Akira merasa sangat kasian pada nasib sahabatnya itu dia meraih Dany ke dalam pelukannya, agar Dany bisa membagi beban dalam hatinya. Dia juga merasa bersalah karena semenjak Dany berada di rumahnya selama beberapa hari ini, Dany semakin berani keluar hingga larut malam. Kejadian di villa itu bukan yang pertama kalinya, berarti sudah jauh hari sahabatnya itu melakukan perbuatan zinah.“Na, gimana gue bilang ke nyokap bokap? Gue gak mau hamil, Na. Gue belum siap!” Ucap Dany terisak dalam pelukan sahabatnya.“Gue juga bingung Dan, lebih baik kita diskusikan dengan Bayu ya.” Suara Akira berbisik, dia tidak ingin pembicaraan mereka didengar oleh dokter itu."Gue takut Bayu gak mau tanggung jawab, Na." ucap Dany terdengar pilu. Suaranya sangat pelan, dia tidak ingin dokter Vivi mendengar ucapannya."Bayu pasti tanggung jawab Dan, kalian kan saling mencintai." Akira berusaha meyakinkan akan keraguan temannya. Namun dia belum tahu cerita di balik itu, Dany belum bercerita tentang kekasihnya
Akira menepuk bahu Dany, dia sendiri juga merasa kasihan. Entah nanti apa yang akan dilakukan Dany menghadapi masalah yang begitu besar.Dany yang tahu akan kepergian Bayu setelah mendengar ucapannya menjadi sangat terpukul. Dia begitu ingat akan janji pemuda itu untuk selalu bertanggung jawab ketika mereka melakukan perbuatan terlarang itu untuk pertama kalinya. Dia pun sangat ingat Bayu memakai pengaman pada permainan mereka yang pertama.Namun selanjutnya dia baru sadar bahwa pemuda itu tak lagi memakai pengaman. Hal itu menimbulkan penyesalan yang mendalam pada diri Dany. Selama ini dia jarang berhubungan serius dengan seorang pemuda. Baru kali ini dia sangat mempercayai seorang pemuda, karena cintanya yang begitu besar pada pemuda itu.Apa nantinya yang harus Dany katakan kepada kedua orang tuanya?Dany takut, begitu takut orang tuanya akan marah. Usianya masih belum matang untuk menerima kehadiran janin dalam perutnya. Umurnya masih terlalu muda jika harus putus sekolah untuk me
Anggara meminta Bayu untuk bertanggung jawab dan berbicara pada orang tuanya serta orang tua Dany. Karena masalah seperti tidak bisa mereka selesaikan sendiri tanpa campur tangan dari kedua orang tuanya. Namun Bayu merasa ragu menghadapi kemarahan orang tuanya nantinya, apalagi dia juga harus menghadapi orang tua Dany, seakan nyalinya menciut.“Ngapain lu masih di luar, Bay?” Sentak Anggara membuat Bayu menoleh ke arahnya.“Gue nunggu kalian berdua.” Ucap Bayu mencari alasan. Posisinya sekarang sangat sulit, ingin masuk namun pasti Dany akan sangat marah. Ingin meninggalkan tempat itu namun mobilnya masih dikuasai Anggara.“Buruan masuk!” Suruh Anggara sembari menarik paksa tangan Bayu. Bayu kini pasrah akan nasibnya.Anggara memberikan bungkusan di tangannya yang berisi bubur ayam pada Bayu.“Ni lu kasih ke Dany.” Ucapnya lalu membiarkan Bayu melangkah paling depan. Dia sengaja menahan langkah Akira agar tidak mendahului.Bayu mulai membuka pintu dengan sangat hati-hati. Di dalam, Ba
“Ang.”Deg, panggilan Akira membuat Anggara was-was. Dia mengira gadis itu akan penasaran dan berniat untuk menginterogasinya tentang ucapan Bayu tadi. Dia memutar langkah perlahan, dan menatap ke arah Akira.“Hum?”“Kita gak masuk ke dalam?” Perasaan lega seketika mengalir dalam diri Anggara, Akira tidak membahas perkataan Bayu. Hal itu membuat Anggara bisa bernafas dengan lega. Dia tidak berniat untuk menyembunyikan masa lalunya pada Akira, suatu saat dia akan mengatakan kebenaran tentang masa lalunya. Namun saat ini bukan waktu yang tepat karena hubungan mereka baru saja terjalin. Dan Anggara telah merenggut mahkota kewanitaan gadis itu, sangatlah tidak mungkin jika nantinya dia menciptakan masalah yang membuat Akira menjauhinya dan membencinya.Entah mengapa perasaannya kali ini sangatlah berbeda dari sebelumnya. Mungkin baru kali ini ia menemukan gadis polos seperti Akira. Berbeda dengan gadis yang dulunya pernah sangat dekat dengannya. Cintanya sangatlah besar pada gadis ini, s
