Hari pernikahan telah tiba, Han terlihat sangat gugup saat ini, apalagi mengetahui sifat calon suaminya yang sangat super duper dingin dan arrogant itu.
"Sayang, kamu cantik banget hari ini" puji Mira yang sangat kagum melihat pesona dan kecantikan putrinya hari ini.
"Makasih Ma" balas Hana tidak bersemangat.
"Kok lemes gitu sih sayang, hari ini adalah hari bahagia kamu loh. Jangan bikin mama sedih ah" pinta Mira yang mulai sedih melihat keadaan anaknya saat ini.
"Iya Mah maafin Hana udah bikin Mama sedih. Hana janji gak akan lemas dan akan terus semangat," ucap Hana sambil berpura-pura seakan dia besemangat di depan Mira ibunya.Acara utama dalam kegiatan sakral telah dimulai, dada Hana bergemuruh, nafasnya seakan-akan mau putus dan desir darahnya seperti terhenti ketika Papanya menggandeng lengannya menuju tempat dimana pria yang akan menjadi suaminya kelak dan akan disaksikan oleh ribuan pasang mata di aula terkecuali sahabat maupun teman sekampus yang Hana kenal di kampus.
Penghulu dan beberapa orang yang akan menjadi saksi pernikahan telah menanti kedatangan Hana. Ijab kabul telah selesai diucapkan dan akhirnya Hana telah menjadi istri sahnya Sean.
Pernikahanpun selesai dan Hana langsung mengganti baju pengantinnya dengan hanya menggunakan dres pendek tanpa lengan yang terlihat sangat seksi.
Hama memang senang menggunakan pakaian tersebut ketika hendak akam tidur karena baginya pakaian seperti ini sangat nyaman. Walaupun sekarang Hana lupa bahwa dia tidak tidur sendirian lagi karena berhubung Sean masih di luar membicarakan sebuah bisnis.
Suara ayam tetangga menyadarkan anatasya dari tidur nyeyaknya, tanpa membuka mata Hana meraba gulingnya yang dia rasa sangat aneh itu.
"Kok kayak bukan guling ya..." gumam Hana dalam hati dan terus meraba tanpa membuka mata.
Dan betapa kagetnya dia di saat membuka mata, ternyata bukan guling yang dia peluk dan ternyata pria tampan yang bertelanjang dada disampingnya yang tidak lain adalah Sean suaminya.
Hampir saja Hana mau berteriak tapi Sean sudah terlebih dahulu menutup mulutnya dengan telapak tangannya yang besar dan keras itu sehingga membuat mulut Hana sulit untuk terbuka.
"Kamu kenapa sih, pagi-pagi gini mau teriak?" ketus Sean.
Hana yang masih bingung berusaha melepaskan tangan Sean dengan susah payah dan menatap Sean tajam.
"Kamunya yang kenapa disini haa...? Kamu pasti mau macem-macem sama aku" tuduh Hana sedikit berteriak sambil memundurkan posisinya menjauh dari Sean.
"Trus mau dimana hah..." Sean dengan suara serak dan mata yang sayu karena menahan kantuknya.
Tanpa menjawab apa-apa Hana langsung memeriksa tubuhnya dengan wajah ketakutan.
"Apa yang sedang kau periksa haa... kita belum melakukan apapun semalam karena kau telah duluan terlelap" gerutu Sean.
Mendengar perkataan Sean barusan membuat Hana sedikit tenang dan Hana langsung bergegas menuju kamar mandi.
Setelah itu, Hana seger memilih untuk mandi dan selesai mandi Hana segera memakai pakaian yang sempat ia bawa tadi ke dalam kamar mandi. Setelah berpakaian Hana keluar dari kamar mandi dan melangkah pergi dari kamar tanpa menatap Sean yang sudah kembali terlelap.Hana melangkah menuju meja makan untuk sarapan. Di sana juga telah berada Papa dan Mamanya Hana dan juga Ibu dan ayah mertuanya yang sudah sedari tadi menunggu kedatangan sang pengantin baru.
"Selamat pagi" sapa Hana kepada keluarganya.
"Dimana Sean? Kok enggak barengan turunnya" tanya Mira mengitrogasi Hana.
"Sean masih tidur Mah, mungkin dia kecapekan" jawabnya langsung duduk di kursi yang bersebelahan dengan Mira ibunya.
