"Pa, Hana ini masih kuliah dan masih tidak ingin berfikir tentang menikah. Apalagi dengan cara di jodohin seperti ini, pokoknya Hana menolak!" tegas seorang gadis bernama Hana yang merupakan anak tunggal dari keluarga Joyo sang pengusaha properti kaya raya nan terpandang itu.
"Hana! Ini sudah keputusan bulat buat papa. Jadi, tidak ada alasan untuk kamu menolak" balas Joyo yang sukses membuat Hana menetaskan air mata tidak percaya.
"Papa jahat, Hana benci sama papa!" langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Mendengar apa yang di lontarkan anaknya barusan membuat mama Hana yaitu buk Mira berusaha menenangkan pak Joyo dan memberikan pengertian agar dapat memberi sedikit waktu untuk putrinya menenangkan diri dan memikirkan ini semua.
Klekk....
pintu terbuka hingga membuat Hana yang tadinya terlentang langsung sontak menoleh kebelakang dan syukurlah orang yang membuka pintu adalah mama Hana dan bukan papanya.
Hana yang menyadari kedatangan mamanya langsung bangkit dan memeluknya dengan erat tangisannya pun semakin menjadi-jadi hingga membuat ibunda kesulitan untuk mendiamkannya.
"Sudahlah sayang, jangan terus-terusan nangis ah. Kamu enggak kasian yah sama mama jadi ikut-ikutan sedih nih" berusaha menenangkan putri kesayangannya yang tak kunjung berhenti menangis.
"Habisnya papa jahat. Papa gak lagi sayang sama tasya" rengek Hana kecewa dengan segala keputusahan yang telah dibuat oleh papanya.
"Hana sayang, jangan ngomong gitu dong. Papa ngelakuin ini semua bukan karena ayah tidak sayang sama Hana tapi papa ngelakuin ini semua agar Hana erlindung dari orang-orang yang mendekati Hana hanya seolah-olah ingin mengincar harta dan perusahaan keluarga kita sayang!" mencoba memberikan penjelasan agar Hana tidak terus-terusan berfikir buruk tentang papanya.
"Tapi Hana masih mau hidup bebas tanpa adanya sedikitpun ikatan ma" pinta Hana menatap mamanya dengan wajah menyedihkan.
Mira menangkap kedua pipi mulus Hana dan membelainya penuh kelembutan.
"Hana sayang, tolong turutin kemauan papa kali ini saja ya. Hana sayangkan sama papa?" tanya Mira kepada Hana yang langsung dibalas dengan anggukan pelannya.
"Nah kalau memang sayang terima perjodahan ini. Jangan membuat papa marah hingga membuat penyakit jantungnya kembali kambuh dan percayalah pilihan papa pasti yang terbaik sayang" tanpa sadar air mata Mira pun menetes tak sanggup sebenarnya dia memaksa Hana.
Namun semua ini juga demi kepentingan, keselamatan Hana dan keluarganya.
Mengingat banyak sekali saingan bisnis Joyo yang kadang-kadang mengintai Hana.
Mereka berharap setelah Hana menikah dengan putra dari keluarga Sandaya dapat memberikan putrinya rasa aman karena bagaimana pun juga keluarga Sandaya merupakan keluarga yang sangat ditakuti oleh kalangan pengusaha di penjuru dunia.
Jadi, siapa pun yang berani macam-macam terhadap keluarga Sandaya dapat dipastikan tidak akan ada hari esok untuk mereka.
Pak Joyo miliki hubungan sangat baik dengan Sandaya hingga mereka dengan tangan terbuka mau melakukan perjodohan ini dan pak Joyo sangat memberikan kepercayaan kepada putra Sandaya untuk menjaga putrinya setelah menikah nantinya.
Sedangkan Sean yang merupakan anak tunggal dari keluarga Sandaya hanya mengangguk tidak peduli mendengar perjodohan yang dilakukan oleh papa dan rekan bisnisnya itu.
Dia tidak ingin begitu ambil pusing karena dia adalah tipe pria yang sangat dingin dan tidak peduli dengan apapun disekitarnya keculi pekerjaan yang saat ini ia geluti dan telah sukses membuat namanya menjadi melejit dimanapun.
