saat mereka sedang bertatap-tatapan tiba-tiba Hana menjerit kesakitan hingga membuat Sean langsung kaget."Ada apa..? Kamu kenapa..?" tanya Sean bingung."Kepalaku sakit banget..." jawab Hana sambil memegang kepalanya.Tidak pakai menunggu lama lama Sean segera berdiri mengambil obat dan segelas air kemudian
Sean berjalan menuju mobil dengan menggendong Hana yang semakin terlihat gusar, sepertinya obat yang ada di dalam tubuh Hana semakin menguasai dirinya."Sean...panas" rengek Hana didalam mobil mengeliat tak tentu arah.dan Sean yang semakin khawatir dengan kondisi sang istri langsung melaju untuk kembali kerumahnya.Setelah sampai didepan rumah, Sean segera memarkirkan mobil kemudian turun membawa Hana menuju kamar dengan langkah yang tergesa-gesa."Umm,,,panas" rengek Hana lagi yang kini berusaha untuk melepas baju yang ia kenakan.Sedangkan Sean yang sudah sangat panik, langsung menelpon dokter pribadi keluarganya dan menanyakan tindakan apa yang harus diambil ketika menghadapi orang yang berada dalam pengaruh obat peransang.Mata Sean seketika membulat mendengar dokter pribadi keluarganya menjelaskan tindakan yang harus dia ambil sekarang ini, insting kelakiannya tiba-tiba muncul.Paham akan tindakan yang akan dia ambil, Sean pun l
Paginya, Sean tampak mencari-cari keberadaan Hana karena biasanya Sean yang terlebih dahulu bangun dari pada istrinya itu tapi pagi ini batang hidung Hana sama sekali tak terlihat, mungkinkah dia masih marah perihal tadi semalam karena Sean tak mengizinkannya pergi bercamping di puncak.Selesai berpusing diri memikirkan Hana, Sean pun segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu setelah itu bersiap-siap untuk pergi ke kantor."Dimana Hana?" tanya Sean kepada salah satu pelayan yang sedang menata makanan dihadapannya saat ini."Maaf Tuan, Nona sudah sedari tadi pergi ke kampus" jawab pelayan tersebut."Sendirian?" tanya Sean lagi."Iya Tuan, sepertinya Nona memesan taxi online" jelas pelayan tersebut.Sean pun menghela nafas panjang, kesal dengan tingkah Hana yang masih sangat kekanak-kanakan dan mudah sekali marah jika sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.Sean pun berangkat ke kantor setelah selesai sa
Cahaya mentari mulai memperlihatkan sinarnya hingga menyilaukan sepasang suami istri yang kini masih enggan tuk terbangun dari mimpi indahnya.Namun beberapa menit kemudian, salah satu dari mereka mulai menggeliat gusar yaitu Hana yang mulai mengeliat karena lengan kekar yang melingkar dipinggangnya semakin mempererat dekapannya."Umm" Hana mengeluh.Dengan keadaan yang sudah tersadar dan mengetahui bahwa Sean yang sedari tadi memeluknya dengan erat. Hana pun berusaha untuk melepaskan lengan Sean dari pinggangnya.Usaha demi usaha Hana lakukan. Namun, tetap saja tidak dapat membuatnya terlepas dari dekapan Sean."Jangan bergerak," ucap Sean yang baru terbangun dengan suara serak.Mendengar perintah Sean karena posisi mereka yang cukup intim saat ini membuat Hana seketika berhenti bergerak."S-siapa yang mengganti pakaianku" tanya Hana gugup."Aku" jawab Sean santai yang sukses membuat Hana membulatkan matanya."Dasar tuk
Pukul 7 pagi Sean terbangun dan beranjak ke kamar mandi. Setelah membersikan diri, Sean keluar dan melangkah menuruni tangga sambil menatap ke arah kamarnya dan tiba-tiba dia menarik nafas panjang dan membuangnya kasar di saat dia melihat pintu kamar yang sekarang Hana tempati masih tertutup."Sampai kapan dia menghukumku untuk tidur di kamar tamu? Pernikahan seperti apa ini" gumam Sean dalam hati sambil melangkah menatap pintu kamarnya.Sean melangkah ke arah dapur dan langsung duduk di meja makan, dia sarapan sendirian dan dia tidak mau membangunkan Hana karna dia tau Hana pasti masih marah dengan dia atas kejadian tadi malam.Pukul 08.00 Hana baru bangun dan langsung mandi. Setelah selesai mandi dia melangkah menuju dapur dan melewati Sean yang tengah menonton tv di ruang keluarga.Baru kali ini Sean merasa tidak nyaman di cuekin oleh seseorang. Biasanya dia tidak peduli dan malah ikut balik mencu