Mendengar perkataan Hana barusan membuat orang-orang yang menduduki meja makan tersenyum dan melihat satu sama lain. Hana yang melihatnya hanya menggaruk rambutnya keheranan.
"Jeng, sepertinya kita akan segera memiliki cucu" bisik Adelia kegirangan kepada Mira yang ternyata juga satu pemikiran dengan namanya Sean.
Semua sudah berkumpul di meja makan dan selesai sarapan mereka langsung bersiap untuk kembali kerumahnya terkecuali Sean dan Hana yang memang sekarang sudah berada dirumah yang Sean bangun 2 tahun lalu.
Setelah sudah siap Hana langsung melangkah dan berdiri merangkul mamanya sambil meneteskan air mata, Hana sangat sedih berpisah dengan keluarganya dan tinggal bersama suaminya yang kaku dan sombong itu.
"Jaga diri baik-baik ya sayang, jangan bandel dan layani Sean dengan baik!" kata Mira kepada Hana.
"Iya Ma, Mama Papa harus jaga kesehatan juga ya...!" kata Hana sambil memeluk Papa dan Mamanya bergantian.
Setelah semuanya pergi, kini hanya tersisa Sean, Hana dan beberapa pelayan dirumah ini. Hana terlihat begitu malas ketika melihat wajah suaminya yang sama sekali tidak menegurnya dari mulai sarapan tadi pagi hingga sekarang.
"Hey, simpan semua barangmu yang berantakan dengan rapi didalam kamar!" kata Sean menunjuk kearah kamarnya ketika mendapati Hana sedang asik bergelut dengan ponselnya.
Tanpa menjawab Hana langsung bergegas pergi menuju kamarnya dan merapikan semua barang yang menurutnya sangat berserakan itu.
Tak lama kemudian, Sean masuk kedalam kamar mengambil beberapa map didalam laci meja dengan wajah yang sangat dingin dan tidak sama sekali memperdulikan Hana yang tengah merapikan pakaian serta barangnya.
"Kau tidak kerja?" tanya Hana.
"Tidak..." balasnya cuek dan langsung meninggalkan Hana.
"Ya ampun baru pertama kali ini seorang Hana dicuekin kayak gini. Memang gak normal tu manusia" gerutu Hana sambil melipat bajunya dengan kesal.
Satu hari telah berlalu menjadi istri dari seorang pria yang tingkat kekakuan dan kedingininnya yang melewati benua Antartika.
Hari ini Hana dan Sean kembali dengan aktivitas mereka masing. Sean yang akan sibuk bekerja dan Hana akan sibuk untuk berkuliah.
Selesai berkemas diri, Hana bergegas menuju meja makan. Sean yang sudah sedari tadi duduk disini diam-diam memperhatikan Hana yang baru turun dengan pakaian yang sangat seksi baginya walaupun memang tidak dapat dipungkiri bahwa Hana sangat cantik melebihi kecantikan Sinta.
"Kamu ingin pergi kampus atau ingin pergi ke di skotik sih," ucap Sean ketika Hana baru saja duduk dihadapannya.
"Maksud kamu" tatap Hana tajam kearah Sean.
"Aku kira penampilanmu saat ini tidak pantas untuk pergi ke kampus dan pantasnya hanya pergi ke diskotik layaknya wanita malam lainnya" balas menatap Hana.
"Hey, tolong dijaga mulut kalau bicara ya" bentak Hana dengan mata berkaca-kaca atas perkataan Sean barusan.
"Cepat ganti pakaianmu!" perintah Sean tidak ingin memperpanjang debatnya.
"Enggak mau" tolak Hana yang berniat untuk pergi ke kampus sendirian tapi terlebih dahulu dihadang oleh Sean.
"Ganti!" tegas Sean yang mencengkram kuat lengan Anatasya.
"Hei...lepasin, sakit tau" berusaha menepis namun tetap saja tidak terlepas.
"Cepat ganti!" Sean kembali mengulang nya.
"Kamu kenapa sih, aku nyaman berpenampilan kayak gini tau. Mama dan Papa gak pernah nyuruh aku buat ganti baju kalau seperti ini" Hana membela diri.
"Tapi sekarang aku adalah suamimu. Akulah yang berhak mengatur hidupmu mulai dari sekarang dan aku juga tidak mau nanti pria lain menganggap kamu gadis yang bukan-bukan" Menatap Hana dengan tajam.
Hana seketika diam mendengar Sean yang terlihat sangat posesif terhadapnya.
