Sementara itu di kamar kos-kosan Anggara terbangun karena bunyi alarm yang berasal dari ponsel Akira.Segera dia bergerak mematikan alarm, melirik ke arah jam, meskipun sedikit kesiangan namun masih ada waktu satu jam untuk mengantar Akira.Anggara menepuk lembut bahu gadis yang masih terlelap.“Sayang, bangun. Sudah pagi, ayo aku anter pulang.” Suaranya terdengar pelan namun tepat di depan daun telinga gadis itu.Matanya terasa sangat berat untuk terbuka, Akira mengabaikan suara itu. Dia kembali berbalik arah menghadap tembok dan melanjutkan tidur.Anggara kembali mendekati gadis itu, dan kembali membisikan kata-kata.“Sayang, bangun yuk. Nanti telat sekolahnya.” Suaranya sengaja dibuat lebih keras dari yang tadi. Tangannya bergerak mengusap pipi Akira dengan lembut.Namun sepertinya usahanya gagal, Akira semakin mengeratkan selimutnya dan matanya masih tertutup.Hingga akhirnya Anggara menghujani wajahnya dengan kecupan. Dahi, pipi, hidung dan bibir tak luput dari kecupannya. Usahan
“Argi, aku minta maaf. Aku dari dulu tidak berkata jujur. Aku merasa tidak enak menolakmu tapi aku juga gak bisa membalas perasaanmu. Aku juga tidak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta. Aku sendiri tidak mengerti justru rasa itu datang ketika aku bersama Aang.” Jelas Akira sembari tangannya masih menahan lengan Argi agar tidak mendekati Anggara lagi.“Sejak kapan?” Tanya pemuda itu, kini tatapannya beralih pada gadis yang berada di sampingnya.“Aku lupa, semenjak kita sering ketemu tanpa sengaja.” “Oh, terus dia juga suka sama kamu?” Dia yang dimaksud adalah Anggara. Akira tak menjawab dan hanya mengangguk. “Maafin aku Argi, sungguh aku minta maaf.” “Kamu tahu perasaanku ke kamu, dia juga tentu tahu perasaanku ke kamu. Kenapa harus Anggara?” Argi mengusap wajahnya dengan frustasi. Rasa sesak dalam dada mengetahui kebenaran yang begitu menyakitkan.“Maafin aku Argi. Aku tidak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta.” Wajah Akira juga merasa hancur melihat keadaan Argi yang b
Bayu menepuk jidatnya, kenapa sampai lupa, padahal pagi ini dia janji akan membawa Dany pulang ke rumah Akira. Karena posisi motornya ada di sini. Dia menjadi ragu untuk mengangkat telepon itu atau tidak.Beberapa detik dia hanya diam, hanya memandang layar ponselnya yang terus berdering. Hingga dering ponselnya mati dengan sendirinya.Satu notifikasi pesan masuk, dia hanya berani membaca isi pesan itu dari layar ponselnya yang masih terkunci.[Dimana lu Bay, gue udah tunggu di rumah Akira. Mana Dany? Mana kuncinya? Akira mau ambil baju seragam.]Kepalanya terasa cenat cenut memikirkan balasan apa yang akan dia ketik. Hingga suara pintu kamar mandi terbuka, Dany keluar dengan wajah segarnya tanpa make up. Memandang ke arah kekasihnya yang tengah kebingungan.“Beb, ada apa?” Langkah Dany mendekat ke arah samping ranjang.“Gue lupa sudah janji sama Aang bawa lu ke rumah Lena pagi ini. Sekarang dia nanya kunci rumah, Lena mau ambil seragam.” Jelas Bayu.“Kuncinya gue taruh di atas metera
Hingga tak lama kemudian dia telah sampai di rumah sakit terdekat. Menghentikan mobilnya di depan lobby rumah sakit. Lalu keluar dari mobil.“Pak tolong pak, ada korban kecelakaan. Tolong bantu pak!” Teriaknya pada security yang menjaga di depan lobby.Security segera menghampirinya, dan melihat ke dalam mobil yang telah dibuka. Segera dia menelepon petugas rumah sakit untuk membawakan brankar.Tak lama beberapa petugas berseragam putih mulai berlari sambil mendorong brankar. Mereka mulai memindahkan tubuh pemuda yang begitu pucat itu ke atas brankar, lalu mendorongnya menuju ke dalam pintu ruangan gawat darurat. Bapak yang tadi mengantar, mengikutinya dari belakang sambil berlarian kecil.Bapak tadi adalah seorang supir. Dia tadinya habis mengantar majikannya ke bandara dan berniat akan kembali ke rumah besar majikannya. Karena istri majikan memintanya untuk mengantar berbelanja.Namun di tengah perjalanan dia melihat kecelakaan yang tepat terjadi di depan matanya. Dia tak banyak pik
