Akhirnya Bayu memutuskan untuk membawa Dany ke rumahnya. Karena tidak mungkin untuk memulangkan gadis itu ke rumah orang tuanya dalam keadaan pingsan seperti ini.Seperti halnya semalam, dia mengira tubuh Dany terlalu lemah untuk mengkonsumsi minuman dengan kadar alkohol tinggi. Mungkin saat ini efek minuman itu masih terasa dalam tubuhnya. Apalagi dengan keadaan hati yang kurang bagus.Jalanan masih sangat sepi karena masih terlalu pagi. Hingga dengan cepat Bayu telah memasuki pekarangan rumahnya. Dia terlebih dahulu keluar untuk membuka lebar pintu rumahnya.Setelah itu Bayu menggendong Dany memasuki kamar tamu yang berada di lantai satu. Wajah cantik itu kini terlihat sangat pucat dan berantakan. Bayu mengambil selimut untuk menutup tubuh Dany agar tidak kedinginan.Lalu berjalan menuju kamar mandi, setelah menutup kembali pintu rumahnya. Semalaman setelah bercinta dengan wanita yang baru dia kenal, Bayu tidak sempat membersihkan tubuhnya. Bahkan dia juga tidak mengenal nama wanita
Bayu telah menyelesaikan acara mandinya, kini tubuhnya terasa lebih segar. Dia kembali memasuki kamar dimana Dany berada.Dia duduk di tepi ranjang, mengamati wajah gadis yang dia cintai.“Beb, gue minta maaf.” Ucapnya sembari menggenggam tangan Dany. Penyesalan yang selalu datang belakangan. Dia sudah berjanji akan setia pada Dany. Gadis itu telah memberikan miliknya yang sangat berharga padanya, dia tidak ingin menyakiti hati gadis yang terlihat tulus mencintainya.Hanya Dany yang selalu bisa menerima kekurangannya, bahkan ketika dia memaksakan kehendak pada Dany, Dany masih mau memaafkan dan menerimanya.Dia pun berharap hal yang sama akan dilakukan Dany untuknya. Dia yakin Dany akan memberi maaf padanya.Bayu segera membaringkan tubuhnya di samping tubuh gadis itu. Memeluk dengan hangat dan penuh kasih. Dan tak lama Bayu ikut menyelam ke dalam mimpi.***Jam bergerak dengan cepat, Akira terbangun dengan rasa nyeri pada selangkangannya. Area intimnya terasa perih ketika dia melakuk
Sebelumnya dia sempat melihat ke pesan-pesan di ponsel itu. Begitu banyak pesan dari beberapa wanita yang belum terbaca. Dan kontak miliknya terlihat di daftar paling atas dengan tulisan Akira disertai emoticon hati. Membuat senyum tipis tersungging di bibir Akira. Dia kembali mencari kontak Dany dan melakukan panggilan.Namun hingga berkali-kali menelpon tak ada jawaban dari temannya itu.“Gak diangkat? Coba hubungi pacarnya.” Ucap Anggara, masih melihat ke arah kekasihnya.Akira mengangguk, dan akhirnya memutuskan untuk menghubungi Bayu. Menunggu beberapa saat sampai panggilannya terjawab.“Halo Bay, lu dimana? Mana Dany?” Tanya Akira setelah panggilan itu terhubung.Bayu yang masih dengan muka bangun tidurnya menoleh kembali ke layar ponselnya. Tadinya dia melihat Anggara menelpon namun kenapa yang terdengar suara gadis.“Oh Len. Dany di rumah gue.” Jawab Bayu, ketika dia telah menyadari pemilik suara adalah Akira.“Dia sakit apa Bay? Dimana Dany? Gue mau ngomong sama Dany.” Ucap A
Jalanan sepi jarang ada mobil roda empat melintas, yang ada hanya beberapa pedagang yang wira-wiri membawa dagangannya untuk ke pasar.Udara pagi yang sangat dingin karena jam masih menunjuk pukul lima. Tangan Akira melingkar pada pinggang Anggara, dan tangan kiri Anggara menggenggam kedua tangan gadis itu. Hawa dingin berubah hangat karena perasaan keduanya yang saling terhubung.Hingga tak lama mereka telah sampai di rumah tingkat dua milik Bayu.Anggara sengaja memarkirkan motornya di depan gerbang rumah. Lalu mereka turun bersama dan mulai berjalan memasuki halaman rumah Bayu.Anggara terlebih dulu mengetuk pintu rumah Bayu, namun tak ada sahutan dari dalam rumah.“Coba telepon Bayu, sayang.” Ucapnya menyuruh Akira. Gadis itu mengangguk dan meraih ponsel milik Anggara, lalu membuka dan segera menelpon Bayu.Tak lama panggilannya terjawab.“Bay, gue udah di depan rumah lu, bisa buka pintunya?” Ucap Akira tanpa basa-basi.“Lu udah di depan? Serius? Tunggu..” ucap pemuda itu lalu seg