"Cepat ganti jika kamu masih menyayangi semua pakaianmu dilemari" ancam Sean melepaskan cengkeramannya dan melangkah pergi menuju mobil.
BersambungDidalam sebuah mobil, Sean dan Hana terlihat mendiami satu sama lain. Sean sibuk berkutik dengan ponselnya sedangkan gadis di sebelahnya tak henti-hentinya menggerutu dalam hati.Setibanya di kampus,"Oh iya...sebelum aku keluar aku mau buat satu perjanjian dan aku harap kamu mau kamu bisa menyetujuinya," ucap Hana sehingga membuat Sean menoleh kearahnya."Apa itu?" tanya Sean."Kita harus menyembunyikan pernikahan kita kepada sahabat-sahabatku. Kita juga tidak boleh saling kenal jika bertemu dimanapun ketika aku sedang bersama mereka oke. Bagaimana, setuju?" menyodorkan telunjuk jarinya kepada Sean."Tidak masalah, aku setuju dan cepatlah keluar aku harus segera pergi ke kantor" usir Sean tidak menghiraukan Hana.Hana yang cemberut langsung keluar dan membanting keras pintu mobil Sean."Dasar menyebalkan" umpat Hana langsung pergi menuju kelasnya.Sedangkan Sean, hanya tersenyum ketika melihat ekspresi menggemaskan Hana ketika
"Kenapa diam?" tanya Hana lagi."Sudahlah...aku minta maaf" Sean terlihat menyerah dan kembali mengompres dahi Hana yang ikut menurut karena telah sukses membuat es balok didepannya ini meminta maaf langsung kepadanya.Hana diam-diam memperhatikan Sean yang terlihat sangat serius mengompres dahinya. Seam terlihat sangat tampan jika berperilaku lembut seperti ini, seketika Hana langsung dibuat meleleh olehnya.Menyadari Hana yang sedari tadi diam-diam memperhatiknnya, membuat Sean memberhentikan aktivitasnya dan beralih menatap HanaDi saat mereka sedang bertatap-tatapan tiba-tiba Hana menjerit kesakitan hingga membuat Sean langsung kaget."Ada apa..? Kamu kenapa..?" tanya Sean bingung."Kepalaku sakit banget..." jawab Hana sambil memegang kepalanya.Tidak pakai menunggu lama lama Sean segera berdiri mengambil obat dan segelas air kemudian
Selesai meeting Sean langsung pulang dan sesampainya di rumah dia langsung menanyakan Hana kepada salah satu pelayan dirumahnya."Hana sudah pulang...?" tanya Sean."Udah Tuan, tapi setelah itu Nona pergi lagi" jawab pelayan tersebut."Kemana perginya dia...? Membuat ulah saja..." gumam Sean dalam hati.Setelah itu Sean langsung melangkah menuju kamarnya, dia sangat pusing memikirkan Hana dan dia tidak tau harus mencarinya kemana dan setelah berfikir selama beberapa menit akhirnya Sean memutuskan untuk keluar mencari Hana walaupun dia belum tau ke mana dia harus mencari istrinya itu.Tapi tiba-tiba, Sean dikagetkan dengan suara dering ponselnya yang berada di sampingnya dan itu adalah panggilan dari Hana"Sean..." panggil Siska dalam panggilan."Hm..." sahut Sean ketus."Jadi gimana nih ajakan aku tadi siang," ucap Sean mengingatkan""Aku lagi males nih" tolak Hana."Ayolah Sean, sekali ini aja. Banyak banget yang
Pukul 7 pagi Sean terbangun dan beranjak ke kamar mandi. Setelah membersikan diri, Sean keluar dan melangkah menuruni tangga sambil menatap ke arah kamarnya dan tiba-tiba dia menarik nafas panjang dan membuangnya kasar di saat dia melihat pintu kamar yang sekarang Hana tempati masih tertutup."Sampai kapan dia menghukumku untuk tidur di kamar tamu? Pernikahan seperti apa ini" gumam Sean dalam hati sambil melangkah menatap pintu kamarnya.Sean melangkah ke arah dapur dan langsung duduk di meja makan, dia sarapan sendirian dan dia tidak mau membangunkan Hana karna dia tau Hana pasti masih marah dengan dia atas kejadian tadi malam.Pukul 08.00 Hana baru bangun dan langsung mandi. Setelah selesai mandi dia melangkah menuju dapur dan melewati Sean yang tengah menonton tv di ruang keluarga.Baru kali ini Sean merasa tidak nyaman di cuekin oleh seseorang. Biasanya dia tidak peduli dan malah ikut balik mencu