Bagaimana tidak di usia yang bisa dikatakan cukup muda dalam dunia usaha telah membuat dia sukses mengeluti bidangnya itu dan ketampanannya merupakan nilai plus sehingga membuat dia menjadi pria yang sempurna disetiap kalangan wanita.
"Bagaimana Sean? tentunya kamu setuju dong dengan perjodohan yang papa rencanakan ini?" tanya Sandaya kepada putra semata wayang yang telah sukses mengontrol perusahaannya itu.
"Hmm," kata andalannya yang cukup untuk menjawab keingintahuan Sandaya.
"Papa sangat bangga sama kamu, bukan hanya mampu menjalankan perusahaan kamu juga mampu menghormati keputusan papa nak" Sandaya menepuk bangga bahu Sean.
Sean tersenyum kecil mendengar Sandaya yaitu papanya yang sangat mempercayainya.
"Kalau begitu Sean pergi ke kamar dulu pa" izin Sean pergi setelah dipersilakan oleh papanya.
"Oh iya...jangan lupa juga Sean untuk besok malam kita akan berkunjung kerumah calon istri kamu dan papa harap kamu akan datang" mengingatkan Sean atas kunjungannya besok malam kerumah keluarga Joyo.
Sean mengangguk yang menandakan ia akan pergi besok malam menghadiri kunjungan tersebut.
Keesokan harinya...
Hana terlihat lemas mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan dosen hari ini.
Dia terlihat tidak bersemangat memikirkan keputusan yang akan dia ambil malam nanti.
Satu sisi ia ingin menolak tapi disisi lain dia tidak ingin membuat kesehatan papanya terancam. Apa jadinya jika nanti ia ngotot menentang keputusan papanya?
Kegiatan kelas telah selesai. Hana berniat untuk segera pulang lalu beristirahat. Namun, sahabatnya Indah, dan Akila tiba-tiba datang mehampirinya.
"Hai Tuan putri, nanti malem ngumpul yuk dicafe biasa" ajak Indah dan Akila mengangetkan Hana.
"Huuf kalian berdua ini ngagetin aja" cetus Hana masam.
"Hehehe kami enggak berniat kok ngagetin kamu cantik, hanya aja kamunya yang dari tadi dikelas bengong-bengong gak jelas. Ada apa sih emangnya?" tanya Indah penasaran.
"Enggak apa-apa kok Din. Mungkin karena ngantuk" jawabnya bohong karena belum siap memberitahu yang sebenarnya kepada kedua sahabatnya itu.
"Jadi, gimana nanti malem. Mau gak?" tanya Akila lagi.
"Enggak ah...aku lagi gak enak badan, lain kali aja yah" tolak Hana berharap kedua sahabatnya dapat mengerti.
"Ya udah deh kalau gitu biar aku sama Akila aja" balas Indah mengerti.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup membosankan akibat macetnya jalan. Akhirnya Hana tiba di kediamnnya.
Para pelayan menyambut Hana dengan hangat, suasana seperti ini telah begitu biasa baginya. Dilayani bagaikan seorang putri mahkota yang berada didalam istana megah tanpa sedikitpun kekurangan apapun.
Hana melemparkan kasar tubuhnya diatas kasur. Ia mengehela nafas panjang atas keputusan apa yang akan dia berikan nantinya.
"Seperti apa pria yang akan menjadi suamiku. Apakah ia tampan? Apakah dia baik? Apakah dia bisa memanjakan ku sebagai mana papa dan mama biasa lakukan? Aku benar-benar hampir gila memikirkannya" sambil menatap langit-langit kamarnya.
Tok...tok
"Masuk" teriaknya malas.
Seorang pelayan membuka pintu dan memberikan penghormatan kepada Hana.
"Maaf Non jika saya menganggu. Tapi, nyonya memerintahkan saya untuk membawakan gaun yang akan Nona kenakan nanti malam," ucap pelayan tersebut dengan ramah.
"Mama sekarang dimana?" tanya Hana.
"Nyonya ada di kamar Non" jawabnya sambil menundukan kepala.
"Pergilah dan terima kasih telah membawakan gaun ini" Hana memberikan isyarat agar pelayan tersebut pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Sudah setengah jam Hana merenung hingga ia akhirnya memutuskan untuk berendam di bathub untuk menenangkan sejenak pikirannya...
Bersambung...