“Bagaimana dok, keadaan teman saya?” Ucap Akira terdengar khawatir, setelah dokter itu menyelesaikan tugasnya. Dia menyuruh suster untuk memasang infus pada pasien.“Saya akan pasang infus, nanti sepertinya ada tes kelanjutan. Saya beri obat penurun panas lewat suntikan, sepertinya temannya kekurangan cairan. Untuk sementara biar di rawat inap dulu ya sampai nunggu perkembangannya.” Jawab dokter itu ramah, kemudian dia berpamit untuk keluar ruangan.Suster tadi segera melakukan tugasnya untuk memasang jarum infus pada tangan Dany.“Sus, tapi teman saya baik-baik saja kan?” Akira masih merasa khawatir sehingga dia memastikan dengan bertanya pada suster.“Iya seperti yang dokter tadi bilang. Kemungkinan kekurangan cairan.” Suster kembali fokus untuk memasang infus di tangan Dany. Akira yang melihatnya ikut ngilu, karena selama hidup dia tidak pernah diinfus.Hingga akhirnya infus terpasang.“Saya ijin memberi obat penurun panas ya.” Ucapnya meminta ijin sebelum menyuntikan cairan ke dal
Hari sudah mulai pagi, sinar mentari mulai memasuki ruangan tempat Argi di rawat. Perlahan mata berat itu terbuka, mata Argi mengerjap sesaat untuk menyesuaikan cahaya di ruangan itu. Warna putih yang mendominasi ruangan tersebut, aroma obat tercium di indera penciumannya. Argi menatap ke arah samping, dia melihat ayahnya yang tengah tertidur di tempat duduknya. Raut wajah tegasnya tampak terlihat lelah. Pandangannya beralih ke sudut ruangan di mana mama Lina masih berbaring di sofa, menghadap ke arah sandaran sofa sehingga dia tidak bisa melihat wajah mamanya. Sudah lama dia tidak berkumpul dengan kedua orang tuanya. Sebelumnya dia merasakan hidupnya telah hancur hanya karena wanita yang tidak pernah mencintainya, kini semangatnya mulai bangkit ketika melihat kedua orang tuanya. Sebelumnya dia telah memiliki dunianya sendiri, dengan harapan yang tinggi untuk mencintai gadis pujaannya. Namun kini dia sadar cintanya semu, dan melihat kenyataan bahwa hanya kedua orang tuanya yang me
Kini Raditya sudah berada di luar ruangan bersama dokter yang menangani putranya.“Bagaimana dok?” “Pak Radit, melihat kondisi dan keluhan-keluhan dari saudara Argi, sepertinya benturan pada kepalanya cukup keras mengakibatkan ada pendarahan kecil di otaknya. Untuk masalah pita suaranya, sepertinya saudara Argi mempunyai cedera di laring, sehingga dia seperti kesulitan untuk bersuara, nanti untuk lebih pastinya saya akan memeriksa lebih detail kondisi pita suaranya. Namun hal yang perlu ditangani dahulu adalah masalah pendarahan pada otaknya, kita harus segera melakukan tindakan operasi. Untuk itu saya akan jadwalkan operasinya besok, apa pak Radit setuju?” Jelas dokter Arya panjang lebar.“Apapun saya akan lakukan dok, yang penting anak saya kembali normal seperti sedia kala. Saya setuju dok, lakukanlah secepatnya.” Jawabnya menyetujui tindakan operasi yang nantinya akan dilakukan. “Dok untuk suara anak saya apa bisa kembali?”“Nanti saya akan mengecek kondisi laringnya pak, mungkin
Kini sepasang kekasih itu telah berada di klinik, Anggara menggenggam tangan Akira menuju ruangan tempat Dany dirawat.Dari depan pintu ruangan, Anggara dan Akira mendengar suara Dany dan Bayu yang tengah terlibat dalam obrolan.Seketika Anggara menghentikan langkah mereka tepat di depan pintu.“Sayang, kita tunggu di luar dulu.” Ajak Anggara, lalu menuntun langkah mereka untuk duduk di kursi tunggu.Sementara di dalam ruangan Bayu berusaha menjelaskan pada kekasihnya dengan hal yang terjadi.“Beb, gue minta maaf. Gue khilaf, gue gak sadar ngelakuinnya.” Ucap Bayu dengan tangan yang terulur untuk meraih tangan gadis itu. Namun Dany sengaja menjauhkan tangannya.Ketika ia tersadar tadi, pandangannya langsung tertuju pada Bayu yang tengah menatap ke arah layar ponselnya. Emosinya seketika kembali memuncak mengingat apa yang telah dilihatnya tadi pagi-pagi buta.“Sudah cukup Bay, gue sudah salah pilih. Untuk kali ini gue gak akan maafin lu. Lu sudah tega selingkuhim gue.” Ucap Dany denga