Share

Mengingat

Didalam sebuah mobil, Sean dan Hana terlihat mendiami satu sama lain. Sean sibuk berkutik dengan ponselnya sedangkan gadis di sebelahnya tak henti-hentinya menggerutu dalam hati.

Setibanya di kampus,

"Oh iya...sebelum aku keluar aku mau buat satu perjanjian dan aku harap kamu mau kamu bisa menyetujuinya," ucap Hana sehingga membuat Sean menoleh kearahnya.

"Apa itu?" tanya Sean.

"Kita harus menyembunyikan pernikahan kita kepada sahabat-sahabatku. Kita juga tidak boleh saling kenal jika bertemu dimanapun ketika aku sedang bersama mereka oke. Bagaimana, setuju?" menyodorkan telunjuk jarinya kepada Sean.

"Tidak masalah, aku setuju dan cepatlah keluar aku harus segera pergi ke kantor" usir Sean tidak menghiraukan Hana.

Hana yang cemberut langsung keluar dan membanting keras pintu mobil Sean.

"Dasar menyebalkan" umpat Hana langsung pergi menuju kelasnya.

Sedangkan Sean, hanya tersenyum ketika melihat ekspresi menggemaskan Hana ketika sedang kesal. Entah kenapa, Sean baru-baru memiliki kegiatan menyenangkan yaitu mengerjai istrinya sendiri.

Thomas yang melirik dari balik kaca juga ikut merasa senang karena sulit sekali baginya untuk melihat wajah Sean tersenyum seperti ini semenjak kepergian Santi.

Sean pun segera melaju ke perusahaannya karena hari ini akan ada rapat penting dengan para dewan direksi.

Perusahaan Sandaya Group...

"Bagaimana kabar David di Singapura?" tanya Sean kepada asisten setianya yaitu Thomas.

"Tuan David baik-baik saja bos. Dia sangat telaten dalam menghandel proyek disana" jelas Thomas.

"Baguslah" ujar Sean merasa tenang.

Ponsel Sean tiba-tiba berdering karena takut merupakan panggilan penting, Sean meraih ponselnya untuk mengecek siapa yang sedang menelponnya.

"Santi," ucap Sean dengan pelan tidak percaya.

Sean mengisyaratkan Thomas agar keluar dari ruangannya karena Sean tidak senang siapapun tau tentang masalah pribadinya sendiri.

Panggilan telpon yang masuk ke ponsel Sean masih berbunyi namun Sean masih tidak terlihat berniat untuk menerimanya.

Sean terlihat berfikir, apakah dia harus menerima atau menolak panggilan dari Santi tersebut. 

Dan pada akhirnya Sean memutuskan untuk menolak dan langsung mematikan ponselnya.

Saat ini Sean merasa masih belum siap untuk menganggap bahwa perasaannya baik-baik saja semenjak Santi meninggalkannya 3 tahun lalu. Oleh karena itu, Sean tidak ingin memancing perasaanya kembali karena bagaimanapum juga dia telah memiliki istri.

Flashback On...

Santi adalah gadis pertama yang dapat membuat Sean jatuh cinta. Santi berasal dari keluarga sederhana dan karena kesederhanaannyalah yang membuat Sean jatuh cinta kepadanya.

Sean dan Santi memulai hubungan sejak duduk dibangku kelas 1 sekolah menengah atas. 

Hubungan mereka berjalan baik hingga selesai kuliah. Sampai Sean memiliki rencana untuk melamar Santi jika dia sudah dengan baik menghandle perusahaan papanya.

Setelah sukses menghandle perusahaan papanya, Sean pun perlahan membangun rumah mewah yang nantinya akan ia tempati bersama Santi ketika sudah menikah kelak.

Hingga tepat waktunya hubungan mereka berakhir,

"Mari kita putus," ucap Santi yang sontak membuat sang kekasih membulatkan matanya tidak percaya.

"Santi, kau pasti bercandakan" balas Sean yang tiba-tiba tertawa.

"Aku serius Sean, aku tidak ingin menikah denganmu. Aku mohon kamu bisa menerima keputusaanku ini" pinta Santi melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Sean dan langsung berlari meninggalkan Sean sendirian di taman.

Pada malam harinya, Sean pergi ke tempat dimana Santi menyewa rumah untuk ia tempati. Berniat untuk meminta alasan kenapa Santi berkeinginan ingin mengakhiri hubungan mereka sendiri.

5 jam sudah Sean berdiri menunggu Santi

"Mas siapa?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Saya pacarnya Santi dan apakah Santi sedang keluar?" Sean kembali bertanya.

"Wah...memangnya Santi gak ngasih tau ya. Kalau sejak tadi sore dia udah gak lagi tinggal disini" jelas wanita paruh baya tersebut.

"Terus Santinya kemana buk?" Sean terlihat semakin gelisah.

"Saya juga kurang tau karena dia juga seperti sedang terburu-buru," balasnya.

