Saat ini Ruth telah berada di perjalanan. Dia berniat akan menengok terlebih dahulu pemuda yang berada di rumah sakit. “Yanto, nanti ke rumah sakit dulu. Kita harus cek keadaan anak itu. Apa sudah ada keluarga yang mengurusnya atau tidak.” Perintah Ruth pada supirnya. “Baik nyonya.” jawab pak Yanto sembari melirik ke arah nyonya majikannya dari balik spion. Ruth mempunyai hati yang lembut, dia merasa kasihan pada pemuda yang mengalami kecelakaan itu. Kunjungannya ke rumah sakit hanya ingin mengetahui apakah keluarganya sudah datang atau belum. Dan kebetulan tempat dia berbelanja mempunyai jalan yang searah dengan rumah sakit tempat pemuda itu di rawat. Hingga tak lama, mobil memasuki lobby rumah sakit. Yanto terlebih dulu keluar dari mobil, dan dengan segera membukakan pintu bagi nyonya majikannya. “Terima kasih. Siapa nama anak itu?” Tanya Ruth pada supirnya. “Maaf Nyonya, saya kurang tahu.” “Kalau gitu, antar saya bertemu dengan dokter yang mengurus anak itu.” Ucapnya lalu m
Sementara itu di kediaman Rinega terlihat sepi. Karena pagi hari ayah Argi akan pergi ke kantor untuk bekerja, sedangkan mama Lina di rumah bersama bik Minah, asisten rumah tangganya.Saat itu mama Lina tengah menonton film favoritnya drama Korea di ruang tengah. Dari arah luar terdengar bunyi ketukan pintu. Bik Minah yang masih berkutat di dapur, segera berjalan menuju pintu untuk melihat tamu yang datang.Wajah tua itu terlihat terkejut melihat dua lelaki berpostur tegap dengan baju dan atribut polisi, tengah berada di balik pintu.“Selamat pagi. Bisa ketemu dengan Ibunda Argi Rinega?” Tanya salah satu dari polisi tersebut dengan suara tegasnya.“Pa..pagi pak Polisi. Iya ada pak, tunggu sebentar saya panggilkan.” Ucap Minah tergagap, karena dia begitu takut hal-hal buruk terjadi pada putera majikannya. Dia berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri nyonya majikannya.“Nyonya, maaf itu di depan ada..” ucapan Minah menggantung, dia terlihat seperti ketakutan.“Siapa bik? Ada siapa di de
“Saudara Argi Rinega, masih berada di ruang UGD Bu.” Ucap wanita dengan pakaian putih itu dengan ramah.“Terima kasih.” Lina membawa langkahnya menuju ke ruangan yang dimaksud. Dari kejauhan dia melihat seorang wanita yang duduk melamun di depan ruangan. Melihat dari samping sekilas Lina merasa mengenali wajah itu.“Ruth?” Panggilnya ke arah wanita yang seumuran dengannya. Ruth menoleh terkejut namun senyum mulai menghiasi bibirnya.“Lina.” Ruth bangkit dari duduknya menghampiri Lina yang masih berdiri, lalu memeluk hangat Lina. “Lina aku ikut sedih mendengar Argi terbaring di dalam.” Ucapnya dengan raut muka sedih.“Ruth kenapa kamu bisa di sini?” Lina menatap ke arah Ruth setelah pelukan mereka berakhir.“Sopirku tadi yang membawa Argi ke rumah sakit. Karena dia tepat ada di lokasi kejadian.” Jelas Ruth, “Aku harap kamu yang kuat ya, Lin.” Lanjutnya sembari menggenggam tangan Lina dan mengelus punggung tangannya dengan ibu jari, untuk menyalurkan kekuatan pada wanita tersebut.Air m
Hari sudah semakin siang, matahari tengah berada di jam dua belas. Dany masih berada di rumah Bayu, selama berada di sana ia hanya diam dalam kamar kekasihnya. Makan pun Bayu yang membawakan. Karena masih ada mbak Siti yang tengah melakukan pekerjaannya bersih-bersih. Ketika hendak akan membersihkan kamar Bayu, Bayu melarangnya dengan alasan kamarnya masih bersih, padahal yang sebenarnya adalah kondisinya begitu berantakan.Dia tak ingin nantinya mbak Siti mengadukan keberadaan Dany di kamarnya. Mereka menunggu hingga mbak Siti menyelesaikan tugasnya dan pulang. Tepat pukul setengah dua mbak Siti ijin pulang.Dany pun keluar bersiap-siap akan menjemput Akira ke sekolah. Sementara Bayu akan berjalan kaki untuk ke rumah Argi mengambil mobilnya. Karena berkali-kali menghubungi Argi, pemuda itu tak menjawab. Bahkan kini nomornya sedang tidak aktif. Membuat Bayu yakin kalau temannya tengah marah padanya.Kini mereka berada di parkiran.“Beb, bener lu gak mau dianter?” Tanya Dany memastikan