Saat ini Ruth telah berada di perjalanan. Dia berniat akan menengok terlebih dahulu pemuda yang berada di rumah sakit. “Yanto, nanti ke rumah sakit dulu. Kita harus cek keadaan anak itu. Apa sudah ada keluarga yang mengurusnya atau tidak.” Perintah Ruth pada supirnya. “Baik nyonya.” jawab pak Yanto sembari melirik ke arah nyonya majikannya dari balik spion. Ruth mempunyai hati yang lembut, dia merasa kasihan pada pemuda yang mengalami kecelakaan itu. Kunjungannya ke rumah sakit hanya ingin mengetahui apakah keluarganya sudah datang atau belum. Dan kebetulan tempat dia berbelanja mempunyai jalan yang searah dengan rumah sakit tempat pemuda itu di rawat. Hingga tak lama, mobil memasuki lobby rumah sakit. Yanto terlebih dulu keluar dari mobil, dan dengan segera membukakan pintu bagi nyonya majikannya. “Terima kasih. Siapa nama anak itu?” Tanya Ruth pada supirnya. “Maaf Nyonya, saya kurang tahu.” “Kalau gitu, antar saya bertemu dengan dokter yang mengurus anak itu.” Ucapnya lalu m
Sementara itu di kediaman Rinega terlihat sepi. Karena pagi hari ayah Argi akan pergi ke kantor untuk bekerja, sedangkan mama Lina di rumah bersama bik Minah, asisten rumah tangganya.Saat itu mama Lina tengah menonton film favoritnya drama Korea di ruang tengah. Dari arah luar terdengar bunyi ketukan pintu. Bik Minah yang masih berkutat di dapur, segera berjalan menuju pintu untuk melihat tamu yang datang.Wajah tua itu terlihat terkejut melihat dua lelaki berpostur tegap dengan baju dan atribut polisi, tengah berada di balik pintu.“Selamat pagi. Bisa ketemu dengan Ibunda Argi Rinega?” Tanya salah satu dari polisi tersebut dengan suara tegasnya.“Pa..pagi pak Polisi. Iya ada pak, tunggu sebentar saya panggilkan.” Ucap Minah tergagap, karena dia begitu takut hal-hal buruk terjadi pada putera majikannya. Dia berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri nyonya majikannya.“Nyonya, maaf itu di depan ada..” ucapan Minah menggantung, dia terlihat seperti ketakutan.“Siapa bik? Ada siapa di de
“Saudara Argi Rinega, masih berada di ruang UGD Bu.” Ucap wanita dengan pakaian putih itu dengan ramah.“Terima kasih.” Lina membawa langkahnya menuju ke ruangan yang dimaksud. Dari kejauhan dia melihat seorang wanita yang duduk melamun di depan ruangan. Melihat dari samping sekilas Lina merasa mengenali wajah itu.“Ruth?” Panggilnya ke arah wanita yang seumuran dengannya. Ruth menoleh terkejut namun senyum mulai menghiasi bibirnya.“Lina.” Ruth bangkit dari duduknya menghampiri Lina yang masih berdiri, lalu memeluk hangat Lina. “Lina aku ikut sedih mendengar Argi terbaring di dalam.” Ucapnya dengan raut muka sedih.“Ruth kenapa kamu bisa di sini?” Lina menatap ke arah Ruth setelah pelukan mereka berakhir.“Sopirku tadi yang membawa Argi ke rumah sakit. Karena dia tepat ada di lokasi kejadian.” Jelas Ruth, “Aku harap kamu yang kuat ya, Lin.” Lanjutnya sembari menggenggam tangan Lina dan mengelus punggung tangannya dengan ibu jari, untuk menyalurkan kekuatan pada wanita tersebut.Air m
Hari sudah semakin siang, matahari tengah berada di jam dua belas. Dany masih berada di rumah Bayu, selama berada di sana ia hanya diam dalam kamar kekasihnya. Makan pun Bayu yang membawakan. Karena masih ada mbak Siti yang tengah melakukan pekerjaannya bersih-bersih. Ketika hendak akan membersihkan kamar Bayu, Bayu melarangnya dengan alasan kamarnya masih bersih, padahal yang sebenarnya adalah kondisinya begitu berantakan.Dia tak ingin nantinya mbak Siti mengadukan keberadaan Dany di kamarnya. Mereka menunggu hingga mbak Siti menyelesaikan tugasnya dan pulang. Tepat pukul setengah dua mbak Siti ijin pulang.Dany pun keluar bersiap-siap akan menjemput Akira ke sekolah. Sementara Bayu akan berjalan kaki untuk ke rumah Argi mengambil mobilnya. Karena berkali-kali menghubungi Argi, pemuda itu tak menjawab. Bahkan kini nomornya sedang tidak aktif. Membuat Bayu yakin kalau temannya tengah marah padanya.Kini mereka berada di parkiran.“Beb, bener lu gak mau dianter?” Tanya Dany memastikan