Sejak saat itu, Sean berusaha untuk mencari keberadaan Santi. Namun dia tetap saja gagal menemukan gadis yang sangat ia cintai itu.

Hari-hari ia jalani dengan kekosongan, menghibur dirinya dengan segala kesibukan yang ada dikantor. Kedua orang tuanya juga sempat khawatir dengan kondisi Sean.

Dia terus berusaha agar dapat melupakan Santi, tapi hatinya terlalu sulit untuk menerima semua ini. Malam selalu menjadi suasana yang paling mencengkam pada dirinya karena sosok Santi yang selalu hadir dipikirannya.

Inilah penyebab utama pembentuk Sean menjadi sosok pria yang dingin, kaku, dan angkuh***

Sepulang Hana dari kampus, wajahnya terlihat pucat dan tidak bertenaga.

"Baguslah pria sialan itu belum pulang," ucap Hana yang melihat-lihat sekitar.

Setelah berada di dalam kamar dengan jalan yang mulai sempoyongan Hana menjatuhkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.

Tubuhnya terasa lembas dan kepalanya sangat begitu sakit. Untuk melepas sepatunya saja dia terlihat sudah tidak bertenaga.

Tok...tok...suara dari balik pintu

"Masuk" teriaknya serak.

"Nona apakah mau saya bawakan makanan?" tanya seorang pelayan.

"Tidak perlu, aku sedang tidak berselera" tolak Hana.

"Tapi Non ini sudah waktunya makan malam, saya takut nanti Tuan Seab akan memarahi saya" bujuk pelayan tersebut.

"Jangan hiraukan Tuan kalian, dia juga tidak pernah peduli dengan keadaanku. Cepatlah keluar aku harus istirahat" usirnya karena lelah meladeni pelayan rewel tersebut. Setelah pelayan tersebut pergi akhirnya Hana bisa terlelap.

"Selamat datang Tuan" sapa beberapa pelayan ketika Sean memasuki rumahnya.

"Hana sudah pulang?" tanya Sean kepada salah satu pelayan.

"Sudah Tuan" jawabnya sambil menundukkan kepala.

"Dia sudah makan" tanya Sean kembali.

"Maaf Tuan, saya sudah berusaha untuk membujuknya Nona Hana supaya mau makan. Tapi dia selalu menolak dan wajahnya terlihat sangat pucat Tuan," jelas Pelayan tersebut.

Mendengar pengaduan pelayan tersebut membuat Sean bergegas pergi menuju kamarnya. Ketika berada di dalam kamar dia mendapati Hana yang terlihat terbaring dengan posisi membelakanginya.

Sean mendekati Hana dan seketika dia kaget disaat melihat banyak keringat di wajah Hana dan uap nafas Hana yang terasa sangat panas.

Akhirnya Sean meraba pipi dan kening Hana dengan tangannya dan dia yakin kalau Hana sedang  demam karna suhu tubuhnya sangat panas.

Dengan segera Sean meminta para pelayan untuk mengambil baskom yang berisi air air dingin yang nanti akan digunakan untuk mengompres Hana.

Sean terlihat khawatir dan sedikit  bersalah karena sudah terlalu keras kepada Hana beberapa hari ini.

Hana membuka perlahan matanya ketika dahinya terasa dingin dan dia melihat Sean berada disampingnya yang sedang sibuk mengompres dahinya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Hana dengan suara serak.

"Mengobati kambing" jawab Sean singkat namun menusuk.

"Maksud kamu apa ngatain aku kambing" kesal Hana hingga membuat kompres nya terjatuh.

"Tenanglah, aku hanya bercanda" Sean mencoba mengompres kembali dahi Hana.

Karena kesal Anatasya langsung menepis tangan Raka sehingga air yang berada di baskom berceceran diatas lantai dan membuat emosi Raka langsung meledak.

"Hanaaa..!" teriak Sean menatap tajam Hana.

Hana semakin kesal mendengar Sean membentaknya. Oleh karena itu, dia langsung berdiri dan melangkah menghampiri pintu, tapi belum sempat Hana meraih ganggang pintu tangan Sean sudah melingkar diperutnya dari arah belakang dan dengan segera Raka langsung mengangkat Hana lalu  membawanya menuju tempat tidur.

"Bisakah sedikit saja hargai aku sebagai suamimu," ucap Sean menatap tajam istrinya.

"Kau juga tidak menghargaiku, kau selalu bersikap cuek  ketika berada di depan ku" balas Hana terus terang...

Sean yang sedang menatap Hana tidak bisa berkata apa-apa karna dia masih bingung dengan dirinya sendiri apakah memang dirinya seperti itu di mata Hana.

"Kenapa diam?" tanya Hana lagi.

"Sudahlah...aku minta maaf" Sean terlihat menyerah dan kembali mengompres dahi Hana yang ikut menurut karena telah sukses membuat es balok didepannya ini meminta maaf langsung kepadanya.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status