Cahaya mentari mulai memperlihatkan sinarnya hingga menyilaukan sepasang suami istri yang kini masih enggan tuk terbangun dari mimpi indahnya.Namun beberapa menit kemudian, salah satu dari mereka mulai menggeliat gusar yaitu Hana yang mulai mengeliat karena lengan kekar yang melingkar dipinggangnya semakin mempererat dekapannya."Umm" Hana mengeluh.Dengan keadaan yang sudah tersadar dan mengetahui bahwa Sean yang sedari tadi memeluknya dengan erat. Hana pun berusaha untuk melepaskan lengan Sean dari pinggangnya.Usaha demi usaha Hana lakukan. Namun, tetap saja tidak dapat membuatnya terlepas dari dekapan Sean."Jangan bergerak," ucap Sean yang baru terbangun dengan suara serak.Mendengar perintah Sean karena posisi mereka yang cukup intim saat ini membuat Hana seketika berhenti bergerak."S-siapa yang mengganti pakaianku" tanya Hana gugup."Aku" jawab Sean santai yang sukses membuat Hana membulatkan matanya."Dasar tuk
Paginya, Sean tampak mencari-cari keberadaan Hana karena biasanya Sean yang terlebih dahulu bangun dari pada istrinya itu tapi pagi ini batang hidung Hana sama sekali tak terlihat, mungkinkah dia masih marah perihal tadi semalam karena Sean tak mengizinkannya pergi bercamping di puncak.Selesai berpusing diri memikirkan Hana, Sean pun segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu setelah itu bersiap-siap untuk pergi ke kantor."Dimana Hana?" tanya Sean kepada salah satu pelayan yang sedang menata makanan dihadapannya saat ini."Maaf Tuan, Nona sudah sedari tadi pergi ke kampus" jawab pelayan tersebut."Sendirian?" tanya Sean lagi."Iya Tuan, sepertinya Nona memesan taxi online" jelas pelayan tersebut.Sean pun menghela nafas panjang, kesal dengan tingkah Hana yang masih sangat kekanak-kanakan dan mudah sekali marah jika sesuatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya.Sean pun berangkat ke kantor setelah selesai sa
Sean berjalan menuju mobil dengan menggendong Hana yang semakin terlihat gusar, sepertinya obat yang ada di dalam tubuh Hana semakin menguasai dirinya."Sean...panas" rengek Hana didalam mobil mengeliat tak tentu arah.dan Sean yang semakin khawatir dengan kondisi sang istri langsung melaju untuk kembali kerumahnya.Setelah sampai didepan rumah, Sean segera memarkirkan mobil kemudian turun membawa Hana menuju kamar dengan langkah yang tergesa-gesa."Umm,,,panas" rengek Hana lagi yang kini berusaha untuk melepas baju yang ia kenakan.Sedangkan Sean yang sudah sangat panik, langsung menelpon dokter pribadi keluarganya dan menanyakan tindakan apa yang harus diambil ketika menghadapi orang yang berada dalam pengaruh obat peransang.Mata Sean seketika membulat mendengar dokter pribadi keluarganya menjelaskan tindakan yang harus dia ambil sekarang ini, insting kelakiannya tiba-tiba muncul.Paham akan tindakan yang akan dia ambil, Sean pun l
"Pa, Hana ini masih kuliah dan masih tidak ingin berfikir tentang menikah. Apalagi dengan cara di jodohin seperti ini, pokoknya Hana menolak!" tegas seorang gadis bernama Hana yang merupakan anak tunggal dari keluarga Joyo sang pengusaha properti kaya raya nan terpandang itu."Hana! Ini sudah keputusan bulat buat papa. Jadi, tidak ada alasan untuk kamu menolak" balas Joyo yang sukses membuat Hana menetaskan air mata tidak percaya."Papa jahat, Hana benci sama papa!" langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.Mendengar apa yang di lontarkan anaknya barusan membuat mama Hana yaitu buk Mira berusaha menenangkan pak Joyo dan memberikan pengertian agar dapat memberi sedikit waktu untuk putrinya menenangkan diri dan memikirkan ini semua.Klekk....pintu terbuka hingga membuat Hana yang tadinya terlentang langsung sontak menoleh kebelakang dan syukurlah orang yang membuka pintu adalah mama