19.30Sandaya yang ditemani sang istri telah tiba di kediaman keluarga Joyo. Para pelayan ataupun seisi rumah dengan penuh hormat menyambutnya dan mereka membimbing kedua tamu tersebut untuk menuju ruangan yang telah dipersiapkan khusus untuk pertemuan yang cukup sakral malam ini."Pa, Sean kok belum dateng juga sih" gerutu Adelia ibunda Sean yang terlihat panik."Tenang Ma! Sekarang Sean sudah didalam perjalanan, sebentar lagi pasti sampai kok" jelas Sandaya menenangkan istrinya.Setibanya Sandaya dan istrinya di ruangan utama pun kembali disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Hana yang akhirnya membuat mereka mulai hanyut dalam perbincangannya.Hingga tak lama kemudian, Sean telah tiba di kediaman calon istrinya dan langsung memakirkan mobil di garasi.Para pelayan wanita yang melihat kedatangan Sean melongo tidak percaya.Bagaiman
"Hama, ini peluang buat kamu untuk kembali ngejar Kak David. Jangan kasih kendor karena kami akan selalu mendukung dan membantu kamu" Indah memberikan semangat kepada Hana untuk kembali memiliki David karena itulah hal yang Hana inginkan sejak dulu memasuki kuliah."Terima kasih Ndah" balas Hana dengan senyum hambar.Akila terlihat cemberut karena kedua sahabatnya masih sibuk membaper tentang David. Hingga lupa dengan makanan yang sudah sedari tadi terhidang ingin segera disantap."Udah selesai apa belom woi, udah laper banget nih" rengek Akila kepada dua sahabatnya yang masih sibuk berpandangan."Hehehe maaf Akila sayang. Yaudah ayo kita mulai makan karena temen tersayang kita yang satu ini udah kelaparan banget kayaknya" ejek Indah yang langsung diselingi dengan tawa Hana yang pecah."Haish kalian resek banget sih " umpat Akila langsung menyendok makanannya dengan wajah kesal.Mereka bertiga menikmati hidangannya dengan lahap p
Brak...Hana membanting keras pintu mobil dan memasuki kediamannya dengan aura yang sangat mencengkram.Para pelayan hanya berani menundukkan kepala seraya memberikan hormat atas mood majikan yang terlihat tidak baik hari ini.Ketika hentak melangkahkan kaki pada anak tangga untuk menuju kamarnya. Lagi dan lagi suara Mira menghentikan langkah Hana."Ada apa Ma? Hana capek mau istirahat di kamar" mohon Hana dengan wajah sedikit kusut."Sini, ada yang mau Mama tunjukin sama kamu sayang" jelas Mira melambaikan tangannya kearah Hana.Dengan wajah malas Hana pun menghampiri ibunya yang tengah membuka sebuah buku yang berisikan desain beberapa gaun pernikahan."Ni sayang, mama mau kamu milih gaun pernikahan buat di fitting nanti malem disini," ucap Mira langsung menyodorkan desain kepada putri kesayangannya."Fitting baju? Kenapa buru-buru banget sih Ma, kan resepsinya masih lama" heran HanA."Oh iya, mama lupa buat ngas
Hari pernikahan telah tiba, Han terlihat sangat gugup saat ini, apalagi mengetahui sifat calon suaminya yang sangat super duper dingin dan arrogant itu."Sayang, kamu cantik banget hari ini" puji Mira yang sangat kagum melihat pesona dan kecantikan putrinya hari ini."Makasih Ma" balas Hana tidak bersemangat."Kok lemes gitu sih sayang, hari ini adalah hari bahagia kamu loh. Jangan bikin mama sedih ah" pinta Mira yang mulai sedih melihat keadaan anaknya saat ini."Iya Mah maafin Hana udah bikin Mama sedih. Hana janji gak akan lemas dan akan terus semangat," ucap Hana sambil berpura-pura seakan dia besemangat di depan Mira ibunya.Acara utama dalam kegiatan sakral telah dimulai, dada Hana bergemuruh, nafasnya seakan-akan mau putus dan desir darahnya seperti terhenti ketika Papanya menggandeng lengannya menuju tempat dimana pria yang akan menjadi suaminya kelak dan akan disaksikan oleh ribuan pasang mata di aula terkecuali sahabat maupun teman