Selesai meeting Sean langsung pulang dan sesampainya di rumah dia langsung menanyakan Hana kepada salah satu pelayan dirumahnya."Hana sudah pulang...?" tanya Sean."Udah Tuan, tapi setelah itu Nona pergi lagi" jawab pelayan tersebut."Kemana perginya dia...? Membuat ulah saja..." gumam Sean dalam hati.Setelah itu Sean langsung melangkah menuju kamarnya, dia sangat pusing memikirkan Hana dan dia tidak tau harus mencarinya kemana dan setelah berfikir selama beberapa menit akhirnya Sean memutuskan untuk keluar mencari Hana walaupun dia belum tau ke mana dia harus mencari istrinya itu.Tapi tiba-tiba, Sean dikagetkan dengan suara dering ponselnya yang berada di sampingnya dan itu adalah panggilan dari Hana"Sean..." panggil Siska dalam panggilan."Hm..." sahut Sean ketus."Jadi gimana nih ajakan aku tadi siang," ucap Sean mengingatkan""Aku lagi males nih" tolak Hana."Ayolah Sean, sekali ini aja. Banyak banget yang
"Kenapa diam?" tanya Hana lagi."Sudahlah...aku minta maaf" Sean terlihat menyerah dan kembali mengompres dahi Hana yang ikut menurut karena telah sukses membuat es balok didepannya ini meminta maaf langsung kepadanya.Hana diam-diam memperhatikan Sean yang terlihat sangat serius mengompres dahinya. Seam terlihat sangat tampan jika berperilaku lembut seperti ini, seketika Hana langsung dibuat meleleh olehnya.Menyadari Hana yang sedari tadi diam-diam memperhatiknnya, membuat Sean memberhentikan aktivitasnya dan beralih menatap HanaDi saat mereka sedang bertatap-tatapan tiba-tiba Hana menjerit kesakitan hingga membuat Sean langsung kaget."Ada apa..? Kamu kenapa..?" tanya Sean bingung."Kepalaku sakit banget..." jawab Hana sambil memegang kepalanya.Tidak pakai menunggu lama lama Sean segera berdiri mengambil obat dan segelas air kemudian
Didalam sebuah mobil, Sean dan Hana terlihat mendiami satu sama lain. Sean sibuk berkutik dengan ponselnya sedangkan gadis di sebelahnya tak henti-hentinya menggerutu dalam hati.Setibanya di kampus,"Oh iya...sebelum aku keluar aku mau buat satu perjanjian dan aku harap kamu mau kamu bisa menyetujuinya," ucap Hana sehingga membuat Sean menoleh kearahnya."Apa itu?" tanya Sean."Kita harus menyembunyikan pernikahan kita kepada sahabat-sahabatku. Kita juga tidak boleh saling kenal jika bertemu dimanapun ketika aku sedang bersama mereka oke. Bagaimana, setuju?" menyodorkan telunjuk jarinya kepada Sean."Tidak masalah, aku setuju dan cepatlah keluar aku harus segera pergi ke kantor" usir Sean tidak menghiraukan Hana.Hana yang cemberut langsung keluar dan membanting keras pintu mobil Sean."Dasar menyebalkan" umpat Hana langsung pergi menuju kelasnya.Sedangkan Sean, hanya tersenyum ketika melihat ekspresi menggemaskan Hana ketika
Hari pernikahan telah tiba, Han terlihat sangat gugup saat ini, apalagi mengetahui sifat calon suaminya yang sangat super duper dingin dan arrogant itu."Sayang, kamu cantik banget hari ini" puji Mira yang sangat kagum melihat pesona dan kecantikan putrinya hari ini."Makasih Ma" balas Hana tidak bersemangat."Kok lemes gitu sih sayang, hari ini adalah hari bahagia kamu loh. Jangan bikin mama sedih ah" pinta Mira yang mulai sedih melihat keadaan anaknya saat ini."Iya Mah maafin Hana udah bikin Mama sedih. Hana janji gak akan lemas dan akan terus semangat," ucap Hana sambil berpura-pura seakan dia besemangat di depan Mira ibunya.Acara utama dalam kegiatan sakral telah dimulai, dada Hana bergemuruh, nafasnya seakan-akan mau putus dan desir darahnya seperti terhenti ketika Papanya menggandeng lengannya menuju tempat dimana pria yang akan menjadi suaminya kelak dan akan disaksikan oleh ribuan pasang mata di aula terkecuali sahabat maupun teman
Brak...Hana membanting keras pintu mobil dan memasuki kediamannya dengan aura yang sangat mencengkram.Para pelayan hanya berani menundukkan kepala seraya memberikan hormat atas mood majikan yang terlihat tidak baik hari ini.Ketika hentak melangkahkan kaki pada anak tangga untuk menuju kamarnya. Lagi dan lagi suara Mira menghentikan langkah Hana."Ada apa Ma? Hana capek mau istirahat di kamar" mohon Hana dengan wajah sedikit kusut."Sini, ada yang mau Mama tunjukin sama kamu sayang" jelas Mira melambaikan tangannya kearah Hana.Dengan wajah malas Hana pun menghampiri ibunya yang tengah membuka sebuah buku yang berisikan desain beberapa gaun pernikahan."Ni sayang, mama mau kamu milih gaun pernikahan buat di fitting nanti malem disini," ucap Mira langsung menyodorkan desain kepada putri kesayangannya."Fitting baju? Kenapa buru-buru banget sih Ma, kan resepsinya masih lama" heran HanA."Oh iya, mama lupa buat ngas