Sementara itu Ruth yang sedari pagi berada di rumah sakit, setelah memastikan papa Argi datang. Dia pamit untuk pulang.Dia melanjutkan niat awalnya tadi untuk menjenguk putranya di kontrakan. Perjalanan cukup padat dan macet, hingga memakan waktu satu jam. Mobil mewah itu mulai memasuki halaman kontrakan, dari jauh Ruth sudah melihat motor vespa coklat yang terparkir. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Dia tak sabar untuk menemui putra kesayangannya. Kerinduan setelah beberapa Minggu ini tak bisa menemui putranya, bahkan untuk menghubungi Anggara pun dia tidak bisa. Karena dia tak ingin membuat suaminya marah. Hingga akhirnya hari ini suaminya ada perjalanan ke luar kota, dan dia akan menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi Anggara.Ruth mulai turun dari mobil, setelah pak Yanto membukakan pintu untuknya. Dia melangkahkan kaki jenjangnya menuju depan pintu kamar. Pak Yanto masih membuka bagasi mobil untuk mengeluarkan semua belanjaan milik nyonya majikannya. Lalu bolak balik
Jam sudah menunjuk pukul dua siang, siswa-siswi mulai berhamburan keluar dari gerbang sekolah.Dany tengah menunggu kedatangan sahabatnya di restoran berlogo ‘M’ di samping coffee shop. Dia telah mengirim pesan singkat pada sahabatnya itu, memberitahu tentang keberadaannya.Tanpa membalas pesan itu, Akira mulai berjalan meninggalkan area kelas menuju pintu gerbang.Dia melanjutkan langkahnya menyebrangi jalan menuju restoran yang dimaksud. Ketika dia telah berada di depan pintu, Akira mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Dany.Hingga tatapannya tertuju pada gadis yang duduk sendirian di pojokan. Dengan jaket tebal yang menutup badan dan kepalanya. Akira begitu mengenal Dany, meskipun dalam keadaan badan tertutup dan posisi membelakangi dari tempat ia berdiri. Akira begitu mengenal bahwa itulah Dany.“Dan, udah lama lu sini?” Ucap Akira menghampiri Dany, dan duduk di hadapan temannya.“Hay Na, baru aja gue sampai.”“Dari mana aja lu? Bikin gue kepikiran aja.” Akira menatap
Ma, aku mau jenguk Argi. Mama mau ikut? Atau mau nunggu di sini?” Ucap Anggara sembari menatap mama Ruth. “Mama ikut ya Ang, Mama mau bawain sesuatu untuk mamanya Argi. Tadi mama lihat dia sedih banget, mama merasa kasihan.” jawab Ruth dengan raut sedih. “Iya, kita pergi bersama. Mama habisin dulu makanannya.” Anggara pun mulai menghabiskan makanannya. Lalu berjalan keluar menuju teras kamarnya, sembari menunggu mama Ruth selesai makan. Anggara duduk di kursi, bersebelahan dengan pak Yanto. Ketika melihat anak majikannya keluar, pak Yanto tengah menikmati makanannya, dan merasa tidak enak hati lalu berniat akan kembali ke mobil sembari membawa makanannya, namun Anggara mencegahnya. Menyuruh supir itu untuk duduk kembali dan melanjutkan makan. Anggara mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. “Pak nanti saya dan mama mau ke rumah sakit, bapak pulang saja. Nanti saya pesankan ojek ya.” Ucap Anggara. “Ke rumah sakit? Biar saya antar saja mas Aang, jam kerja saya belum berakhir
Bayu kini telah sampai di rumah sakit, setelah turun dan membayar, Bayu mulai melangkahkan kakinya menuju receptionist di depan pintu masuk. Menanyakan kamar dimana temannya dirawat.“Atas nama pasien Argi Rinega masih berada di ruangan UGD.” Jawab seorang perawat yang bertugas di sana.“Baik, terima kasih.” Ucap Bayu, lalu segera mencari ruangan UGD yang dimaksud. Yang letaknya tidak jauh dari tempatnya saat ini. Bayu tak sabar menemui Argi, ingin mengetahui kondisi sahabatnya secara langsung.Sampai di depan pintu ruangan, ada seorang perawat yang berjaga.“Sus, saya mau ketemu Argi, saya temannya. Apa saya boleh masuk?” Ucap Bayu sembari melirik sekilas ke arah dalam. Disana dia melihat keberadaan kedua orang tua Argi.“Maaf, ada pembatasan orang untuk menjenguk pasien. Nanti saya beritahu dulu pada keluarga pasien. Kalau diijinkan maka boleh masuk, mohon ditunggu sebentar.” jawab perawat itu dengan ramah, lalu masuk ke dalam ruangan. Menemui orang tua Argi.“Permisi bapak dan ibu,