Didalam sebuah mobil, Sean dan Hana terlihat mendiami satu sama lain. Sean sibuk berkutik dengan ponselnya sedangkan gadis di sebelahnya tak henti-hentinya menggerutu dalam hati.Setibanya di kampus,"Oh iya...sebelum aku keluar aku mau buat satu perjanjian dan aku harap kamu mau kamu bisa menyetujuinya," ucap Hana sehingga membuat Sean menoleh kearahnya."Apa itu?" tanya Sean."Kita harus menyembunyikan pernikahan kita kepada sahabat-sahabatku. Kita juga tidak boleh saling kenal jika bertemu dimanapun ketika aku sedang bersama mereka oke. Bagaimana, setuju?" menyodorkan telunjuk jarinya kepada Sean."Tidak masalah, aku setuju dan cepatlah keluar aku harus segera pergi ke kantor" usir Sean tidak menghiraukan Hana.Hana yang cemberut langsung keluar dan membanting keras pintu mobil Sean."Dasar menyebalkan" umpat Hana langsung pergi menuju kelasnya.Sedangkan Sean, hanya tersenyum ketika melihat ekspresi menggemaskan Hana ketika
"Kenapa diam?" tanya Hana lagi."Sudahlah...aku minta maaf" Sean terlihat menyerah dan kembali mengompres dahi Hana yang ikut menurut karena telah sukses membuat es balok didepannya ini meminta maaf langsung kepadanya.Hana diam-diam memperhatikan Sean yang terlihat sangat serius mengompres dahinya. Seam terlihat sangat tampan jika berperilaku lembut seperti ini, seketika Hana langsung dibuat meleleh olehnya.Menyadari Hana yang sedari tadi diam-diam memperhatiknnya, membuat Sean memberhentikan aktivitasnya dan beralih menatap HanaDi saat mereka sedang bertatap-tatapan tiba-tiba Hana menjerit kesakitan hingga membuat Sean langsung kaget."Ada apa..? Kamu kenapa..?" tanya Sean bingung."Kepalaku sakit banget..." jawab Hana sambil memegang kepalanya.Tidak pakai menunggu lama lama Sean segera berdiri mengambil obat dan segelas air kemudian
Selesai meeting Sean langsung pulang dan sesampainya di rumah dia langsung menanyakan Hana kepada salah satu pelayan dirumahnya."Hana sudah pulang...?" tanya Sean."Udah Tuan, tapi setelah itu Nona pergi lagi" jawab pelayan tersebut."Kemana perginya dia...? Membuat ulah saja..." gumam Sean dalam hati.Setelah itu Sean langsung melangkah menuju kamarnya, dia sangat pusing memikirkan Hana dan dia tidak tau harus mencarinya kemana dan setelah berfikir selama beberapa menit akhirnya Sean memutuskan untuk keluar mencari Hana walaupun dia belum tau ke mana dia harus mencari istrinya itu.Tapi tiba-tiba, Sean dikagetkan dengan suara dering ponselnya yang berada di sampingnya dan itu adalah panggilan dari Hana"Sean..." panggil Siska dalam panggilan."Hm..." sahut Sean ketus."Jadi gimana nih ajakan aku tadi siang," ucap Sean mengingatkan""Aku lagi males nih" tolak Hana."Ayolah Sean, sekali ini aja. Banyak banget yang
Pukul 7 pagi Sean terbangun dan beranjak ke kamar mandi. Setelah membersikan diri, Sean keluar dan melangkah menuruni tangga sambil menatap ke arah kamarnya dan tiba-tiba dia menarik nafas panjang dan membuangnya kasar di saat dia melihat pintu kamar yang sekarang Hana tempati masih tertutup."Sampai kapan dia menghukumku untuk tidur di kamar tamu? Pernikahan seperti apa ini" gumam Sean dalam hati sambil melangkah menatap pintu kamarnya.Sean melangkah ke arah dapur dan langsung duduk di meja makan, dia sarapan sendirian dan dia tidak mau membangunkan Hana karna dia tau Hana pasti masih marah dengan dia atas kejadian tadi malam.Pukul 08.00 Hana baru bangun dan langsung mandi. Setelah selesai mandi dia melangkah menuju dapur dan melewati Sean yang tengah menonton tv di ruang keluarga.Baru kali ini Sean merasa tidak nyaman di cuekin oleh seseorang. Biasanya dia tidak peduli dan malah ikut balik mencu