Tangan Akira mulai bergerak mempersiapkan bahan-bahan makanan untuk dia kupas dan potong. Dia berniat akan memasak sup ayam.Dia sangat ingat cara memasak itu, karena dia sering membantu ibunya di dapur.Kurang dari satu jam masakan sederhana itu sudah matang dan terhidang di atas meja makan. Kini dia mulai membuat nasi.Sembari menunggu nasi matang, Akira memainkan ponselnya. Dia ingin menanyakan keberadaan orang tuanya saat ini.[Bu, sudah sampai mana?] Ia mengetik pesan itu dan dikirim ke ibunya. Namun beberapa menit masih tidak ada balasan. Sehingga dia mulai membuka sosial media, untuk mengatasi kebosanannya.Dia melihat dalam story pada akun Bayu, yang kini tengah berada di rumah sakit. Foto itu memperlihatkan Argi yang tengah terbaring dalam keadaan tidur. Sepertinya keadaan pemuda itu mulai membaik, terlihat dari wajah Argi yang telah tak mengenakan masker oksigen. Namun keadaannya masih sama, wajah tampan itu masih terlihat pucat, dengan luka di wajahnya yang sedikit mengerin
Tak terasa hari berlalu dengan cepat. Pagi itu di sebuah ruangan di rumah sakit, seorang pemuda terbangun karena rasa sakit yang terus mendera kepalanya. Dia melirik sekilas ke arah kedua orang tuanya yang tengah tidur dengan posisi duduk. Dia tak kuasa membangunkan tidur nyenyak kedua orang tuanya. Bukan karena rasa tidak enak hati, namun dia tidak mampu berucap. Rasa sakit pada tenggorokannya membuatnya tidak bisa bersuara. Argi mencengkeram kuat kepalanya yang masih terbalut perban dengan sebelah tangannya. Wajahnya meringis menahan rasa sakit itu. Dia sendiri tidak tahu apa yang membuat kepalanya terasa mau pecah. Hingga pergerakannya tidak sengaja membuat gelas yang berada di nakas samping tempat tidur, terjatuh di lantai. Bunyi pecahan kaca pada permukaan lantai terdengar membangunkan sepasang suami istri yang tengah tertidur. Sang istri terlebih dahulu membuka matanya, pandangannya langsung terarah pada anaknya yang tengah meringkuk di atas kasur. Wajahnya meringis menaha
Pagi itu di kamar, kedua gadis masih bergelung dalam selimut. Udara dingin dari pendingin ruangan membuat tidur mereka sangat lelap.Semalam mereka menghabiskan waktu dengan berkumpul dan bercerita dengan kedua orang tua Akira. Dany mampu berpura-pura untuk menunjukkan sikap normal di hadapan kedua orang tua Akira. Wajahnya yang sedikit sembab dia tutupi dengan polesan make-up tipis.Meskipun masih terlihat sedikit bengkak di matanya, namun dia mengatakan jika dirinya tengah kelelahan dan kurang tidur pada malam hari. Dan ucapannya mampu membuat kedua orang tua Akira untuk mempercayai.Dany mampu menutupi semua masalahnya dengan keceriaan yang dibuat-buat, sehingga tidak membuat orang lain curiga.Hingga sampai tengah malam mereka mengobrol, dan ibu Lidiya sempat melakukan panggilan video ke orang tua Dany. Kedekatan ibu Akira dengan keluarga Dany sudah berlangsung sejak mereka menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama. Bunyi alarm terdengar memenuhi ruangan. Membuat salah satu gadis
Raditya melangkah memasuki ruang rawat inap putranya. Hatinya sungguh merasa lega dari sebelumnya. Beban pikiran sedikit menghilang meskipun tugasnya masih banyak menanti.Tatapannya tertuju pada istri dan anaknya. Wajah cantik Lina begitu layu, istrinya tengah fokus memandang ke arah putra mereka yang masih terlelap karena obat bius yang masih bereaksi.Lina tak menyadari akan kedatangan Raditya. Dia tengah melamun dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk.“Sayang, gimana putra kita? Apa sudah bangun?” Ucap Raditya sembari memeluk tubuh wanita itu dari arah belakang. Di dalam ruangan hanya ada mereka bertiga. Para perawat yang mengantarkan Argi tadi sepertinya sudah kembali ke tempat kerja mereka.“Papa?” Lamunan Lina buyar karena sentuhan mendadak dari suaminya. Dia mengusap tangan suaminya yang melingkar di pundaknya. “Belum Pa, mama masih menunggu Argi bangun.” Ucapnya terdengar sendu.“Sabar ma, sebentar lagi pasti jagoan kita bangun. Ma, papa mau ngomong sesuatu.” Raditya mulai me